Rangkaian huruf arab yang membentuk ayat-ayat suci Alquran terpahat di hamparan kayu tembesu. Sentuhan warna keemasan berbanding terbalik dengan latarnya yang berwarna gelap, menjadikan perpaduan warna yang ciamik yang memudahkan siapapun dalam membaca alquran ini. Yang paling unik, ukuran dari Alquran ini tidaklah sebesar Alquran yang biasa kita lihat. Namun, ukurannya jauh melebihi yang pernah terpikirkan oleh saya. Ya, di sini, di Palembang, terdapat sebuah Alquran Raksasa yang tak boleh kamu lewatkan saat berkunjung ke Palembang.
Saya terbangun dari mimpi indah dalam nyenyaknya tidur. Sudah pagi.. Sehari sebelumnya cukup melelahkan tapi menyenangkan. Setelah berkendara dari Jambi ke Palembang, sorenya saya dan Ayu bersantap pindang baung di RM. Sri Melayu.
Lalu kami menutup hari dengan menikmati kopi di pinggiran sungai musi berlatarkan jembatan ampera bersama omnduut dan koh huang. Setelah selama ini hanya berbalas sapa di media sosial dan blog, akhirnya bisa berbincang secara langsung di tempat ikonik di kota tempat kedua blogger inspiratif ini.
Masih dalam trip mudik dari Padang ke Bandar Lampung, hari ini adalah hari terakhir yang kami rencanakan. Hari pertama adalah perjalanan dari Padang menuju Jambi yang diisi dengan santap malam di pempek asiong (artikelnya klik di sini).
Lalu hari kedua adalah perjalanan dari Jambi ke Palembang yang diawali dengan mencicipi pindang baung di RM. Sri Melayu (artikelnya klik di sini). Sebelum melanjutkan perjalanan ke Bandar Lampung, ada satu agenda yang kami rencanakan, yakni berkunjung ke Alquran Raksasa Palembang. Momennya sangat pas, karena ini adalah bulan ramadhan. Siapa tahu saya langsung auto punya kavling di surga hihi.. aamiin.
OTW ke Alquran Raksasa Palembang
Menuju Alquran Raksasa Palembang sangatlah mudah. Hanya dengan bantuan GPS, kami dapat langsung ke lokasi tanpa nyasar. Tapi, jalan menuju ke sana ternyata tak semulus kulit Song Hye Kyo. Memang Palembang adalah kota besar. Tetapi lokasi Alquran Raksasa ternyata bukanlah di daerah perkotaan, melainkan menerobos menuju pinggiran kota di bantaran sungai musi.
Selepas jalan besar dan bagus, GPS menuntun kami menuju jalan kampung dengan lobang di mana-mana, di tepian sungai musi yang tersohor itu. Mitsubishi Xpander sebenarnya cukup tangguh untuk melewati jalanan rusak karena ground clearance-nya yang tinggi. Tapi kondisi Ayu yang sedang hamil mengharuskan saya memelankan laju kendaraan supaya meminimalisir goncangan yang terjadi. Setiap putaran roda harus dipastikan memilih sisi jalan yang terbaik.
Beberapa saat kemudian, kami sampai di gerbang pondok pesantren Al Ihsaniyah Gandus Palembang yang juga merupakan lokasi wisata religi Alquran raksasa Palembang. Waktu menunjukkan pukul 8.30 saat kami tiba, dan wisata religi Alquran Raksasa pun belum dibuka sebelum jam 9. Tapi, si abang penjaga tiket mempersilakan kami masuk dulu dan bayar tiket belakangan. Thanks bangbro..
Terpesona Akan Alquran Raksasa
Saya dan Ayu perlahan menaiki tangga menuju ruangan tempat Alquran Raksasa berada. Kami melewati bangunan yang tampak sedang dilakukan renovasi di setiap sudutnya. Sampai di ujung, cahaya keemasan menyambut. Ternyata, cahaya tersebut berasal dari pantulan sinar mentari yang mengenai tulisan arab raksasa berwarna keemasan.
Kami mendekat. Semakin dekat, semakin besar tangkapan visual Alquran oleh mata telanjang. Tentu juga semakin membuat hati ini berdesir kagum akan apa yang terpampang di depan mata.
Wow! Ini Alquran terbesar yang pernah saya lihat. Rangkaian pahatan tulisan arabnya terlihat indah dan mudah dibaca dengan balutan warna emas dengan background lembaran kayu berwarna gelap. Menurut wikipedia, Alquran raksasa atau Al Quran Al Akbar ini memiliki tinggi 177 cm, lebar 140cm dan tebal 2,5 cm. Kalau ditumpuk sebanyak 30 juz, tebalnya mencapai 9 meter. Wah,, udah setinggi rumah 2 lantai.
Kami adalah dua orang pertama yang datang ke wisata religi Alquran Raksasa pagi itu. Momen itu kami manfaatkan udah berfoto sepuasnya. Beberapa menit kemudian, tibalah pengunjung lainnya. Seperti yang kalian tebak, proses berfoto tak semudah itu ketika datang orang lain 😀 .
Kami turun ke lantai 1 dan mendekati Alquran Raksasa itu. Sekali lagi saya dibuat takjub dengan ukurannya. Ketika mendekatinya, ukuran aslinya yang besar makin terekspos jelas.
Lembaran halaman tidak dibuat menumpuk seperti buku, tetapi dibuat terpisah satu sama lainnya. Berjejer secara vertikal dan horizontal dan berbaris ke belakang. Setiap sisi di masing-masing lembarnya terisi oleh ayat-ayat suci Alquran. Untuk sampai ke lembaran paling atas, tersedia tangga di bagian dalam ruangan. Tapi sayang, saat itu tangga tertutup sehingga kita hanya bisa melihat yang berada di bagian bawah saja.
Hiburan Tambahan
Selain keberadaan Alquran Raksasa sebagai daya tarik utama, di ruangan ini juga terdapat kolam ikan. Kolam ikan berada di bagian bawah Alquran Raksasa sampai ke sudut belakang ruangan. Sayangnya, tak banyak ikan yang terlihat saat itu. Hanya ada beberapa ekor ikan nila ukuran kecil yang tampak menyatu dengan warna sekitar. Lebih parah lagi, malahan terdapat beberapa helai sampah plastik yang terlihat mengapung di permukaan kolam. Oh my ghost!!
Waktu sudah semakin siang. Seketika saya teringat kalau perjalanan mudik kami belum selesai. Kami masih harus menempuh perjalanan jauh menuju Kota Bandar Lampung. Seiring dengan semakin ramainya wisata Alquran Raksasa pagi itu, kami bergegas meninggalkan tempat ini. Tak lupa kami membayar tiket masuk (atau tiket keluar ya? :V ).
Putaran kemudi dan laju roda menjauh dari kawasan wisata Alquran Raksasa dan menuju jembatan musi II berwarna merah. Keberadaan sungai musi menjadi pesona tersendiri. Sungai ini sangat terkenal. Saya mengenalnya sejak SD walau hanya lewat buku pelajaran.
Sejenak saya berhenti di bantaran sungai. Saya terdiam dan ingin menikmati momen melihat aktivitas masyarakat lokal. Sungai ini telah menjadi denyut nadi kehidupan Palembang sejak ratusan tahun lalu. Bantaran sungai ini adalah salah satu saksi bisu peristiwa-peristiwa dari jaman pra-sejarah sampai jaman modern.
Di satu sisi terlihat seorang pria tua memancing ikan dari dermaga kayu. Mungkin, mereka mencari ikan baung yang sangat lezat bila disajikan dalam olahan pindang. Pria itu bergegas menarik kailnya saat seekor ikan terkena umpan, seraya saya berlalu meninggalkan kota pempek ini.
Berkunjung Juni 2019
Belum pernah kesini nih Bar 🙂 belum pernah ketemu koh Huang juga, kalo sm omnduut udah….
ini kan tempat ikonik, belom pernah bung? 😀 .. next time ke sinilah kalau ke Palembang..
Alqur’an besar itu sebanyak 30 juzz kah ? dan apa bisa menggunakan transportasi umum menuju kesana kak ?
iyaa ada 30 juz.. pas ke sana sih aku liat ada angkutan umum kok, cuma ngga hafal pastinya. kalau mau mudah sih pake transportasi online aja kak..
Saya orang Palembang, tapi belum pernah ke sana mas hehee
biasanya gitu emang,, kalau deket rumah diskip2 dulu 😀