Curug Sarhawi dan Menangkap Pagi di Ujung Barat Jawa Tengah

Entah berapa meter kubik air yang telah jatuh ke dalam sebuah lubuk. Airnya berwarna kehijauan, mungkin karena lumut. Lubuk itu terkurung oleh tebing-tebing di sekelilingnya yang bermaterialkan batu cadas. Tebing-tebing itu terpahat indah dan rapi oleh air yang melintasinya, di sini, di curug sarhawi.

curug sarhawi

Pulang

Saya pulang.. Saya kembali sejenak ke tempat saya dibesarkan, secuil tanah pasundan di ujung barat Jawa Tengah. Saya berjumpa lagi dengan suasana ramadhan di desa yang tak pernah berubah, selalu semarak. Terkadang anak-anak menyalakan mercon yang diiringi omelan orang-orang yang lebih tua. Biarkan saja lah, suasana ramadhan akan berbeda tanpanya.

Ada yang sedikit berbeda dalam beberapa tahun terakhir ini. Tiap pulang, ada yang kurang tanpa saya jelajahi alam atau tempat wisata lainnya yang berada tak jauh dari rumah. Saya mulai mencari-cari kemana saya harus menjejakkan kaki sebelum kembali ke tanah perantauan.

Pada kesempatan ini, awalnya saya tentukan pilihan pada air terjun yang berada di Desa Cimerak, sekitar 10 km dari rumah.

Curug Sarhawi

“Beneran mau ke Cimerak? debit airnya kecil kalau lagi kemarau gini, mending ke curug sarhawi aja”, aa Itok memberi alternatif pilihan air terjun yang lebih dekat dari rumah, jaraknya sekitar 3 km.. Sebagai orang perhutani yang tahu betul kawasan hutan dan daerah aliran sungai di kecamatan Bantarkawung, pernyataan aa Itok tentu tak saya ragukan lagi.. Saya pun mengikuti arahannya..

“Enggak pake trailnya mas Aris aja? Jalannya lumayan jelek lho” Aa Itok bertanya.. “Biarlah pake matic aja a”, ujar saya. Sore itu saya pun berboncengan dengan Ayu.

Tak cuma kami berdua yang pergi.. Aa Itok ikut bergabung untuk menunjukkan lokasinya. Keponakan-keponakan saya yang telah beranjak dewasa pun juga turut serta. Ada Lindi, Fio, Janu, Nanda, dan Zaidan.

Dari jalan provinsi yang menghubungkan Bumiayu – Salem, perjalanan dilanjutkan menuju jalan kabupaten di Pakiringan, 10 meter setelah jembatan sungai ciraja. Jalannya sempit dan beberapa ruasnya cukup jelek sampai Desa Ciomas.

setelah melewati desa, jalanan berubah menjadi lebih jelek lagi. Alhasil, motor vario yang saya tumpangi beberapa kali harus berjibaku dengan jeleknya medan jalan. Sedangkan tiga motor batangan yang ditumpangi aa Itok dan para keponakan melenggang dengan lebih leluasa.

Jalan jelek tak menyurutkan langkah saya. Sembari fokus, pohon pinus sepanjang perjalanan pun mampu menjadi penyemangat perjalanan kali ini.

Ya, di daerah saya banyak sekali pohon pinus. Daerah saya merupakan salah satu kawasan yang digunakan PT. Perhutani untuk dijadikan hutan pinus. Pohon-pohon itu ditanam untuk diambil getahnya sebagai bahan baku aneka produk.

Kami sampai di sebuah pondok , kami parkirkan motor dan melanjutkan dengan berjalan kaki selama 1 menit. Sampailah kami di bagian atas air terjun. Terdapat aliran air terjun kecil yang melebar sebelum jatuh ke air terjun utama.

Tampak sebuah lubuk berada di bawah curug sarhawi. Sedangkan sekelilingnya dipenuhi dengan batuan cadas yang terpahat oleh aliran air. Kala itu, aliran sungai ciraja agak surut, hujan tak kunjung tiba.

curug sarhawi brebes
sisi atas curug sarhawi

Memandang air terjun tentu akan lebih indah bila dilihat dari bawah, bukan dari tempat air mulai jatuh. Ada celah kecil berupa tebing cadas yang bisa ditelusuri untuk sampai ke bagian bawah. Tapi karena pertimbangan ada 2 cewe dalam trip ini, kami pun memutar mencari jalan lain menuju ke bawah.

ciomas bantarkawung
ilalang yang biasa saya pakai waktu kecil untuk memancing amarah jangkrik :V

Aa Itok memandu kami menuju area persawahan. Namun kami tak kunjung menemukan medan yang mudah ditaklukan untuk sampai ke bawah. Justru tebing-tebing di sini lebih curam.

Tapi ada hal unik di sini, ada banyak sekali ilalang yang biasa saya dan teman-teman pakai ketika masih kecil dulu untuk mengadu jangkrik. Kejam ya??? Hehe, namanya juga masih kecil. Dan dulu emang sering banget musim adu jangkrik di desa saya. Bahkan saya pernah beternak jangkrik dan menjualnya dengan harga bersaing, hihi..

curug sarhawi ciomas
Fio si anak gunung mengawali kami menuruni curug carhawi

Kami sepakat untuk menuruni air terjun mengenai celah tebing kecil di tempat pertama kami tiba. Hanya saya, Fio, Janu, dan Zaidan yang turun. Sedangkan yang lainnya berfoto di atas. Kelihatannya saja susah, nyatanya setelah coba dituruni ternyata mudah. Batu cadasnya enggak licin dan mudah dipijak.

curug sarhawi bantarkawung
curug sarhawi

Debit curug sarhawi saat ini sedang kecil. Terlihat dari bagian kanan kiri air terjun yang terlihat basah dan berlumut, menandakan bahwa air pernah melintasi sisi itu. Lalu airnya jatuh ke sebuah lubuk yang berwarna kehijauan.. Kalau gak salah dengar sih, aa Itok bilang dalamnya sekitar 6 meter. Hmmm, lumayan juga untuk sungai sekecil itu..

curug sarhawi bumiayu
taro kamera di batu, timer on, berpose, cekrek, eeeh blur wajahnya..

Jam berbuka sudah hampir tiba. Fio, Janu, dan Zaidan kembali ke bagian atas. Saya sedikit berkelana ke sisi lain untuk mengambil beberapa foto air terjun dari sudut yang lain. Tak lama, saya pun menyusul rombongan dan bertolak kembali ke desa kami tercinta.. Tepat sampai rumah, adzan maghrib pun berkumandang tanda waktu berbuka telah tiba..

Menyapa gunung Slamet di pagi hari

Waktu saya di kampung hanya tersisa beberapa hari lagi sebelum saya berangkat jalan-jalan ke Bandung sebelum kembali ke tanah perantauan di kampung halaman para perantau, ranah minang.

Saya rindu pagi yang terkadang saya sapa di daerah Cikokol, dengan area persawahan yang berundak, lembah, perbukitan kecil yang berlapis, dan latar belakang gunung Slamet yang gagah menjulang.

Baca artikel traveling ke tempat wisata lainnya di Brebes –> Ranto Canyon (klik di sini)

Bagi orang-orang di desa saya, tempat di kaki bukit ini merupakan spot favorit untuk melakukan olahraga jogging sambil menunggu momen munculnya sang penerang alam dari balik gunung slamet..

Saya tak sering melakukan hal ini dulu, hanya beberapa kali saja.. Alasannya apalagi kalau bukan bersembunyi di bawah selimut terasa lebih menyenangkan, haha.. Apalagi, desa kami yang berada di kaki bukit baribis memang memiliki temperatur udara yang cukup dingin kala pagi menyongsong.

sunrise gunung slamet dari desa jipang
gagahnya gunung slamet terlihat dari secuil tanah pasundan di Jawa Tengah

Pagi itu, suasana tak seramai biasanya, hanya ada beberapa orang saja.. Mungkin para pemburu sunrise lainnya memilih menghemat energi pasca sahur daripada harus berolahraga menguras keringat. Tempatnya masih seindah dulu, hanya saja, kemunculan beberapa kandang ayam membuat aroma tak sedap muncul dan cukup menganggu momen menunggu matahari terbit.

Saya pun datang tak terlalu pagi sehingga tak mendapati momen saat mentari mulai muncul. Mentari sudah berada sedikit di luar sarangnya. Saya segera menyiapkan kamera dan memotret.

Saya suka sekali momen pagi, momen saat matahari terbit. Tapi jujur saja, sesungguhnya berpelukan dengan guling dan bersembunyi di bawah selimut di jam-jam itu lebih saya sukai, hehe..

pagi hari di jipang
my beloved Ayu

Padi sedang mulai menguning, cahaya keemasan sinar mentari pun menghujaninya. Momen ini pasti hanya datang sebentar. Saya dan Ayu segera mencari spot yang bagus. Kamera telah siap dan seperti biasa, Ayu berperan sebagai modelnya.

Seiring dengan matahari yang semakin naik dan dingin pagi perlahan sirna, saya tancapkan kunci motor di lobangnya, saya nyalakan mesin dan roda mulai berputar menapaki jalan mulus yang dipenuhi embun pagi itu. Saya pulang.

gunung slamet cikokol jipang
desaku yang kucinta

————————
Mudik lebaran 2018
Traveler Paruh Waktu

P.S. Walau baru pertama ke curug sarhawi, tapi berkunjung ke sungai ciraja mengingatkan saya akan masa kecil saat sekolah madrasah selepas sekolah formal di SD. Ciraja river was my backyard.. Ya, terletak tepat di belakang sekolah madrasah saya dulu, menjadi tempat saya bermain bersama teman-teman di kala jam istirahat. Terkadang mencari belalang, mencari udang, atau memanjat satu pohon ke pohon lainnya di pinggir sungai. Ah, bagi saya masa kecil era 90’an memang menyenangkan 🙂

Travel Blogger Indonesia. Traveler Paruh Waktu. 100% sundanese. ASN pengagum Ibu Pertiwi, terutama akan keindahan alamnya. Suka bertualang, suka bercerita, suka membuat video.

Related Posts

62 Responses
  1. wih, asyik nih mas curug carhawi nya.
    seger banget kalo bisa main air di sana, eits tambah seru perjalanannya dan cantik dengan pemandangan gunung Slamet ya. cantik!

  2. Foto pertama kok seperti jalan itu ya disebelah kanannya, jalan motor gitu, Mas..he

    Persis saya juga seperti itu, kadang taro dibatu, kalau gak diperhatikan bisa jatuh. Pernah pas mau fose, eh udah jatoh gadgetnya 😀

    Beuh pemadangan gunungnya itu indah sekali, habis dari air langsung lihat pemandangan yang tinggi-tinggi. Keren, Mas.

    Gak foto dengan background gunung kah, Mas?

  3. Asik banget ya kalo pulang kampung, pasti pengen ngider-ngider terus ke tempat wisata. Abisnya kalo di kota kan ga ada 😀
    Btw saya suka banget gaya tulisannya, Kereeeen.. Hehe

    Fajarwalker.com

  4. Gunung Slamet indahnya :p
    Owh di sekitaran Bumiayu toh. Lebaran kemarin sy cuma melintas di Bumiayu, maklum tujuannya Purwokerto.

    Hutan2 sekarang makin berkurang, ditambah kemarau, ya debit air jadi kurang. Semoga sj, hutan2 nya tetap dijaga, biar stok air tetap terjaga.

    Biar yang rusak di kota, yang di desa tetap kaya sumber daya. Jadi masih ada pelarian kalau stres dengan hiruk pikuk kota, bisa lari ke desa.
    Tapi tetap desanya dikasi internet juga, biar bisa online :p

  5. isna saragih

    air terjunnya asik buat mandi mandi mas, btw itu ada semacam patahan ya di air terjunnya, tebingnya miring miring gitu hehe

  6. Kampung halamannya seru ya, banyak tempat menarik. Ada curug, padang ilalang, gunung. Kadang ku bersyukur lho terlahir jadi anak desa, hal-hal seperti ini biasa ditemui sejak masih kecil.

  7. Banyak tempat bagus ya di Brebes… tahunya saya Brebes itu kaya Indramayu-Cirebon yang cuma punya pantai aja.
    Padahal banyak lokasinya yang merupakan dataran tinggi di bagian tengah Pulau Jawa ya, jadinya banyak curug gini. Mantap.

    1. kalau brebes utara cenderung membosankan sih wilayahnya, tapi brebes selatan yang mana di perbukitan dan di kaki gunung slamet, banyak tempat indah disana,, contohnya kebun teh kaligua, telaga ranjeng, berbagai air terjun, sumber air panas, waduk, ranto canyon, dan lain-lain deh hehe..

  8. Still beautiful, thou

    Jadi pengen mandi trus menyelam nyariin udang dan ikan-ikan kecil

    Yes, I was that 90's kid yang kebahagiaannya nyari belalang dan udang jugaaa

    #Rindu
    #SekarangTakBisaLagi

    Wait, bang bara sekolahnya Madrasah?

  9. Dalam juga ya mas, 6 meteran lubuknya. Aku sbenernya paling seneng main di air terjun, apalagi kalo debitnya deraaas. Tapiii kdg ada yg aku takutin kalo ngerendamin kaki di tempat2 yg aornya tenang gitu. Takut lintah hahahaha.. Paling seneng di tempat begitu kan dia :p

  10. Setiap lebaran idul adha aku selalu ikut andil motong kambing
    Biasanya aku kebagian tugas untuk membersihkan daleman kambing.
    Jadi aku harus jalan ke sungai bareng teman-teman yang ada di dalem kebon.

    namun sekarang aku sudah jarang ke sungai lagi, duh jadi kangen masa kecil 🙁

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.