Seorang sakti mandraguna bernama Ata Polo memburu sepasang Koo Fai (gadis muda) dan Nuwa Muri (pemuda) yang merupakan Ana Kalo (anak yatim piatu) untuk dimakan. Mereka masuk ke dalam gua. Ata Bupu, seorang sakti mandraguna lainnya, menghalangi perilaku jahat Ata Polo. Mereka berdua bertarung dengan dahsyatnya sampai terjadi gempa. Mereka semua akhirnya tertimbun di dalam gua. Di tempat Ata Polo tewas, muncullah danau berwarna gelap. Di tempat Ata Bupu tewas, muncul danau berwarna biru. Sedangkan di tempat Koo Fai dan Nuwa Muri tewas, muncul danau berwarna hijau. Itulah sepenggal cerita sejarah danau kelimutu flores, sebuah legenda awal terbentuknya danau cantik di taman nasional kelimutu.

kriiiiiing… kriiiiiing.. kriiiiing.. alarm handphone berbunyi..
Pukul 4 saya terbangun di sabtu pagi itu.. saya kirim chat ke Boni, “Bon, udah bangun lu? Pak Agus?”.. Beberapa saat kemudian Boni bales “udah Bar, ini lagi siap-siap”.. Saya pun bersiap untuk melakukan traveling pagi itu menuju ke keindahan wisata danau Kelimutu yang terkenal seantero jagat.
Sedangkan teman sekamar sekaligus ketua tim saya, bro Ivan, memutuskan untuk nggak ikut perjalanan menuju danau kelimutu. “Gue udah pernah ke sana bro”, ujarnya. Selepas solat subuh, mobil sewaan pun datang ke hotel satarmese ende beserta sopirnya.
Saya ke Ende dalam rangka penugasan dari kantor. Kerjaan udah kelar hari Jumat dan Sabtu siang ini kami akan kembali ke Kupang.
Sembari menunggu jadwal keberangkatan pesawat, saya, Boni dan Pak Agus memanfaatkan waktu yang terbatas itu untuk jalan-jalan. Pak Agus dan Boni sendiri dalam rangka penugasan yang berbeda tetapi masih dalam satu kota.
“Wah pak, kesiangan nih kalau mau ngejar sunrise”, kata pak sopir. “Gapapa pak”, sahut pak Agus. Perjalanan dari Ende ke Danau Kelimutu memang cukup jauh, memakan waktu sekitar 2 jam. Wisatawan yang ingin mengejar indahnya sunset di taman nasional kelimutu biasanya menginap di perkampungan Moni sebelum hiking. Letaknya di kaki gunung kelimutu.
Baca artikel sebelumnya : Sumba Timur, Afrika Tanpa Singa (klik di sini)
Perjalanan ke taman nasional kelimutu didominasi oleh perbukitan, sawah, dan ladang jagung. Di sini, jalanan mulus banget. Jangan sampai terlena karena kemulusan jalannya, nanti celaka. Hal ini saya alami sehari sebelumnya, dimana mobil yang saya tumpangi terbalik. Kaca mobil pecah, dan kami harus merangkak melewati jendela belakang untuk keluar. Aaah panjang kalau diceritain, skip dulu …

Sampai ke daerah moni, wisatawan yang saat itu didominasi warga asing mulai banyak terlihat. Ada yang nekat duduk di atas angkot (padahal cewe, 2 orang), ada yang jalan kaki dari penginapan di Moni sampai ke puncak kelimutu (lumayan jauh bro), ada yang tua, ada yang muda, nano nano deh.
Kami sampai di taman nasional kelimutu jam 6. Tentunya, momen matahari terbit udah gak bisa kami dapatkan. Gak apa deh, tujuan utama kesini kan untuk melihat danau 3 warnanya. Gak lupa ambil foto dulu di depan pintu masuk, tipikal turis Indonesia :V ..

Setelah melewati gerbang kedatangan dan sampai ke parkiran mobil, kami disambut oleh banyak penjual. Ada yang jual makanan, minuman, dan souvenir.
Sebelum naik ke puncak, kami membeli sarapan dulu biar cukup tenaga. Maklum, karena terlalu pagi keluar dari hotel, kami belum sempet dikasih sarapan dari hotel. Tak lupa kami membeli air mineral untuk bekal di puncak. Satu lagi yang tak boleh dilewatkan adalah membeli kain tenun khas Ende.
Setelah kelar urusan di sekitar parkiran, kami harus berjalan kaki menaiki anak tangga dan menyusuri jalan setapak sebelum sampai ke area danau.

Perjalanan menuju ke puncak dihiasi dengan pemandangan hutan yang hijau menyejukkan mata. Aah, ini daya tarik lain dari wisata danau kelimutu, bukan cuma danaunya aja.

Danau kelimutu flores ini sebetulnya adalah kawah dari gunung berapi kelimutu ini. Sesampainya di danau pertama, saya pun berdecak kagum. Warnanya hijau, dan kalian harus liat aslinya untuk melihat keindahan danau ini. Foto di artikel ini nggak bisa merepresentasikan keindahannya karena hanya jepretan hape jadul, :p. Jadi apa yang terlihat di foto-foto artikel ini gak merepresentasikan keindahan hakikinya. Kalau liat aslinya? Woh indah bangettt.


Danau kedua berada tepat di sebelahnya dan hanya dipisahkan oleh tebing tipis yang sangat curam. Sama indahnya dengan danau pertama, hanya saja memiliki warna air yang berbeda.
Untuk melihat danau kedua dengan lebih jelas, kita harus turun dari area ini menuju puncak tertinggi. Di puncak ini, kita dapat melihat ketiga danaunya. Jaraknya lumayan jauh dan kita harus melewati puluhan anak tangga. Untungnya perjalanan kesana kembali ditemani bentang alam taman nasional kelimutu yang menarik. Capek pun terobati.
Dari puncak ini, saya bisa melihat ketiga danau dan suasana sekelilingnya yang tentunya sangat menawan. Danau kedua terlihat sangat jelas disini. Warnanya berbeda dengan yang pertama, walau gak terlalu jauh perbedaannya. Lapisan warna putih nampak timbul di beberapa bagiannya.
Danau ketiga nggak bersebelahan dengan dua danau pertama. Danau ketiga ukurannya lebih kecil. Saat itu warnanya hitam, namun konon katanya kadang berwarna merah. Nggak seperti dua danau sebelumnya yang sekelilingnya tandus, danau ketiga ini dikelilingi oleh barisan pohon pinus sehingga terlihat lebih indah.

Di balik keindahannya, ada hal mistis yang dipercaya oleh warga sekitar. Dikutip dari wikipedia, danau atau Tiwu Kelimutu dibagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna – warna yang ada di dalam danau:
- Danau berwarna biru atau “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal;
- Danau yang berwarna merah atau “Tiwu Ata Polo” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung;
- Sedangkan danau berwarna putih atau “Tiwu Ata Mbupu” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.”
Terdapat misteri danau kelimutu yang dipercaya masyarakat. Misteri danau kelimutu flores itu adalah bahwa ketiga danau ini bisa berubah warna.
Danau pertama bisa berubah menjadi biru, putih, dan hijau, begitu pun dengan danau kedua. Sedangkan danau ketiga bisa berubah dari warna hitam ke warna merah. Konon menurut para penjual makanan di lokasi, sebelum terjadi perubahan warna, akan didahului oleh gempa. Hiii sereeeem yaa misteri danau kelimutu.
Puas menikmati keindahan wisata danau kelimutu, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9. Kami harus segera bergegas meninggalkan tempat ini karena harus kembali ke Kupang siang harinya.
Aaaah terasa terlalu singkat kunjungan kali ini .. Semoga suatu saat bisa kembali ke tempat ini, dengan persiapan yang lebih matang tentunya. Misalnya kamera yang lebih bagus agar bisa mengabadikan foto yang lebih indah. Bye – bye Kelimutu, bye – bye para monyet. I’ll be back!!
—————–
Berkunjung November 2011
-Traveler Paruh Waktu-
Danaunya bagus mas… berapa lama sampai atas mas?
dari parkiran kira2 15 menit sampai kok..
itu monyetnya kok ga takut jatuh ya, mejeng di pinggiran…
ahli parkour dia