Sebuah perbukitan karst terpampang di depan mata. Perbukitan dengan warisan geologi berupa batuan berusia jutaan tahun ini terpisah menjadi dua bagian, mengapit sebuah lembah dengan air sungai yang mengalir dengan tenang. Batuan karst tersebut di beberapa bagian tampak gagah memperlihatkan coraknya yang bergradasi. Di sini lainnya, rimbunnya vegetasi hutan hujan sumatera menutupinya. Di balik rimbun pepohonan, tentu masih menjadi rumah bagi para hewan endemik sumatera. Di balik rimba yang rapat itu juga tersimpan banyak daya tarik seperti goa dan air terjun. Budaya minangkabau yang kental masih terjaga di perkampungan di pinggir rimba. Di sini, geopark silokek, kemurnian alam dan kearifan masyarakat lokal masih terjaga. Hanya saja, aliran sungai sudah tercemar karena aktivitas tambang emas.
Susahnya Akses Menuju Geopark Silokek
Besok sore saya kembali ke Kota Padang. Tapi, rasa penasaran saya akan Geopark Silokek masih membuncah. Sepertinya, esok pagi saya masih punya waktu untuk berkunjung singkat ke Silokek.
Silokek sudah lama menjadi incaran petualangan saya di Sumatera Barat sejak pertama saya pindah ke provinsi ini tahun 2016. Namun, tempatnya yang lumayan jauh, informasi yang kurang, dan lokasi yang jauh dari tempat-tempat wisata lainnya membuat impian saya tetap menjadi impian.
3 tahun berselang, di tahun 2019 akhirnya saya dapat melihat langsung cantiknya Silokek.
Berbekal motor matic sewaan senilai Rp50.000 per hari dari “wisma keluarga” tempat saya menginap, saya berangkat seorang diri. Sebenarnya penginapan tak menyediakan sewa motor. Tapi ntah kenapa si uda pemilik wisma mau menyewakan motornya. Thanks uda..
Lokasi Geopark Silokek dari Kota Sijunjung tak terlalu jauh, hanya sekitar 15 km. Tapi, orang bilang jalannya jelek sehingga banyak yang nggak berani ke sana, terutama kalau bawa mobil 2WD.
Rasa penasaran yang tinggi tetap tak menyurutkan tekad saya untuk segera menyambangi Silokek. Ah, persetan dengan jalan jelek. Saya yakin bisa melewatinya.
Bensin terisi full, saya pun menjauh meninggalkan kota Muaro Sijunjung. Sesekali saya berhenti dan membuka google map untuk memastikan saya tidak nyasar.
Aspal bagus hanya ada di awal. Selanjutnya, saya melewati jalan yang lebih sempit yang kadang beraspal kadang jalan tanah. Bahkan jalan aspal pun sudah retak, bergelombang, dan rusak.
Kondisi jalan yang rusak cukup menyulitkan saya. Apalagi, di sebelah kanan jalan adalah jurang menuju aliran sungai keruh. Airnya terlihat tenang, yang menjadi peringatan bahwa sungai ini dalam.
Tantangan terbesar adalah ketika harus melewati tanjakan curam dengan jalan tanah yang bergelombang dan rusak, dan jurang terjal mengintai di sampingnya. Saya cukup khawatir ketika melewatinya. Saya harus benar-benar memilih bagian jalan paling ramah dan tetap menjaga torsi motor supaya cukup kuat untuk menanjak.
Tantangan lebih berat terjadi ketika di jalan jelek dan menanjak itu, sebuah truk dari arah yang berbeda terlihat menghampiri. Alamaaak.. Saya harus segera mencapai sisi atas sebelum berpapasan dengan truk itu di tanjakan jelek ini.
Fiuh.. Beberapa kali kondisi tersebut terjadi. Beruntung saya dapat melewatinya dengan lancar.
Saya heran ketika ada mobil Xpander dan Avanza terparkir di perkampungan. “Bagaimana caranya mereka melewati jalan yang hancur begini? Sedangkan beberapa orang yang saya temui di Muaro Sijunjung aja nggak berani bawa mobil ke sini”. Tapi mungkin pemilik xpander dan avanza itu adalah orang lokal yang memang sudah terlatih melewati jalan menuju Geopark Silokek.
Penjelajahan Geopark Silokek Dimulai
Setengah jam perjalanan telah dilalui, 15 km telah dilewati. Di hadapan saya, pintu gerbang menuju kawasan geopark silokek menyambut. Sepi, tak ada siapapun di gerbang.
Peta wisata geopark silokek berdiri tegak di depan gerbang kedatangan. Dari apa yang terpampang di sana, saya baru tahu ternyata di silokek banyak sekali spot wisatanya, terutama berkaitan dengan geopark.
Geopark Silokek merupakan wisata alam dengan 2 tebing dan perbukitan utama yang mengapit lembah, yang di tengahnya mengalir sungai batang kuantan. Kawasan ini sekilas mirip dengan lembah harau. Namun, tebing-tebing di lembah harau lebih tegak lurus dengan sisi tebing yang polos. Sedangkan tebing-tebing di Silokek lebih beralur dan dipenuhi pepohonan yang rimbun.
Melimpahnya Spot Wisata di Kawasan Geopark Silokek
Dari sisi spot wisata yang ditawarkan, geopark silokek memiliki banyak banget tempat menarik.
Ada beragam ngalau (goa) seperti ngalau talago, ngalau basurek, ngalau saribu, ngalau sipungguak, dan goa-goa lainnya yang tak bernama yang dapat dijumpai di sepanjang jalan.
Ada juga beragam air terjun seperti air terjun bangkiamo, air terjun taye, dan air terjun palakuhan.
Tempat menarik lainnya misalnya arung jeram, pulau andam dewi, pasir putih, kolam renang, pemandian air panas, dan lain-lain.
Informasi telah cukup didapat, saya pun memasuki kawasan geopark silokek. 2 tebing yang mengapit di kanan dan kiri jalan tampak megah dengan rapatnya hutan hujan sumatera. Sungainya cukup lebar, namun sayang airnya sangat keruh. Aktivitas tambang emas membuat keasrian sungai ini ternodai. Sayang sekali.
Sesekali, terlihat orang memancing di tepi sungai keruh itu. Masihkah ada ikan di air sekeruh itu?? Semoga saja. Dan informasi terakhir yang saya dengar, saat ini air sungai sudah mulai kembali ke jernihnya.
Di depan taman ngalau basurek saya berhenti. Sunyi.. Pintu masuk menuju goa tertutup. Saya lanjutkan perjalanan.
Di depan spot arung jeram pun begitu, sepi. Tak ada orang di sana. Sungai ini di beberapa sisinya terlihat tenang, bahkan sangat tenang. Tapi di beberapa sisi lainnya terlihat deras dengan bebatuan yang memecah arus.
Warung-warung yang ada di pasir putih pun begitu, tanpa ada aktivitas.
Pulau andam dewi juga tampak sepi. Saya tak tahu bagaimana caranya melintas ke pulau itu. Mungkin biasanya ada perahu yang dapat mengantarkan wisatawan.
Pulau andam dewi ini berupa daratan yang membelah sungai menjadi 2 aliran, dan di ujung berikutnya kedua aliran sungai itu menyatu. Sehingga daratan itu terpisah dari daratan utama dan membentuknya seperti sebuah pulau.
Saya datang di hari kerja. Mungkin, geopark silokek ini hanya ramai di hari libur. Sehingga di hari kerja seperti ini, para pelaku usaha mencari rejeki di tempat lain.
Di spot pasir putih di tepi sungai saya berhenti. Saya perhatikan sekeliling, tak ada pasir putih di sana. Memang ada sepetak lahan kosong berpasir, tapi warna pasirnya coklat terang.
Ah, mungkin ini maksudnya. Biasanya, pasir sungai warnanya hitam. Sedangkan pasir di tepian sungai batang kuantan di Silokek ini warnanya coklat terang. Bisa diterima. Kadang, pasir putih di pantai pun nggak selalu berwarna putih.
Ada Harimau di Geopark Silokek?
Saya lanjutkan perjalanan. Di sebuah warung kecil saya berhenti untuk sekedar mengganjal perut dengan beberapa cemilan. Di depan warung terdapat beberapa perahu wisata yang terparkir. Di seberang sungai adalah bukit karst yang memanjang, dengan vegetasi yang rimbun dan terlihat sebuah goa di atasnya.
“Kalau mau naik perahu itu harus menghubungi siapa uni?” tanya saya kepada uni pemilik warung. “Kalau bukan hari libur orangnya enggak datang ke sini karena sepi. Kalau hari libur baru orangnya standby“, begitu jawab si Uni..
Sayang sekali. Padahal, sepertinya sangat menyenangkan mengarungi sungai yang tenang dengan perahu sambil memandang perbukitan karst yang indah di Geopark Silokek ini. Perbukitan yang menyimpan kekayaan alam yang luar biasa, dengan warisan geologi berupa batu-batuan gamping (karst), batuan sedimen, batuan metamorf dan intrusi granit yang berumur ratusan juta tahun. (sumber)
Melihat rimbunnya vegetasi hutan hujan di sini, saya kembali bertanya ke si Uni. “Uni, di atas sana masih ada harimau??”. Si Uni menjawab, “Dulu banyak harimau, kalau sekarang nggak tahu.. Tapi kalau kambing gunung masih sering keliatan, sering turun ke sungai untuk minum”.
Baca juga cerita perjalanan saya ke Singapura (klik di sini)
Menurut warga lainnya, harimau pun masih ada di hutan silokek ini. Terkadang para pemancing saat datang di malam hari sering menjumpai kehadiran si loreng harimau sumatera di kawasan geopark silokek ini. Tapi asalkan kita tidak mengganggunya, harimau itu pun tidak mengganggu para pemancing. Ini menandakan bahwa mangsa di hutan masih melimpah, sehingga harimau tak tertarik untuk memangsa manusia.
Menarik, bahkan dari jurnal yang saya baca di internet, fauna di sini masih terjaga kelestariannya. Selain kambing gunung dan harimau sumatera, ada juga diantaranya tapir, burung rangkong, trenggiling, dan lain-lain. Sedangkan kekayaan floranya misalnya ada bunga bangkai dan bunga berdaun satu.
Hal menarik lainnya di sini adalah dulunya terdapat jalur kereta api di sepanjang sungai batang kuantan dari Sumatera Barat sampai ke Riau. Saat ini jalurnya telah hilang, berganti dengan jalan penghubung antar kampung.
Saya kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini saya berada di sebuah perkampungan kecil. Yang unik di sini adalah banyak masyarakat yang masih menggunakan penutup kepala khas minangkabau, terutama para perempuan. Sayang saya tak sempat mengabadikannya dalam bidikan lensa.
Saya sudah cukup jauh melewati kawasan geopark silokek ini. Melewati jembatan gantung, melihat warga lokal bercocok tanam di sawah, berbincang dengan warga setempat, mengagumi keindahan perbukitan yang kealamiannya masih sangat terjaga, hanya saja sungainya telah tercemar.
Ketika Nyali Diuji di Tengah Kebon
Saya putar balik motor yang saya bawa. Sebelum kembali ke Muaro Sijunjung, saya mencoba mendatangi salah satu air terjun. Berbekal google map dan bertanya kepada penduduk lokal, saya mengikuti jalan sesuai arahan. Semakin lama, jalan semakin kecil dan melewati kebun warga.
Semakin jauh berjalan, semakin sepi, hanya menyisakan suara alam. Keberanian saya mulai hilang. Sebelum “hilang” semakin jauh, saya putuskan untuk menyudahi pencairan air terjun. Saya kembali.
Sebenarnya banyak hal yang ingin saya lakukan di sini. Ingin menjelajah goa, ingin menyusuri sungai, ingin mandi di air terjun. Tapi ketiadaan informasi pemandu dan keterbatasan waktu membuat saya mengurungkan niat itu. Dalam perjalanan kali ini, saya cukupkan untuk sekedar berkenalan dan menyapa cantiknya geopark silokek.
Di masa yang akan datang, saya harap bisa kembali ke sini membawa Ayu dan Kanaya. Tapi dengan catatan jalan menuju ke sini sudah layak dan informasi wisata dan pemandu telah lengkap.
Trip kali ini tidak saya rencanakan dari awal, sehingga saya luput membawa kamera. Semua foto berasal dari jepretan kamera handphone.
***
Berkunjung Juni 2019
Traveler Paruh Waktu
Dari dulu pengen bgt main ke sini tapi belom ada kesempatan. Moga 2020 bisa terealisasi.
aamiin.. semoga terwujud bay.. seru sih di sini,, nggak cukup sehari kalau mau explore ke banyak spotnya..
Baru Sabtu kemarin aku motoran ke salah satu area pinggiran Palembang. Jalannya rusak parah di beberapa titik, sampe motorku oleng dan kebalik haha. Yang ada di benakku saat itu dan saat liat foto2 kamu, “ini kalau ban bocor gimana ya?” huhuhu, untungnya semua baik-baik aja.
Aku kalau di posisi Bara juga bakalan balik arah kalau gak nemu dan dirasa udah kejauhan dan makin dalam makin sepi. Hantu sih bisa dihadapi ya haha yang serem itu orang jahat. Hiy.
wah bisa sampe kebalik gitu motornya, haduuuh..
ngerii emang kalau sampe ban bocor di out of nowhere.. aku pernah nyasar juga di pedalaman pulau alor, motoran sendirian, terus jalan utama ditutup karena ada pohon besar tumbang, eh jalan alternatifnya masuk ke tengah hutan antah berantah, ngeriii..
Akses ny butuh perjuangan dan niat mendalam. Info wisma, detail ny. Kali2 ada minat. Soalny pake mobil, fix rempong
tarif wisma permalamnya lupa,, kayanya sekitar 300k deh, ngga digali lebih waktu itu , wkwk..
Sayang banget kalo tempat wisata bagus gini tp belum lengkap fasilitas dan infrastrukturnya. Aku juga ga bakal berani nerusin perjalanan kalo sepi begitu mas. Apalagi msh banyak hutan. Mnding mundur deh drpd ga bisa balik LG.
Wisata alam gini aku sukaa banget sbnrnya. Tp kalo msh terlalu sepi, aku takutnya kayak goa2nya banyak ulaaar hahahahaha.. jd lebih memilih ga mau masuk kalo ke goa2 gitu.. padahal slalu penasaran dalamnya kayak apa
iya ini masih hutan alami bgt.. kalau berkelana tanpa didampingi guide emang ngeri sih,, masih banyak binatang buas juga di hutannya..
potensinya bagus sih, bisa jadi alternatif lembah harau, tapi karena susahnya akses yaa sepi.. jangankan orang luar sumbar, orang sumbar sendiri pun jarang yang pernah ke sini, malah yang ga tau juga mungkin banyak..
bacanya jadi agak2 deg degan gitu aku, takut akhir ceritamu “ga enak”
kalau aku kayaknya mungkin kalo sesepi itu mundur duluan, apalagi waktu masuk kebun seperti itu.
aku baru denger nih ada geopark silokek, ternyata alamnya masih bener2 alami ya, pemandangannya dengan bukit tinggi seperti itu jelas membuat penasaran
kalau lanjut mungkin endingnya gak enak, untung gak lanjut hihi..
aku juga baru tahu pas pindah ke padang ini 😀
iya alami bgt,, tempat wisata paling alami yang pernah kujelajahi di sumatera barat nih..
keren ih silokek, tapi kalo sendirian dan jalannya rusak ya jiper juga… pengen ke makam penemu batubara sawahlunto, kabarnya makamnya di silokek 🙂
jangan jiper, ane juga sendirian gan haha.. wih dia di silokek ya makamnya? malah baru tahu.
Jalan udah mulus teraspal, sebelum dikunjungi sandiaga uno, udah bisa ngebut hingga ketitik terjauh…
baca di blog museum gudang ransum, makamnya lewat dari jembatan gantung itu Bar…
https://sawahluntomuseum.wordpress.com/2012/03/12/de-greve/
oh gituu,, waktu itu ngga sampe ujung jembatan gantung sih,, cuma sampe tengah trs balik lagi.. 😀
didaerah sini juga ada yang kayak gini kak,, tepatnya di Perbatasan Wonogiri-Gunungkidul, ada museumnya namanya museum karst..jalannya mirip2 lah, cuma sekarang udah bagus…
.
mungkin udah pernah?
wah belum pernah,, udah lama bgt enggak ke daerah Jogja dan sekitarnya, terakhir tahun 2007 wkwk..
Jalannya pe-er banget ya? tapi sepertinya masih lumayan sih.
serius itu masih ada harimaunya? *serem
kalau di foto keliatannya emang ngga terlalu ekstrim.. tapi kalau pas lewatinnya, lumayan berat, ada juga di beberapa bagian yg nggak difoto, parah. tapi info terakhir sih katanya sudah diperbaiki..
iya masih ada, soalnya itu termasuk bagian bukit barisan yang memandang dari lampung sampai aceh..
pak mau nanya, untuk geositenya apa aja ya nama nya ? makasi mohon dijawab yaaa hehehe
wah mohon maaf kalau detilnya kurang paham juga