Parepare, kota ini kecil, tapi mungkin namanya cukup familiar bagi banyak orang Indonesia. Di sanalah, salah satu presiden Republik Indonesia lahir dan melalui masa kecilnya. Berjarak 100an kilometer dari sana, lansekap yang indah dan unik menyambut. Perpaduan antara bukit-bukit berundak berumput hijau, berpadu dengan lembah subur dan dibentengi oleh tebing-tebing tinggi tegak lurus yang tampak gagah. Ini adalah Enrekang, hidden gems yang baru saya ketahui setelah saya berada di dalamnya.
Simbol Cinta Sejati Habibie-Ainun
Sesungguhnya badan ini terasa sangat lelah, ingin sekali merebahkan badan di kasur. Tapi apa daya, kami masih terkatung-katung di alun-alun Kota Parepare. Travelmate saya kali ini, Riscy, masih sibuk menelepon neneknya, meminta arahan tentang patokan menuju rumah sang nenek. Dia lupa.
Saya memandang ke arah dua buah patung, seorang lelaki dan seorang perempuan. Dua patung itu menghadap ke jalan. Sang lelaki melambaikan tangannya, seolah-olah menyapa setiap pengendara yang melalui persimpangan jalan itu. Lelaki itu, walaupun berdarah Gorontalo-Jawa, tetapi lahir di kota kecil ini. Lelaki itu ahli di bidang penerbangan. Lelaki itu pernah menduduki jabatan orang nomor 1 di NKRI. Lelaki itu, tak lain tak bukan adalah B.J. Habibie. Patung perempuan di sebelahnya, tentu adalah patung Ibu Ainun, sang istri tercinta.
Habibie tidak hanya terkenal akan kecerdasannya, tapi juga tentang romantisme kisah cintanya dengan Ainun. Manisnya kisah cinta mereka dijadikan Relationship Goal insan manusia, tak kalah dengan kisah cinta Romeo and Juliette, khususnya bagi orang Indonesia.. Simbol kisah cinta mereka pun diabadikan dalam sebuah monumen cinta sejati Habib-Ainun. Bahkan, monumen ini diresmikan pada hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke-53. Manis sekali..
Kami menemukan titik terang. Kami diarahkan menuju sebuah SPBU. Di sana, kami menunggu. Seorang lelaki muda kerabat dari Riscy akhirnya datang dan mengantarkan kami menuju rumah nenek.
Baca juga: Menyusuri Lokasi Syuting The Nekad Traveler di Rammang-rammang
Kami sampai. Riscy melepas kangen dengan neneknya. Saya berkenalan dan berbincang-bincang dengan kedua nenek Riscy. Dalam adat Toraja, panggilan nenek tak hanya dikhususkan untuk perempuan, tetapi juga berlaku untuk laki-laki. Jadi, baik nenek maupun kakek, semuanya dipanggil nenek oleh orang toraja, setidaknya itu yang Riscy katakan.
Semangkuk mie instan lengkap dengan telur mengisi rongga perut yang telah kosong, tak lupa ada sedikit nasi di sana. Katanya, orang Indonesia tak bisa makan tanpa nasi :D. Malam semakin larut, rasa kantuk datang, mata terpejam lalu terlelap, meluruhkan sisa-sisa letih yang sempat menguasai raga. Dengan perut yang penuh, saya tertidur dengan pulas.
Lagi-lagi Drama Motor
“Hati-hati di jalan”, ucapan terakhir dari nenek Riscy pada pertemuan kali ini. Motor kami mulai melaju, meninggalkan kedua nenek Riscy dan anjing peliharaannya yang sering memberi tatapan curiga kepada saya. Hari ini kami melanjutkan perjalanan ke Tana Toraja, tanah leluhur Riscy.
Baru saja keluar dari jalan komplek, kesialan menimpa. Ban motor bocor lagi, kali ini ban depan, setelah sebelumnya ban belakang mengalami kebocoran di Takalar dalam perjalanan dari Bira ke Makassar. Rasa sesal sedikit menghampiri, menyalahkan diri ini kenapa tak sekalian ganti ban tubeless saat di Takalar dulu.
Melaju perlahan dan terseok, akhirnya kami menemukan bengkel motor. Ban depan pun saya ganti dengan ban tipe tubeless. Ban baru sudah terpasang, perjalanan berlanjut. Selamat tinggal sudut-sudut kota yang menjadi saksi bisu masa kecil Pak Habibie.
Giant Miss V?? π
Kami memasuki kabupaten terakhir sebelum sampai di Tana Toraja, Kabupaten Enrekang.
Saya tak pernah memaksakan diri untuk terus melaju di atas motor dari titik keberangkatan sampai titik tujuan. Saya berhenti tiap dua jam untuk menjaga tubuh tetap fresh dan fokus. Kali ini, Riscy mengajak saya untuk beristirahat di sebuah cafe di tepi jalan, di atas tebing, dengan pemandangan alam Enrekang yang cantik dan unik. Ada banyak cafe di sepanjang tepian gunung nona ini. Berhenti di titik manapun, rasanya pemandangannya tetap menakjubkan.
Di belakang itu, ada sebuah bukit dengan visual unik. Dalam ilmu cocoklogi, bentuknya seperti alam kelamin perempuan. Itulah alasan di balik penamaan Gunung Nona, nama tempat ini. Ada-ada saja warga +62.
Pemandangan di belakang cafe adalah daya tarik utama tempat ini. Selain gunung nona, lanskap yang disajikan sungguh memanjakan mata. Bukit berundak di dua sisi berbeda semakin menurun dan bertemu di satu lembah hijau. Di ujung sana, mungkin air mengalir diantara himpitan dua kaki bukit yang bertemu. Tebing-tebing yang tampak kokoh juga terlihat di bagian lainnya.
Enrekang adalah gambaran dari kejutan tak terduga dalam perjalanan. Saya tak pernah merencanakan untuk berhenti di sini dalam perjalanan menjelajah Sulawesi. Bahkan, namanya saja baru saya tahu ketika Mabrur -host CS saya di Makassar- bercerita tentang suatu daerah bernama Enrekang dengan segala keindahannya. Saat itu saya belum terlalu paham karena memang baru pertama mendengan namanya. Saya tak menuliskannya di itinerary yang saya buat. Saya pun tak penasaran untuk mencoba mengintip keindahannya lewat google.
Ketika saya telah memasuki wilayah Kabupaten Enrekang, dan melihat alamnya dengan mata kepala sendiri, saya baru menyadari bahwa ternyata ucapan Mabrur memang benar adanya. Bagi saya, Enrekang ini memang indah dan unik. Banyak visual cantik bak negeri dongeng seperti yang terlukis dalam benak saya.
Saat melewati jalan yang mulus itu, sebuah bukit gundul menjulang tinggi dan lancip menyerupai gunung menemani perjalanan. Rasanya, pemandangan seperti itu pernah saya jumpai dalam ilustrasi sebuah cerita pendek di majalah Bobo, majalah langganan saat kecil dulu. Jangan-jangan, penulis atau ilustratornya adalah putra/putri asli Enrekang. Mirip sekali.
Sudut favorit lainnya bagi saya adalah tebing-tebing yang menjulang tinggi tegak lurus di lembah. Tebing-tebing di ujung sana menjadi pagar alami pemukiman penduduk di bawahnya, melindungi perkampungan dari sinar mentari di satu titik waktu. Entah bagaimana proses terjadinya, satu tebing terunik seakan adalah potongan besar dari bukit yang lebih besar. Di satu sisi, tebing itu hijau oleh pepohonan dan semak. Di sisi lainnya benar-benar tegak lurus dan hanya tampak batu besar yang tersayat.
Ingin rasanya menjelajah lebih jauh kabupaten ini. Sayangnya, Enrekang hanyalah tempat persinggahan sementara dalam perjalanan ini. Tana Toraja masih menunggu kami di depan sana. Kami tak bisa berlama-lama beristirahat, kami harus sampai di Tana Toraja sebelum gelap menjemput.
Sepiring pecel lele yang rasanya jauh dari kata enak telah seluruhnya saya santap. Energi telah kembali terisi penuh. Kami pun beranjak meninggalkan cafe ini, bersamaan dengan tibanya rombongan ibu-ibu sosialita yang sedang tamasya.
Enrekang bagi saya masih menyimpan “misteri”, keseluruhan cantiknya masih tersembunyi di balik bukit berundak itu. Saya menjadi penasaran untuk melihat setiap sudutnya. Saya menyimpan pertanyaan tentang apa yang ada di balik tebing-tebing itu, tentang apa yang tersembunyi di lembah-lembah itu, tentang lansekap di balik gunung nona yang menggoda untuk dijelajahi. Rasanya Enrekang masih menyimpan banyak keindahan terselubung. Jika saya berumur panjang dan diberi rezeki, kelak saya akan datang lagi ke sini, menjelajah setiap incinya..
Hari telah sore saat kami sampai di Toraja. Langit mendung, hujan baru saja berhenti. Cahaya matahari yang masih tersisa di hari itu, bertabrakan dengan butir-butir air yang masih beterbangan di angkasa, menciptakan sebuah visual busur dengan spektrum warna beragam. Tak terlalu jelas, tapi pelangi di sore itu, di perbatasan Toraja membuat diri ini tak sabar untuk menjelajah Toraja. Pelangi itu, semoga saja merupakan suatu pertanda bahwa Tana Toraja menerima kedatangan kami.
***
Traveler Paruh Waktu
Cakep banget pemandangan Gunung Nona-nya, mas woaaaaah ~ bukitnya berundak-undak, syuka lihatnya ~ hehehehe. Sekilas feel-nya mirip sama feel yang saya rasakan waktu di NZ. Nggak sangka di Indonesia ada banyak pemandangan alam yang super indah
Eniho, Pak Habibie dan Bu Ainun even pada patungnya terlihat sweet dan mesra, ya ~ nggak heran kalau jadi goals bagi kebanyakan orang Indonesia. Apalagi semenjak filmnya ditayangkan, saya pun langsung jadi fans hehehehe. Nggak sabar lihat cerita yang di Toraja, dari dulu selalu suka baca tulisan soal Toraja, entah kenapa feel-nya magis banget di sana, mas
Nggak nyangka juga ternyata Enrekang punya bentang alam yang unik dan indah.. Sebelum ngetrip, sebelumnya ga ada kepikiran buat berhenti atau nyari tahu tentang Enrekang.. Ini termasuk salah satu kejutan di perjalanan saya kali ini mbak.. π
Iya Pak Habibie dan Ibu Ainun bener-bener relationship goal bgt buat orang-orang Indonesia..
Menurut saya Toraja juga feel-nya magis bgt, kaya beda gitu dari Sulawesi lainnya.. Lebih mirip NTT sih kalau menurut sayaa..
Aaaah, kalo bis ke Sulawesi lagi, aku bakal pilih pare2 dan tanah Toraja :). Kalo Toraja sih sbnrnya udh lama mau aku datangin, apalagi di sana ada banyak cerita budayanya yg menarik . Tertarik liat ritual pemakaman di sana, dan beberapa upacara adatnya .
Kalo pare2, aku pgn juga foto di depan patung pak Habibie dan Bu Ainun :). 2 idola untuk banyak keluarga yg pasti ingin kisah cintanya semanis pak Habibie dan Bu Ainun π
Kalau ke Toraja lewat darat via Makassar, pasti bakal ngelewatin Pare-pare mbak, jadi bisa lah nyempetin berfoto dulu di depan patung Habibie-Ainun..
Toraja emang banyak hal menarik,, tapi ngga semua keunikan bisa diliat setiap saat.. Upacara ma’nene aku gak jumpain waktu itu,, tapi beruntung bisa liat tedong silaga (adu kerbau) yang juga gak tiap saat.. Kalau gak salah event2 toraja yg lengkap biasanya bulan Desember (cmiiw)..
Wah … keren banget pemandangannya. Saya pernah ke Tanah Toraja 20 tahun yang lalu. Waktu itu berangkat dari Makassar rasanya jauh … banget. Sempet berhenti sebentar buat melihat gunung Nona juga. Seingat saya, dulu Tanah Toraja rumahnya masih jarang-jarang, banyak rumah kayu, dan ada gereja di mana-mana. Sekarang seperti apa ya?
wah 20 tahun pasti lebih cantik dan lebih magical itu Toraja yaa, lebih alamii.. Dari Makassar memang cukup jauh sih, apalagi jaman dulu mungkin kendaraannya lebih lambat yaa..
tebingnya cakep BANGET.
ga boong, kaya wallpaper komputer gitu huhu, jadi pengen jalan jalan juga. Kak Barra nih lho ngomporin buat jalan-jalan mulu huhuhuu
jalan-jalan virtual dulu aja sampai pandemi berakhir π
Aku mengenal enrekang juga dari temanku yang berkunjung ke sana. Dia juga menyarankan untuk datang ke sana. Pemandangannya sangat bagus.
Kalau Tana Toraja memang sudah ada rencana untuk ke sana.
Makassar ke toraja memang jadi banyak tujuan bagi para pelancong.
Ehm, aku sangat kagum dengan pak Habibie dan ibu Ainun. Mereka berdua selalu bercerita tentang kesetiaan mereka. Bahkan makamnya terletak berselebehan. Itu juga karena permintaan pak Habibie.
Nah kalau nanti ke Toraja,, jalan darat aja dari Makassar, dan ambil perjalanan siang supaya bisa melihat pemandangan cantik di Enrekang..
Yup, luar biasa kisah cinta Habibie dan Ainun,, makanya sampai dibuatkan film juga yaa.. Memang romantis bgt dan relationship goal bgt sih..
Ainun hadirrrrrrrrrrrrrrrrrrr………
cita cita dari dulu bisa mampir ke sini, apalagi sejak mas bara cerita soal pare pare, makin semangat aja pokoknya
view di enrekang omaigodddddddd cakeppp gilakkkk, kalau aku kesana udah jelas nggak berhenti bilang, gilak gilak gilakk ini keren parahh
aku baca baca, spot gunung nona ini sering jadi jujugan pejalan ketika menuju toraja ya, ngafe santai plus menikmati view alam seperti ini. segerrr
Semoga nanti ketika pandemi berakhir, bisa secepatnya ke sini yaa, aamiin.. Toraja menurutku adalah destinasi wajib dikunjungi kalau berkunjung ke Sulawesi.. Dan kalau ke Toraja, bagusnya jalan darat dari Makassar dan luangkan waktu untuk mengunjungi tempat-tempat cantik yang bisa dijumpai sepanjang jalur Makassar – Toraja.
Iya gunung nona sering dijadikan tempat istirahat dalam perjalanan dari dan ke Toraja dari Makassar, terutama perjalanan siang hari..
oiya satu lagii,, semoga kisah cinta Ainun yang satu ini nantinya juga seromantis Ainun – Habibie,, π
Lihat gambarnya saja sudah menggoda apalagi kalo melihat langsung ya, pasti pengin kesana ke Enrekang lagi.
Bukit bukit maupun tebing nya cakep banget. Gunung nona nya juga unik.
Wah, disambut pelangi saat mau masuk ke tana Toraja, mungkinkah ada hal menggembirakan disana?
Kalau melihat langsung emang rasanya wow bgt sih mas, cantik bgt viewnya,, kaya langka gitu pemandangan kaya begini.
Pelangi adalah pertanda ada kegembiraan di ujung sana, aseeek π
Wah, enrekang cantik, kirain daerah pegunungan di sulsel cuma Toraja aja…
Banyak kejutan nih soal sulsel, kemaren leang-leang, lalu rammang-rammang, kini enrekang π
Sebutan homonim ini juga ada ada di sumut (opung), lalu kerinci (nenek jantan > nektan=kakek, nenek betino > nekno/tino/ninek=nenek perempuan)
Patung habibie-ainun bagus, tp galfok sama pagarnya yang warna-warni, khas bangunan tahun 2010-an deh wkwkw
Sepanjang jalur Makassar – Toraja banyak tempat-tempat keren, unik, dan indah gan.. Harus spare waktu singgah di tempat-tempat cantik itu saat melakukan perjalanan dari Makassar ke Toraja. Btw di Sulsel banyak kok pegunungan.
Opung tu berlaku unisex toh, baru tahu.. Dan di Kerinci, ternyata begitu juga yaa, cuma ada pembeda jantan dan betinonya di sana..
Kayak di jawa sih Bar, mbah atau eyang bisa nenek atau kakek π
Aselii.. Pemandangan gunung gunungnya bikin mata adem, mas. Cakep banget, menenangkan..
betul mas,, indah banget pemandangannya,, jarang ada pemandangan begitu..
Ada saja itu warga 62 memberi nama giant miss V
Patung pak Habibe gagah ya
Dan yang paling unik, font nama nya kok meniru gaya huruf jawa hana caraka
Haha,, ya begitu deh mas π ..
Iya juga ya,, font-nya mirip2 aksara jawa..
Celingukan plus cekikikan geli juga .. lah kok dikasi julukan Miss V …, Bhwuahaha .
Bisaaan deh warga +62 kalau ngistilahin sesuatu.
Sesuatoooh bangets yaa ..
Beneran keren itu view lekukan2 gunungnya.
Puncaknya juga lancip banget kayak bentuk tumpeng nasi.
Ayo mas Hino, jalan jalan ke Enrekang agar bisa review Miss V juga. Sepertinya seru nih.
Wwkkk ..
Lah kook .. tau-tau mas Agus nongol nimbrung di komentarku ikutan ngebahas lekukan gunung mbak, *eh miss V
Sik yo mas belum mampu kesana nih, masih missqueen hihihi ..
Lha, ngga perlu nunggu banyak duit dulu mas. Kan bisa pakai google maps untuk kesana biar lebih irit.
Betul lihat apa pun bisa lewat google, lebih irit. Termasuk itu lihat yang v dan v nya π
waduh bubar bubaaaar,, ni bapak-bapak malah pada ngomongin giant miss v nih huakakakak..
Fotonya bagus-bagus kang. Aslinya pasti lebih indah. Hijau membentang, selain menenangkan hati, menyenangkan pikiran, juga menyehatkan mata.
Saya belum pernah menjelajahi Sulawesi. Pernah ke beberapa ibukota provinsi di pulau Sulawesi, tapi untuk urusan dinas. Jadi ya, tak sempat kemana-mana kecuali berkeliling di kotanya saja.
Terima kasih sudah berbagi indahnya Engrekang.
betul bli, kalau liat aslinya berasa sureal pemandangannya, soalnya unik dan megah kalau menurut saya..
Ini juga kali kedua saya ke Sulawesi.. Kali pertama dulu cuma ke Makassar dan Mamuju aja, nggak sempat jelajah..
Sama-sama bli..
Takjub banget lihat pemandangan di Enrekang! Astaga, secantik itu. Hatiku langsung berdebar-debar saking takjubnya. Lebay ya tapi beneran takjub.
Selama ini hanya lihat foto-foto perbukitan yang ada di Sumba aja, hamparan luas berwarna coklat.
Di Enrekang ini beda, bukit-bukitnya hijau-hijau dan cantik. Gunung Nona dan Tebing batu yang menjulang, bikin aku takjub dengan pemandangan yang ada.
Aku juga jadi penasaran dengan kisah dibalik Tebing batu itu, kenapa bisa terbentuk seperti itu ya xD
Btw, salam kenal ya kak Bara π
Kalau liat langsung lebih bikin takjub lho, rasanya indah bgt karena pemandangan kaya gini termasuk langka di Indonesia.. Sumba dan Enrekang sama-sama cantik, masing-masing memiliki keunikan sendiri..
salam kenal juga Lia π
Pemandangannya bagus banget. Aku jadi pengen nyobain rute Parepare – Enrekang – Toraja.
Kalau dari Makassar ke Toraja via darat, pasti akan ketemu semua kok, yang penting jalannya siang supaya bisa liat pemandangan sepanjang perjalanan..
Bagus sekali pemandangan di Enrekang itu.
Kalau sudah melihat foto2 landscape begitu, kita makin sadar bahwa Indonesia ini luas sekali.
Indonesia memiliki landscape yang berbeda-beda di tiap daerahnya. Sebagai negara kepulauan dan luas, beruntung sekali kita memiliki keindahan alam yang sangat beragam..
Elok sekali pemandangannya. Untung Bung Bara mengepos cerita ini. Kalau enggak, saya nggak bakal pernah tahu pemandangan apa yang saya lewatkan pas ke Toraja dulu. Waktu itu saya naik bus malam, Bung. Jadi semua gelap dan waktu cuma saya habiskan dengan berbaring di bangku bus yang super nyaman. π Parepare yang saya ingat cuma sekelebat monumen pesawat dan, kayaknya, pom bensin. Kayaknya di lain waktu saya mesti coba perjalanan siang hari dari Makassar ke Toraja. π
Lengkap sudah transformasi ban sepeda motornya. Habis ganti jadi tubeless makin nyaman kah, Bung?
Itulah kenapa saya suka perjalanan siang bung,, karena di siang hari kita bisa lebih banyak melihat hal-hal yang sebelumnya mungkin tidak pernah kita bayangkan.. Apalagi kalau bawa kendaraan sendiri, siang hari saya merasa lebih aman..
Setelah ganti tubeless jadi lebih nyaman bung, sampai akhir perjalanan gak pernah lagi mendapati ban bocor..
Oooh jadi begini jalur darat yang ditempuh kalau mau ke Toraja. Sama kayak Morishige, kami dulu ke sana juga naik overnight sleeper bus. Jadi gak lihat apa-apa. Bedanya kalau Bara disambut pelangi, kami dulu disambut ornamen lampu natal yang menyala saat subuh. Syahdu banget!
Ditunggu cerita lanjutannya eksplorasi Tana Toraja ya. Menarik banget bisa ke sana sama orang aslinya.
Ya kaya gitu deh kalau jalan malam, pasti akan melewatkan hal-hal indah atau unik yang mungkin hanya akan bisa terlihat jelas di siang hari,, itulah kenapa saya lebih suka jalan siang dibanding malam hari.. π
Iyaa seru, seperti ditemani oleh guide, apalagi tiap hari makan daging kerbau di rumah saudaranya π
Jadi, baik nenek maupun kakek, semuanya dipanggil nenek oleh orang toraja, setidaknya itu yang Riscy katakan.
Sama sepwrti panggilan di sudut wilayah perbatasan sumbar jambi. Tepatnya batu kangkung dan sekitarnya. Di sana orang pada manggil Nenek semua .
Nek Tino Nek Jantan.
—- intermezo—-
Lanjut, landskapnya bagus Kang bara. Mirip harau kali ya. Tapi lebih hijau fan lebih banyak bukitnya. Jauh lebih cantik.
KapanΒ² ajaklah diriku Da Barra.
iya yaah, tapi kalau ada “tino” dan “jantan”nya berarti masih ada sedikit pembeda da π ..
Gak mirip2 amat sama Harau sih. Kalau Harau miripnya sama Rammang-rammang di artikel sebelumnyaa…
Hayuk lah kita halan-halan bersama..
Muka lu di postingan ini bapak-bapak banget deh, wkwkwkwk
Btw, bagus banget yah pemandangan Enrekang. Adem aja gitu liat yang ijo-ijo.
aseeeeemm.. ya maaf lah, lagi perjalanan panjang jadi gak sempat skin care-an hahaha..
Enrekang memang top!
Aku bermimpi pernah seperti Habibie dan Ainun, tapi nyatanya sampai sekarang masih sendiri.
Aku penasaran Tana Toraja Kak. Jadi ada Enrekang juga gitu ya. Hijau banget dan di foto terakhir ada pelangi. Rasanya seneng banget lihatnya.
semoga mimpinya akan menjadi kenyataan ya di masa depan.. aamiiin..
Tana Toraja selalu membuat penasaran memang, soalnya di sana bener2 unik.. Pelangi menyambung kedatangan kami sore itu π
gilaaa. cakep betul itu bukit-bukitnyaa! bukit-bukit ini mengingatkan saya pada kota Guiling, Cina yang pernah saya kunjungi beberapa tahun lalu..
Semoga suatu saat saya juga bisa berkunjung ke Guiling π
memang ya, manis banget perjalanan hidup Habibie dan Ainun ini.. btw, indah banget pemandangan Gunung Nona ini Mas. sungguh, jepretannya keren ih.. dasar ya netijen ngasih nama sesukanya, xixixi
Habibie dan Ainun adalah relationship goal kita semua π …
Kalau liat aslinya lebih keren lhooo… asliiik!!
Ada romantis-romantisnya gitu
Indah banget ya bang daerah nya
Sumpah pengen juga tp ngga pernah bisa ada kesempatan huhuhu
Nanti-nanti bisa lah ada kesempatan pak Aul untuk kemana-mana sesuka hatinya π
Baru mampir lagi ke sini dan baru sadar ternyata komentar yang aku tinggalkan tidak tersubmit
Pemandangannya bagus sekali kak. Nggak nyangka kalau ini adanya di Indonesia apalagi melihat keindahan tebing-tebing batu yang menjulang, baru pertama kali aku melihat pemandangan seperti ini
Gunung nona juga pemandangannya bagussss.
Huaaaa rasanya seperti sedang di luar negeri sih!
Terima kasih udah diajak jalan-jalan virtual kak
hihi, bukan nggak tersubmit tapi masuk ke moderasi ajaaa,, dan aku lagi jarang buka blog,, lagi sibuuuuk π …
di saat pandemi gini sy jadi kepengen naik gunung
wah gunung pun sekarang lagi rame kayanyaa, kecuali gunung2 luar jawa mungkin jauh lebih sepi..
Indah pemandangannya…. suasananya sangat alami.
betul sekalii.. sejuk jugaa.
Pemandangan tebing batu yang menjulang tinggi di dalam lembah itu favorit banget. Indah luar biasa.
keren kan pemandangannya? lebih keren kalau liat langsung pake mata telanjang..
Lo kok sering banget dapet drama motor, bro. Coba next trip beralih ke transportasi umum, overland Indochina π
Bagus banget pemandangannya! Kayak di Sumba atau Nusa Tenggara Timur gitu ya.
yaah namanya juga beli motor bekas yg harganya murah,, konsekuensinya beginiii haha..
pgn sih overland Indochina,, tapi pgnnya pake mobil,, kurang suka public transport haha..
vibenya agak beda sih kalau sama Sumba,, soalnya Sumba gersang..
Dulu kata bokap,, nama saya mau dikasih nama habibi.. Tapi nggak jadi. Katanya khawatir di bully sama orang2 karena habibie asli kan terkenal dengan kepintarannya, nah bapak saya khawatir kalau saya tumbuh nggak spinter habibie… Hahahah -_- doanya bokap.. sleketep -_-
Bagus banget yah… suguhan yang langka buat kita yg tinggal di tengah-tengah Kota..
Itu motor pas bannya bocor digerek dong yah smpe bengkel…?? Jadi inget dlu waktu di Jawa, nekat ke magelang lewat jalan hutan.. Ban bocor, rantai putus.. haha plus hujan lagi…. Bersyukur masih ada orang baik yg rela gotong motor saya ke atas mobil pick up buat ke bengkel…
walaupun gak jadi dinamai Habibie,, tapi semoga rejeki dan kisah cintanya seperti Habibie yaa.. π
Kalau sehari-hari kita tinggal di kota, ketika disuguhi pemandangan secantik ini rasanya pasti bahagia bgt…
Dinaikin aja pelan-pelan, karena dari tempat bocor ke bengkel cuma beberapa ratus meter aja kok, deket…
Wiih pengalamannya bikin deg-degan juga yaa, tapi alhamdulillah ketemu orang baik..
Monumen Habibie-Ainun indah sekali, pasangan inteelektual serasi setia yang yang patut menjadi contoh.
Sulawesi dan tanah Toraja memang masih menyimpan misteri pesona alam yang indah nggak ada habisnya yang perlu digali. Yang pernah saya kunjungi hanya kota Makassar tapi itu dulu saat masih kecil. Mungkin suatu kalau dikasiih kesempatan pingin melancong ke Makasaar dan Manado
Habibie-Ainun panutan kita semua.. Semoga monumen itu bisa mengingatkan orang-orang akan kisah cinta mereka yang sangat indah..
Semoga ada kesempatan untuk ke Makassar dan Manado yaa.. Jangan lupa jelajahi tempat-tempat di pinggiran kotanya, banyak tempat bagus kok di sekitar Makassar dan sekitar Manado..
Wahh Enrekang ternyata punya pemandangan dan cerita yang luar biasa bang. Romantismenya kerasa.
Salam hangat,
Ibadah Mimpi
diam-diam ternyata enrekang menarik juga..
Parepare, tempat berjuta cerita. Sudah lama rasanya tidak kesini.
semoga bisa berkunjung ke sana lagi uda
Indah dan unik sekali pemandangannya ya Mas. Apalagi yang gunung nona itu.
gunung nona sangat menarik haha
cerita yang bagus. sambil baca enaknya makan makanan unik kaya kita. yuk kunjungi blog kami.
thank youu