Halo Toraja

Ah. Akhirnya. Rute Makassar-Toraja telah saya tuntaskan. Di dinginnya malam, saya tiba di Kota Makale, ibukota Tana Toraja. Baru saja menginjakkan kaki di tanahnya, pikiran saya telah melayang-layang membayangkan keunikan-keunikan Toraja. Alamnya yang indah, kuburan batu dan kuburan di gua-gua yang unik, rumah adat tongkonan yang menawan, tedong silaga yang mendebarkan, sampai ma’nene yang mistis. Ah, tak sabar. Hati ini penuh harap, semoga setiap keunikannya dapat saya saksikan satu persatu.

Selain adanya gerbang kedatangan, sangat mudah untuk menandakan bahwa kami telah sampai di Tana Toraja. Saat bangunan tongkonan (rumah adat toraja) telah terlihat di mana-mana, itulah tanda bahwa kita telah meninggalkan Enrekang dan memasuki Toraja. 2 buah pelangi menyambut kami sore itu. Semoga saja, itu adalah pertanda bahwa perjalanan kami akan menyenangkan di Toraja. Semoga :)..

pelangi menyambut di toraja
pelangi menyambut

Dengan ujung yang mencuat ke atas, sekilas tongkonan ada kemiripan dengan rumah gonjong di Sumatera Barat, dan bahkan lebih mirip lagi dengan Rumah Balai Batak Toba yang mudah dijumpai di Pulau Samosir, Sumatera Utara. Perbedaan dengan rumah gonjong adalah, bagian yang mencuat ke atas pada rumah gonjong berada pada sisi kanan kirinya, sedangkan pada tongkonan pada sisi depan dan belakangnya. Ujung dari sisi-sisi yang mencuat itu tumpul pada tongkonan, sedangkan pada rumah gonjong dan rumah balai, ujungnya lancip.

Kami tiba di Makale saat hari telah gelap. Di antara jalan raya dan sungai besar, saya dan Riscy berhenti di sebuah pondok kecil berarsitektur tongkonan. Sama seperti kejadian di Pare-pare hari kemarin, hari ini Riscy lupa rumah tantenya di Makale. Dan di sini, dengan tubuh kedinginan, kami menunggu arahan dari sang tante melalui telepon genggam. Hanya saja, tak mudah untuk tersambung dengan sang tante malam itu.

Walaupun asli Toraja, tapi Riscy dan keluarga intinya tinggal di Makassar. Itulah kenapa dia kurang hafal jalan menuju rumah saudara-saudaranya di tanah leluhurnya itu.

Setitik harapan muncul, dering telpon berbunyi, dari sang tante. Kami pun diarahkan melalui telepon. Hanya via suara, tanpa bantuan google maps. Kami kembali menembus dinginnya malam, di antara bangunan-bangunan berciri khas Toraja di kanan kirinya. Permukaan yang basah setelah diguyur hujan membuat suasana malam semakin lengang. Nampaknya orang-orang lebih memilih berdiam di rumah. Toraja yang dingin, semakin dingin malam itu.

1 jam lamanya kami berputar-putar kesana kemari, badan semakin letih. Sampai pada satu titik, kami berhenti di sebuah rumah besar 2 tingkat, dengan lantai 2 yang masih dalam tahap pembangunan. Mencocokan dengan deskripsi yang disampaikan sang tante di telpon, inilah rumahnya. 2 ekor anjing berukuran besar langsung sigap menghalau kami di depan gerbang, tentu dengan gonggongannya yang mengintimidasi. Beruntung pagar besi masih menjadi penghalang.

Seorang perempuan muda keluar dari pagar rumah. Ia lantas mengurung kedua anjing besar itu ke dalam kandangnya, baru ia membukakan kami gerbang. Ia keponakan dari tantenya Riscy, tapi bukan saudara Riscy dari garis keturunan yang sama.

Kami disambut hangat di rumah itu. Setelah membersihkan badan, hidangan masakan daging kerbau menanti di meja makan. Di Toraja, daging kerbau adalah menu rutin yang mudah dijumpai di rumah-rumah penduduknya. Selama menginap di sana, setiap harinya perut saya selalu terisi dengan masakan daging kerbau.

Kerbau memang sangat lekat dengan kehidupan orang Toraja. Kehadirannya tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Toraja. Kerbau sudah seperti penanda status sosial di masyarakat. Upacara-upacara kematian pun tak lengkap jika tak ada kerbau yang dikorbankan. Pengorbanan tersebut dipercaya akan menjadi kendaraan bagi arwah menuju akhirat.

Hubungan dengan kerbau hanyalah satu dari berbagai macam keunikan Toraja. Kuburan-kuburan manusia yang berada di gua dan celah-celah tebing batu akan membuatmu kagum dan mungkin heran. Kuburan bayi berada pada tempat berbeda, yakni di pohon. Rumah adat beratap bentuk perahu mudah dijumpai di setiap sudutnya, mengingatkan saya akan ranah minang. upacara ma’nene adalah yang paling bikin bergidik sekaligus terpana. Sedangkan dari ketinggian Buntu Burake, keindahan alam Toraja akan terlihat jelas. Itu hanyalah beberapa di antara keunikan Toraja. Toraja memang sangat unik, tempat terunik di Sulawesi yang memiliki “atmosfer” sangat berbeda dibanding tempat-tempat lainnya.

Toraja mengingatkan saya akan tanah Sumba.Β  Magical, orisinil, kerbau, kubur batu, dan sakralnya, persis. Ada kemiripan antara Toraja dengan Sumba. Vibe yang sama dengan kemasan berbeda.

Lega. Setelah badan bersih dan perut terisi, saya rebahkan badan di atas kasur. Raga ini ingin cepat tidur supaya bisa cepat memulai petualangan esok hari. Namun, pikiran saya justru masih melayang-layang membayangkan petualangan esok hari. Ah, i can’t wait!

***

traveler paruh waktu

Travel Blogger Indonesia. Traveler Paruh Waktu. 100% sundanese. ASN pengagum Ibu Pertiwi, terutama akan keindahan alamnya. Suka bertualang, suka bercerita, suka membuat video.

Related Posts

79 Responses
  1. Toraja memang selalu mempunyai daya tarik untuk memikat para pejalan. Berbagai cerita pernah saya baca di Torja, ritualnya, keramahan orangnya, kopinya, dan yang lainnya. Sungguh menyenangkan.

  2. Kalo saya merasa budaya Toraja ini punya kemiripan ama budaya Batak Toba. Seperti arsitektur rumah yang mirip, kemudian kaitan erat dengan kerbau yang juga ditemukan di budaya Batak Toba.

    Bahkan dulu saya pernah nemuin replika rumah adat Toraja di salah satu museum Batak yang ada di Kota Balige.

    Apakah kedua suku ini punya hubungan di masa lalu ya Mas?

    1. Kemungkinan leluhur Tana Toraja dengan Batak Toba itu masih satu keturunan kali ya. Mirip dengan kerajaan Banten dan Cirebon yang masih satu keturunan dari sunan gunung jati.

    2. kalau itu memang betul juga.. secara garis besar, yang paling dengan budaya toraja adalah budaya batak. lalu dengan sumba juga mirip.

      kalau denger cerita dari orang sana sih katanya toraja memang ada hubungan dengan batak, tapi ga tau juga ya.

    1. Iya sama, aku juga jadi penasaran upacara ma’nene itu seperti apa. Juga rasa daging kerbau seperti apa, apakah sama seperti daging sapi?
      Ditunggu kelanjutan ceritanya, Kak!

      1. Mungkin seperti upacara bendera tiap hari Senin kali kak Lia.

        Agak beda sedikit rasa daging kerbau dan sapi kak. Bagi yang suka daging sapi itu lebih empuk dan tidak terlalu kasar. Cuma daging kebo lebih murah.

  3. Rasanya seneng baca cerita perjalanan mas Bara di Tana Toraja karena terbantukan khayalanku dulu diceritain temenku asli orang sana namanya Beatrice.
    Ditunggu kelanjutan cerita serunya, mas.

  4. Pas lihat fotonya, saya kira ujung-ujung atap yang lancip itu juga di bagian kanan-kiri. Ternyata malah depan belakang.

    Daging kerbau sama daging sapi, rasanya mirip nggak mas? Jujur, saya belum pernah nyicipi rasa daging kerbau.

    1. iya depan belakang, kaya rumah adat batak toba sih.

      rasanya sekilas sih mirip2 ya. tapi kalau jeli, daging kerbau teksturnya lebih kasar, lebih alot. di sumbar sering dijadikan rendang juga.

  5. Kalau bertamu dan disambut dengan nyalak anjing kayak gitu bikin nyali ciut juga haha. Itu aku ikutan lega karena anjingnya dikandangkan dulu. Biasanya nih, cukup tuan rumah berdiri saja dan bilang, “sini sini masuk, nggak papa kok, bener aman.” Tanpa anjingnya diikat haha. Horor. Karena biasanya anjing yang penasaran akan tetap mendekat.

    Aku gak anti anjing tapi model yang selow. Duduk atau berdiri berdekatan gak masalah selama dianya anteng nggak teriak-teriak agresif hwhw.

    Btw, videonya cakep Bar.

    1. bener.. walau udah dibilang aman-aman gitu selama tu anjing masih berkeliaran tanpa pembatas, tetep aja serem. selalu ada tatapan curiga di matanya haha..
      kalau anjing kampung yang cupu sih aku juga gak takut mendekat. tapi kalau udah anjing model begini yang suka nyalak ke orang, sereeeemm..

      wah thank you omnduut.

  6. Saya belum jadi-jadi ke Toraja.
    Semoga suatu saat, bila ada rejeki….
    Pengen coba makan daging kerbau di sana. Sudah pernah makan juga sih, tapi kalau makanan Toraja tentu beda yaaa…

  7. “I Cant wait, Neither am I!!”
    Kapan lagi coba bisa sedikit merasakan suasana daerah sulawesi secara online.. heheh
    Toraja salah satu destinasi yg pengen banget saya kunjungi selain makassar… membayangkan kapan yah bisa pergi kesana…

    Kayanya disana kebudayaannya masih kental dan asri yah.. disana mngkin nggk ada pabrik skala industrial kali yah..? Pengen banget tinggal disana.. hehe biar nggk ribet sama urusan kek beginian kaya omnimbus law yg saya sndiri nggk terlalu tertarik.. hahaha

  8. “Ah, tak sabar.” itu reaksi saya usai kelar baca ini. ditunggu kejutan selanjutnya mas barr. i’m all ears all about toraja, karena masih jadi cita-cita πŸ˜€

  9. magical toraja, adem syahdu banget ya daerah ini
    senengnya kalau pas perjalanan dapet bonus pelangi cakep kayak gini
    aku ga pernah makan daging kerbau, daging kambing sebenernya ga doyan
    tradisi di toraja ini kalau aku baca baca seru sekali, meskipun terasa magic, tapi bagi orang asing yang bukan warga asli toraja, ini adalah suatu pengetahuan baru dan pastinya bikin penasaran

  10. Sebuah negeri yang memang banyak mempunyai keunikan. Setiap kali mendengar kata toraja, pasti langsung terbayang sama bangunan khasnya itu. Selain itu sama kopinya juga. Kopi toraja

  11. Wah… aku berasa baca cerpen ketika menjelaskan perempuan muda keluar rumah menyambut. Keren Kak… Dan aku udah lama banget nggak lihat pelangi, jadi pengen lihat pelangi. Aku juga penasaran gimana sih bentuk genting rumah di toraja yang asli. Selama ini cuma lihat replikanya.

  12. Bentuk rumah memang mirip dengan daerah sumatra ya, hanya terbalik saja itu coronya.
    Wow daging kerbau, mantap betul, ditempat saya sudah sudah ditemui kerbau. Hampir dibilang tak ada. Ramah banget tuan rumahnya.
    Bayi yang dikubur dipohon, sudah lama saya dengar.

    1. Dari dulu pengen banget datang ke toraja. Tapi belum kesampaian…huhuu

      Aku juga sering menggunakan bentuk bangunan rumah sebagai tanda sebuah kota mas. Seperti yang pernah aku temui pas melintas di kabupaten karo. Khan bentuk bangunannya sangat khas. Bahkan di kantor bupatinya juga seperti itu. Kemudian bangunan unik lainnya aku temui di bengkulu, dan padang. Bangunan/rumah khas ini bisa jadi acuan kalau dalam perjalanan.

      Ditunggu kelanjutannya mas bara πŸ˜€

  13. Asik juga itu muter-muter kedinginan dengan panduan audio tanpa visual, untunglah sampai tujuan disambut oleh perempuan muda… πŸ˜€
    Dilanjut dengan daging kerbau pula

  14. Kapan yah bisa maen ke toraja. Hmm soalnya ada keluarga saya di Sulawesi tepatnya di bone mas, tapi saya belum pernah maen kesana. Btw singkat cerita katanya semakin banyak kepala kerbau semakin berjaya untuk keluarga itu ya mas. Saya dengar cerita dari keluarga saya terkait hal itu. Salam kenal mas. Semoga menjadi inspirasi destinasi saya.

    1. Dari Bone ke Toraja kayanya gak jauh-jauh amat sih. Kalau ke sana jangan lupa mampir ke Toraja yaa.. Iya, semakin banyak tengkorak kerbau di depan rumah, semakin naik status sosialnya.

  15. Dari dulu pengen banget datang ke toraja. Tapi belum kesampaian…huhuu

    Aku juga sering menggunakan bentuk bangunan rumah sebagai tanda sebuah kota mas. Seperti yang pernah aku temui pas melintas di kabupaten karo. Khan bentuk bangunannya sangat khas. Bahkan di kantor bupatinya juga seperti itu. Kemudian bangunan unik lainnya aku temui di bengkulu, dan padang. Bangunan/rumah khas ini bisa jadi acuan kalau dalam perjalanan.

    Ditunggu kelanjutannya mas bara

    1. blm waktunya aja. aku aja setelah 31 tahun hidup baru kesampaian haha..

      Nah di daerah sumatera mudah kok membedakannya dari bentuk atap bangunan. Dimana2 ada ciri khasnya.

  16. Semoga panjang umur, panjang kesehatan, dan panjang rejeki, sehingga bisa berkunjung ke Tana Toraja ini.

    Dari cerita-cerita yang saya dengar selama ini, tempatnya memang indah dan menyenangkan.

    Ngomong-ngomong, sudah tau kan kalau kata “Toraja” itu bukan berasal dari orang-orang Toraja sendiri, melainkan dari bahasa Bugis “To Riaja” yang maknanya kurang lebih “Orang yang berasal di negeri atas”? πŸ˜€

  17. Ahhh ga sabaaaaaar nih baca tulisan selanjutnya :). Akupun penasaran dengan Toraja Krn kesakralannya itu mas. Kubur batu, kepercayaan mereka, semua menarik sih. Makanya utk Sulawesi yg paliiiiiing pengen bgt aku datangin, ya Toraja :D.

  18. aku belum pernah ke keduanya: Toraja maupun Sumba
    padahal kedua tempat itu sungguh keren mistis menakjubkan

    semoga yaaa… semoga pandemi segera berlalu
    biar aku segera berpetualang ke Toraja juga Sumbaaa

  19. Wah lihat video nya mas Bara di atas .. wah bagus dan indah banget pemandangan Tana Toraja, ⁹
    Baru tahu kalau maayarakat Toraja identik dengan kuliner olahan kerbau.
    Ditunggu liputan wisata tana Toraja selanjutnya…

  20. Perjalanan siang menuju Toraja kayaknya seru, Bung. πŸ˜€ Kapan-kapan tak coba, ah. πŸ˜€ Dulu saya ke sana naik bus malam. Sepanjang perjalanan ya gelap aja. Paling sesekali terang waktu lewat kota. Jadinya, ya, cuma tidur aja sampai terang. Bangun-bangun udah keliatan perbukitan Toraja. πŸ˜€

    Btw, video Bung yang diembed itu keren. Narasinya dalam, pemilihan suara latarnya juga pas banget. Syahdu banget jadinya. πŸ™‚

    1. perjalanan malam kalau di bus enak juga sih karena perjalanannya panjang jadi bisa lelap tidur dan gak berasa tau2 udah sampai di tempat tujuan. Tapi lain kali cobain jalan siangnya walaupun kadang membosankan karena saking jauhnya.

      terima kasih bung.

  21. Kalo aku pasti udah angkat tangan deh dengan perjalanan se-melelahkan itu
    Tapi worth it ya bang

    dan aku salfok selalu sama vlog nya

    Bagus banget huhuhuhu
    Selalu terpesona

    Ajarin kek bang ngeditnyaaaaaaaaa

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.