Keringat deras mengucur, padahal, hari belum panas. Berjalan melewati jembatan gantung di sisi bukit karst bantimurung nyatanya sebagai penyebab. Entah sejak kapan saya tak bisa akur dengan ketinggian. Untung saja, pemandangan indah bentang alam bukit karst bantimurung dan lembah di ujung menara, serta ratusan kupu-kupu ragam rupa dan warna di bawahnya, kembali membuat adem pikiran. Helena Sky Bridge berpadu dengan harmonis bersama taman bunga dan kehidupan kupu-kupu di Taman Nasional Bantimurung Bullusaraung, Maros.
Sehari setelah berbaur bersama warga lokal yang berburu kupu-kupu di satu sisi Taman Nasional Bantimurung, saya dan Riscy beranjak ke tempat lain tak jauh dari titik perburuan. Kami ingin berjalan di atas jembatan gantung di tepi tebing karst yang tinggi, namanya Helena Sky Bridge. Di bawahnya, kupu-kupu berkembang biak di dalam sangkar penuh bunga warna-warni. Juga di bawahnya, terdapat sebuah bangunan berisi berbagai macam spesies kupu-kupu yang diawetkan.
Baca juga: Serunya Berburu Kupu-kupu Bersama Warga Lokal Bantimurung
“Nanti dulu mas, belum buka”, perempuan muda penjaga pos masuk itu menahan kami. Kurang beberapa menit dari jam operasional tempat wisata ini, dan dia tetap keukeuh bekerja sesuai jadwal, ahaha.. Baiklah, saya paham.
Ada 2 lembar tiket, 1 untuk tiket masuk taman nasional bantimurung bullusaraung seharga Rp5.000, dan 1 lagi untuk tiket masuk Helena Sky Bridge + Taman Kupu-kupu seharga Rp15.000 sudah di tangan.
Di Balik Nama Helena Sky Bridge
Tebing dengan sususan batuan karst berdiri gagah. Memanjang seperti pagar, menjadi batas antara rimba bantimurung di bukit dengan pemukiman warga di lembah. Mulut goa terlihat menganga di beberapa bagian tebing. Ada yang lebar, ada yang sempit. Ada yang di lembah, ada yang susah dijangkau di tengah tebing.
Di depan tebing, di atas taman kupu-kupu, berdiri jembatan gantung yang dinamakan Helena Sky Bridge. Kenapa Helena? Apakah penemu daerah ini bernama Helena? Atau Helena yang membangun dua menara pandang yang disatukan dengan jembatan gantung? BUKAN! Ternyata, nama Helena diambil dari salah satu jenis kupu-kupu yang hidup di sini, Troides helena.
Saya tak sempat mengambil fotonya, tapi kupu-kupu Helena (pemburu kupu-kupu menyebutnya Alena), bisa dilihat di video pemburu kupu-kupu menit ke 01:00.
Saya dan Riscy menyusuri jalan menuju ke titik awal jembatan. Jalanan menanjak, setelah sebelumnya melewati taman bunga penuh kupu-kupu. Untungnya, tangga sudah tersedia sehingga memudahkan langkah kaki.
Seorang perempuan muda menunggu di dekat menara. Setelah menunjukkan tiket, nona muda itu segera memasangkan alat keselamatan di tubuh saya. Setelah itu, saya menaiki menara yang menjadi titik awal penyeberangan.

Saat mengaitkan carabiner ke railing, mata saya mengarah ke bawah, jauh ke dasar jurang. Berada di ketinggian yang katanya sekitar 100 meter, seketika nyali langsung ciut. Entahlah, saya lupa kapan tepatnya saya mulai takut ketinggian. Saat SMP, saya fine-fine saja menaiki berbagai wahana di Dunia Fantasi Ancol. Saat kuliah, saya masih berani naik tornado dan kora-kora, hanya saja perasaan takut mulai muncul.. Dan setelah bekerja, sekedar loncat ke sungai dari ketinggian 10 meter aja udah menyerah, 😀 .. Apakah bertambah tua bukan hanya ketampanan saja yang memudar, tapi juga hormon adrenalin?
Tapi pernah di Ranto Canyon, terpaksa harus loncat dari ketinggian : Menaklukan Ranto Canyon yang Cantik dan Tersembunyi
Kalau di Air Terjun Nyarai, bisa memilih untuk enggak loncat : 7 Hal yang Dapat Dilakukan di Air Terjun Nyarai
Jembatan sepanjang 50 meter berhasil saya lewati. Tapi keringat bercucuran membasahi badan. Jam belum terlalu siang sehingga panas mentari ngga bisa dijadikan alasan berkeringat. Saya rasa, ketakutan saya lah penyebabnya, ahaha.. Selain ketinggian, beberapa bagian jaring pelindung di kanan kiri jembatan ada yang sobek. Kalau jatuh di bagian itu, alhasil kita akan tergantung bebas.
Dengan mimik muka penuh waswas dan jantung yang berdegup tak karuan, saya sampai di menara satunya lagi, lega! Riscy sudah duluan berada di sana. Dari menara ini, saya bisa melihat bentang alam dan hutan bantimurung. Mau tahu mimik muka deg-degannya kaya gimana? Cek di video guys..
Penangkaran Kupu-kupu
Terdapat beberapa kerangkeng besar yang berisi banyak tanaman bunga. Tentunya, di dalam sana juga terdapat banyak kupu-kupu. Tak hanya satu atau dua jenis, tapi banyak, sangat banyak, beragam warna dan ukuran. Di sana, kupu-kupu itu dikembangbiakkan sebelum dilepasliarkan ke alam.
Dari beberapa kerangkeng besar itu, kami hanya bisa memasuki satu kerangkeng yang tak terlalu besar. Beberapa kupu-kupu menyambut, beterbangan ke sana ke mari. Sebagian lainnya bergerombol dekat bunga yang sedang mekar. Sepertinya, saya telah melihat kupu-kupu seperti itu sebelumnya, saat berburu kupu-kupu bersama para bolang bantimurung.
Yang disayangkan, di beberapa kerangkeng terdapat lubang menganga sehingga seringkali kupu-kupu itu kabur. Sedangkan, tak jauh dari sana, para pemburu kupu-kupu siap siaga setiap paginya. Sudah berkembang biakkah mereka sebelum ditangkap? Itu yang kita nggak tahu..
Tapi sebetulnya, tanpa adanya penangkaran pun, kupu-kupu di bantimurung memang melimpah. Bahkan, predikat The Kingdom of Butterfly atau Kerajaan Kupu-kupu melekat dengan nama bantimurung. Katanya, predikat itu disematkan oleh Alfred Russel Wallace, biologist yang namanya pasti pernah kalian dengar di sekolah. Tapi menurut penulis Eko Rusdianto dalam artikel yang ditulisnya di Mongabay (menelusuri jejak Wallace di Maros), predikat yang konon diberikan oleh Wallace tak memiliki sumber yang kuat.

By the way, Eko Rusdianto adalah seorang penulis yang juga suka menggali informasi tentang Taman Nasional Bantimurung. Beliau tinggal sangat dekat dengan pintu masuk taman nasional bantimurung. Dan saat saya berkunjung ke sana, saya tinggal di rumah beliau. Mas Eko, Mbak Astika dan Elang, semuanya sangat ramah. Apalagi di rumah mereka banyak buku-buku yang menarik, termasuk salah satunya adalah buku Kepulauan Nusantara (aslinya The Malay Archipelago) yang merupakan karya dari Alfred Russel Wallace selama tinggal di Nusantara.
Museum / Ruang Display Kupu-kupu
Sky bridge telah kami lewati, tempat penangkaran kupu-kupu telah kami kunjungi, dan kali ini, ruang display kupu-kupu menjadi pamungkasnya. Begitu memasuki ruangan sebesar rumah, etalase berisi kupu-kupu yang diawetkan menyambut. Beberapa informasi pun terpajang di dindingnya.
Beraneka ragam kupu-kupu yang saya jumpai di taman nasional bantimurung bullusaraung, semuanya ditampilkan di sini. Bahkan, banyak di antaranya yang tak saya lihat di alam bebas. Cantik, semuanya, tanpa kecuali. Di antara ratusan kupu-kupu itu, beberapa di antaranya adalah spesies langka dan endemik.
Tak ada pengunjung lain selain saya dan Riscy. Mungkin karena kami adalah dua orang pertama yang masuk ke taman kupu-kupu ini, atau karena memang sepi. Kami pun bebas menjelajah setiap sudut dari museum ini.
Berbagai informasi menarik juga disampaikan di sini. Ada penjelasan mengenai metamorfosa kupu-kupu, yang tentunya cocok sebagai sarana pembelajaran bagi anak-anak. Ada juga daftar penjelasan mengenai fakta menarik kupu-kupu. Salah satunya, ordo lepidoptera (kupu-kupu) dibedakan menjadi 2 yaitu papilionaidae (kupu-kupu yang sering kita jumpai) dan moths (ngengat atau kupu-kupu malam). Ternyata kupu-kupu malam memang ada, bukan hanya sekedar kiasan. Menariknya lagi, species ngengat ternyata 10 kali lebih banyak daripada kupu-kupu. Untuk lebih jelasnya kamu bisa melihat di gambar berikut.
Keluar dari sini, ada dua hal yang saya dapat. Pertama, semakin mantap keyakinan saya kalau saya takut ketinggian ahaha. Kedua, banyak hal yang bisa saya pelajari tentang spesies kupu-kupu, tentang bantimurung, tentang Wallace. Bantimurung jadi salah satu tempat yang memiliki tempat spesial dalam memori saya tentang perjalanan saya di Celebes. Di postingan berikutnya, nanti kita bahas lebih dalam tentang Bantimurung.
P.S. Untuk visual yang lebih jelas lihat di video di atas ya guys…
***
traveler paruh waktu
Entah aku kok kecewa ya ke Bantimurung. Nggak lihat satu kupu-kupu pun terbang ahaha. Cuma bisa lihat yang diawetkan itu. Apa aku salah bulan berkunjung yaaaaaaakk.
masa gak ada 1 pun?? aku nemu di mana-mana,, di taman ini banyak, di deket2 sini banyak sampai diburu2 warga lokal. lalu di danau paling ujung juga ada dikit, biasanya di sana banyak bgt katanya kalau lagi musimnya..
((ketampanan yang memudar?))
djangki.wordpress.com
haha..
kupu-kupunya beragam warna dan bentuk pingin lihat aslinya, pasti seru nih
bener seru, soalnya berbagai jenis bercampur jadi 1..
Uwaaahhhhh aku bel pernah liat kupu2 cantik begitu. Biasanya yg sempet mampir ke rumah cuma kupu2 biasa yg sayapnya paling 1 warna. Bagus2 yaaaa. Ga kebayang kalo mereka segerombolan terbang rame2…
Liat jembatan ini , adrenalin ku lgs naik 😀 kebayang serunya jalan di atas tempat setinggi ini :). Jd inget pas ke jembatan gantung Sukabumi, asistenku yg takut ketinggian, sampe jongkok di tengah saking ga berani jalan Krn jembatannya goyang2 kan. Akhirnya anakku yg ngebimbing dia pelan2 :D.
aku juga baru pertama kali liat di bantimurung ini yg sampai macem-macem gituu dan banyakk..
kalau buat mbak fanny yg pecinta adrenalin mah ini ngga seberapa.. kalau aku ngelakuin hal2 ekstrim yg mbak lakuin bisa2 pingsan kali aku hahaha..
Oh ternyata nama Helena itu dari nama kupu kupu yaitu Troides Helena, kirain nama sahabat spesial bang Bara.
Memang kalo lewat jembatan lalu lihat ke bawah rasanya ngeri gitu, saya pernah nyebrang sungai besar lewat jembatan juga ngeri takut jatuh.
Banyak juga koleksi kupu kupu di museum itu ya bang, ada juga yang langka dan endemik.
ngeri-ngeri sedap emang,, ngerinya jatuh yekaaan,, apalagi kalau jembatan gantung gini goyang-goyang..
yupi, banyak dan beberapa endemik sana.. semoga aja lestari..
Iya, ngerinya memang kalo jatuh, apalagi kalo goyang goyang jembatannya, seperti uji nyali ya bang.
bener,, tapi kita harus yakin bisa melewatinya 😀
Asyiiik yaaa… Namanya juga bagus, Helena, kayak nama cewek di barat.
Tapi, I’m not sure that I love finding butterfly, soalnya aku agak geli kalau berdekatan dengan kupu-kupu.
Bukan karena dia menakutkan, tapi takut nggak sengaja ngerusak sayapnya.
bagus yaa namanyaa..
iya sayap kupu-kupu memang rapuh sih, suka mudah rusak kalau udah kepegang gituu..
Fix!.
Aku yakin setelah lihat foto di jembatan gantung itu .. kadar hormon ketampanan mas Bara langsung naik 100% begitu sukses melewatinya
Tulkan ?
oh tentu dong, hahaha..
Sebelum jadi kupu-kupu kan mereka adalah ulat bulu. Nah, gimana itu ulat bulunya, apa gak merambat kemana-mana? Geli aja, lagi menyebrang jembatan begitu, ada ulat bulu. Udah geli campur kejang, gelinjang sudah. Tau sendiri ulat bulu itu bikin gatel, semakin warnanya indah, makin berbahayalah dia.
nah, pas jadi ulat bulu iya ya geli juga, apalagi di sana banyak bgt.. selain yg di penangkaran, mungkin di hutan sih, soalnya ini udah tepi hutan bgt.. di atas tebing itu hutan..
waitt??? bagus bangettt.. mupeng sumpah pengen disana lompat-lompat atau berlarian ngejar kupu-kupu.. wkwk #mimpi
langsung digampar kayanya gue yang bertubuh bogel gini lompat2 di jembatan. hahaha
di kampus sya yang dulu juga ngebuat taman kupu-kupu.. proyeknya anak Biologi tapi didukung sama kampus dibuatin penangkaran yg gede gtu. Cuma nggk boleh dimasukkin sama mahasiswanya.
dari dlu pengen banget ngeliat kupu-kupu gajah.
Eh iya . , sekarang kok udah jarang banget lihat ada kupu-kupu gajah kenapa ya ?.
Dulu waktu aku masih bocah sering nemuin kupu-kupu gajah.
Ukurannya bener-bener gede !.
Iyah kan?? kupu2 gajah.. kupu2 super besar tapi misterius banget dan bikin takut waktu kecil.. Kayanya terakhir liat saya malah pas SMP…
jngan2 udah punah…
Masih eksis smpe skarang di kampus saya..
wah kalau lompat-lompat di jembatan jangan gan, nanti jatuh malah berabe.. di luar taman aja tuh biasanya kalau pagi ada rombongan anak kecil dan warga sekitar yang berburu kupu-kupu..
wah gimana kabar taman kupu-kupunya sekarang? masih eksis??
kalau kupu-kupu gajah termasuk ngengat alias kupu-kupu malam, saya juga engga nemu pas ke sana..
Mas Barra,
Postingan Mas Barra kali ini menjadi pengingat bahwa saya sudah bertahun tahun tak ke Bantimurung. Terakhir saya ke Bantimurung itu belum ada Helena Skybridge hahahaha. Adanya wisata masuk gua sama museum kupu kupunya, selain menikmati air segar di air terjunnya.
Ini bisa jadi alasan nih main ke Bantimurung again
oh berarti helena sky bridge ini baru yaa. terakhir ke sana tahun berapa mas cipu?? saya malah nggak masuk gua,, dan air terjunnya pun lagi deras bgt karena musim penghujan..
nanti pas lagi mudik sekalian mampir ke bantimurung mas, kan dekat inih dari bandara hehe..
Aku dong nonton videonya tanganku ikut dingin, secara aku juga paling takut ketinggian… ntah kalo aku yng disana apa masih bisa jalan atau memang mutar balik saking takutnya, daripada kaki gemetaran buat melangkah.. wkwkwkk
wah kalau jalan langsung di sana lebih kerasa tuh gimana deg-degannya pas lewatin jembatan kecil yang bergoyang dan jaringnya sobek-sobek.. 😀
melihat orang berjalan di jembatan gantung yang diapit jaring di kiri kanannya saya sudah degdegan membayangkan bila saya berjalan di sana. ngomong2 itu beneran retribusinya 5 ribu doang? murah sekali di bandingkan obwis di tempat saya di jogja
kalau bukan adrenalin junkie emang rasanya ngeri yaa..
5rb utk masuk taman nasionalnya,, untuk ke jembatan dan taman kupu-kupu ini tambah lagi 10rb hehe..
saya pun mungkin akan gemeteran lewat jembatan itu. Ga berani euyy 🙂
wah harus dicoba dulu nih 😀
beberapa kali ke Makassar tapi belum pernah ke Bantimurung. Soalnya dulu perginya bersama keluarga sih jadi nurut aja gitu sama itin yang dibuat oleh Bapak.
kalau pengen ke Bantimurung kayakanya mesti sendirian nih biar puas ngiter-ngiternya.
saya sebenarnya juga takut ketinggian sih, tap entah kenapa suka manjat tebing. Sensasi adrenalin pas di ketinggian itu bikin nagih lho. makanya excited banget liat ada jembatan Helena Sky Bridge itu di Bantimurung jadi pengen secepatnya main ke Makassar lagi dehh..
kalau sama keluarga sih emang suka gitu yaa, ngikut ajaa dah ke mana pergi, apalagi kalau saat itu kita masih kecil 😀 .
kalau ke Bantimurung emang enaknya sendiri sih, atau dalam grup kecil yang punya selera traveling yang sama.. soalnya di Bantimurung ini banyak tmpat2 menarik.. di area tempat wisatanya ada beberapa spot wisata, lalu dekat situ ada leang-leang, rammang-rammang, dan belum lagi yang bukan tempat wisata tapi tempatnya menarik, banyak..
saya pernah nyoba 1x panjat tebing, gemeteran wkwk..
Sudah lama banget perbukitan karst dan Bantimurung di Sulsel ini jadi salah dua wish list saya. Semoga ada rejeki di tahun-tahun mendatang untuk ke sana sekalian hiking ke Gunung Lompobatang.
aamiin, semoga ada kesempatan ke sana.. wah asik tuh sekalian hiking ke gunung, tapi waspada banyak piton di sulawesi hehe..
Widiihh ngeri juga nyebrangin jembatannya. Takut banget kalo ada angin kenceng terus jembatannya goyang-goyang. Kayaknya bakal gemeteran, deh. Haha 😀
kalau bukan adrenalin junkie mah siap2 aja gemeteran dan panik haha..
Koreksi dikit ya. Angka jika hanya satu kata ditulis dengan huruf, misal dua, bukan 2. Lalu, nama ilmiah itu kata pertama (menunjukkan genus) ditulis dengan diawali huruf kapital dan kata kedua (menunjukkan spesies) menggunakan huruf kecil semua. Jadi nulisnya Troides helena.
Aku pas ke sini gak sempat main ke jembatan gantung itu. Jadi waktu itu lebih memilih mandi di air terjun aja. Museumnya pun pas tutup. Sepertinya juga tak banyak peminatnya. Isinya ‘hanya’ display kupu-kupu dalam pigura kaca. Gak beda jauh dengan suvenir yang ada di kios-kios pinggir jalan itu.
Tapi over all menyenangkan sih memang di sini. Suasananya sejuk. Tapi kalau sempat mandi di air terjunnya mesti hati-hati sama arus sungai yang tenang di hulu. Konon banyak yang hanyut di situ. Serem ih 🙁
wah, karena pencerahan dari bung Adie,, saya jadi buka2 PUEBI.. makasih koreksinya mas, jadi tercerahkan.. harus buka PUEBI menyeluruh nih supaya tahu hal-hal apa lagi yang selama ini salah kaprah, nanti diedit beberapa hal itu.. Tapi jika dipakai untuk berurutan seperti sudah benar ya?? seperti di poin ini “2 lembar tiket, 1 untuk tiket masuk taman nasional bantimurung bullusaraung seharga Rp5.000, dan 1 lagi untuk tiket masuk Helena Sky Bridge + Taman Kupu-kupu seharga Rp10.000 sudah di tangan”.. tapi kalau nggak berurutan maka harus ditulis huruf.. cmiiw..
aku juga awalnya ke air terjun sampai danau kassi kebo itu,, ke jembatan ini keesokan harinya.. wisatawan memang banyakan ke area air terjun itu sih..
Ga bisa bayangin sensani ngelewatin jembatan kayak gitu mas.
soalnya aku takut ketinggian hehe.
Btw karcis masuknya murah untuk destinasi wisata seperti ini,
Kapan2 kalau ada rejeki aku berangkat ke Sulawesi hehe
wah sama euy, takut ketinggian juga rupanya hehe..
iya kalau di luar jawa banyak yang murah2 bgt emang tiketnya..
aamiin gan, semoga bisa explore sulawesi..
Woaaahhh kupu-kupu yang di pigura itu bagus-bagus bangettttt warnanya 😀 kapan ya bisa lihat kupu-kupu seindah itu lagi huhu. Biasanya sekalinya ada, pasti kupu-kupu cokelat polosan yang seram kalau dilihat hehehehe 😀 berharap banget bisa ada kupu-kupu di depan rumah ~
By the way, sama seperti mas Bara, saya juga takut ketinggian, jalan di jembatan kecil begitu, mana bergoyang dan diatas ketinggian 100m mungkin akan membuat saya langsung banjir keringat :s ini juga saya heran kenapa semakin tuak semakin penakut, padahal dulu waktu masih muda, mau naik roller coaster berkali-kali juga nggak masalah. Eh sekarang mana berani hahahahaha 😀
kalau yang seram2 itu biasanya moth atau ngengat alias kupu-kupu malam dalam arti sebenarnya 😀 .. kalau kupu-kupu siang memang warna-warninya lebih ceria.. cmiiw..
mbak lebih bisa ditolerir karena cewek,, kalau aku sebagai cowok takut ketinggian rasanya gimana gituu wkwkwk.. pertambahan usia sepertinya memang berpengaruh yaa hehe..
Ya ampun aku 2x ke makassar belum pernah kesini, ckckck harus balik nih nanti. Btw, aku pun heran pas muda (ceile) dulu gak penakut sm ketinggian, sekarang naik tangga rumah aja aku takut. Ternyata im not alone hahaha.. like this post
wah tandanya nanti ke Makassar yang ketiga kalinya harus ke sini hehe..
sama ya, mungkin umur memang berpengaruh wkwk..
Ah, murah banget tiket masuknya. Sayang mahalan ongoks transportasinya ke sana daripada tiket masuknya.
Entah kapan saya bisa kesana.
bisa lah,, semoga ada kesempatan yaa aamiin..
Saya juga biasanya bakal keringet dingat kalau harus lewatin jembatan begini. Mungkin jalannya pun akan tegak lurus kayak robot. GAk berani melihat ke bawah hahaa
nah iyaa,, fokus ke depan aja, jangan liat ke bawah wkwk
Melewati Sky Bridge bisa mau copot ini lutut… Ekstreeem.. gimana kalau ada angin …goyang goyang…
nah, untungnya pas di sana anginnya ngga kenceng
belum pernah ke tanah celebes mas. semoga suatu saat ya, aamiin. hehe. saya suka kalau lihat kupu-kupu, tapi membayangkan bagaimana cara mengembangbiakkannya yang terbayang adalah ulatnya. saya takut ulat hehe.
salam kenal mas. pertama main ke mari. 😀
aamiin, semoga bisa explore celebes yaa..
gak usah dibayangin, yang penting liat pas udah jadi kupu-kupunya aja hehe..
salam kenal juga.. nanti saya berkunjung balik 🙂
Omg, looks scary: D Lovely photos!!
yes it is scary..
thank you..
Laah kok sama Mas Bara. Dulu sewaktu SMA nggak ada rasa takut ketinggian. Pas kuliah pun masih sering olhraga jumping di sungai, tp setelah udh kerja. Loncat di sungai 5 meter aja nggak berani. Gila. Bner2 ngeri bayanginnya. Apakah memang usia mempengaruhi ya. Akakaka
Disni jg ada museum hewan reptil salah satunya berisi koleksi kupu2..
mungkin penyakit sebagian besar umat manusia kali ya el 😀 …
di daerah mana El? Banjarnegara??
Salam kenal Mas Bara. Kebetulan aku anak Makassar haha. Ini hunting-nya kapan ya? Jadi kangen main kesini. Dulu waktu ke Helena Sky Bridge kalo ngga salah 2 apa 3 tahun yang lalu gitu deh. Rasanya emang deg deg ser pas naik jembatannya berasa mau jatoh haha. Apalagi waktu itu aku kesananya bareng beberapa teman jadinya seru.
salam kenal juga mbak,, wah pemilik bantimurung nih 😀 ..
itu Januari 2019 mbak, 1,5 tahun yang lalu hehe.. wah kalau rame-rame sama teman pasti lebih seru..
Sianjeeeeeeer, kok liat jembatannya aja kayak merinding diskoyak wgwgw :d baru ngebayangin sih, tapi mungkin pas sudah dihadapkan langsung, bakal tetap melaju. etapi nga tau wgwgw 😀
kalau udah di hadapan mau gak mau harus dilewati, sayang udah datang jauh-jauh dan udah bayar haha..
100 meter? Itu saya pasti udah ngompol pas sampe di ujung jalan, wkwkwk. Terakhir saya nyobain lewat jembatan tinggi banget aja, kaki saya langsung kram. Nasib fobia ketinggian.
Oya, kalo disini ada juga tempat wisata bertema kupu-kupu, yaitu Dunia Serangga taman mini. Tapi ya gitu… kurang keurus 🙁
wah, tos lah sesama fobia ketinggian haha.. tapi jangan sampai ngompol juga lah mas 😀
yah kasian hewan-hewannya kalau kondisinya kurang terurus gitu yaa..
Ada satu paragraf yang agak ngebingungin. Itu pada kalimat “Untungnya, tangga sudah tersedia sehingga langkah kaki.”. Itu memang seperti itu atau tidak? Saya bacanya nanggung.
Untuk jenis kupu-kupunya, saya baru tahu ternyata serangga yang sering saya temui saat malam ternyata adalah kupu-kupu malam. Bedanya dengan kupu-kupu biasa, kupu-kupu malam sayapnya cenderung sensitif. Kalo dipegang kadang robek.
Ohya, tulisan perjalanannya keren. Salam kenal, Mas Bara.
wah iyaa, ada eror pas nulis.. thanks koreksinya mas, sudah dibetulkan hehe..
iya kupu-kupu malam itu lebih mudah robek,, dan warnanya kurang atraktif dibandingkan kupu-kupu siang hari..
makasih mas, salam kenal juga..
saya juga kalau berada di ketinggian serasa ada gaya tarik kebawah yang besar …. bikin dengkul lemesss …
btw … tapi meskipun ngeri .. tapi kalau sudah di Bantimurung, saya akan coba jembatan ini …. istilahnya kapan lagi mumpung sudah sampai disini .. 😀
sama,, tapi harus tetap yakin, jangan lihat ke bawah hehe..
betul sekali, kalau sudah di sana ya wajib nyobain jadinya 😀 ..
Pasti berasa kayak di negeri dongeng ya mas, dikelilingi tebing yang banyak kupu-kupunya. Kalau diingat, saya udah lama nggak lihat kupu-kupu. Apa karena jumlahnya makin berkurang ya, atau karena di rumah nggak ada bunga
Mungkin saya kudu mulai berkebun.
iyaa, kupu-kupu terbanyak yang pernah saya liat ya di sini..
kalau di daerah-daerah lain emang kayanya udah berkurang ya,, udah jarang juga sih liat kupu-kupu dibanding saat kecil dulu..
Ngeliat kondisi sky bridgenya kok rada-rada ngeri juga ya jadinya :))
Bisa jadi semacam uji nyali nih buat nyebranginnya.
kalau buat adrenalin junkie mah ini ga ada apa-apanya, kalau buat saya ini emang uji nyali haha..
Dan pastinya saya tidak akan mau melewati jembatan tersebut, karena saya takut ketinggian. Lebih baik main bersama kupu-kupu. Lebih menyenangkan daripada harus melihat kebawah diketinggian. Serem
wah kalau datang ke sini mah harus lewat dong, kan pakai alat keselamatan, walaupun ya tetep aja jiper sih haha..
Ngebayangin ratusan kupu-kupu bertebangan di sekitar kita, pasti keren banget tuh.
Jadi pengen ke sana buat ngelihatnya secara langsung.
bung Rudi semoga ada kesempatan ke sini, banyak situs sejarah juga.
Berjalan di atas jembatan gantung di tepi tebing karst yang tinggi. Untung ada jaringnya kalau nggak ngeri sekali membayangkannya…. Sayang ya kalau kupu2 yg sudah ditangkarkan kalau belum bertelur sudah ditangkap orang krn ada jaring yg berlobang
iyaa, walaupun jaring pengamannya di beberapa titik udah sobek-sobek, ngeri..
nah itu dia, jaring di penangkaran kupu-kupunya ngga diperbaiki, sayang sekali..
Melihat thumbnail aja mengingatkan kepada jembatan yang ada diluar negeri tapi nggak tahu dimana. Yang membedakan luar negeri bukan dari kayu tetapi dari kaca. Semakin menambah rasa khawatir, haha.. Indonesia sih masih dengan keasriannya.
yang itu kayanya di China, tapi di Toraja juga ada, bukan jembatan sih, tapi pelataran dg lantai kaca di ketinggian, bikin jiper juga.
Lumayan ngeri juga ya menyebrangi jembatannya…
Terima kasih sudah sharing info tentang tempat tersebut. Salam.
terima kasih juga sudah berkunjung ke postingan ini mas..
Seru banget kayaknya menyusuri Bantimurung pas lagi sepi-sepinya, Bung Bara. Jadi leluasa menjelajah ke sana kemari dan cari tahu soal banyak hal. 😀
Serial Bantimurung Bung Bara ini catatan perjalanan paling rinci soal taman kupu-kupu ini yang pernah saya baca. Karena dibalut dengan narasi apik–dan menegangkan pas melintasi Helena Sky Bridge–secara nggak sadar saya bisa belajar banyak hal. 😀
Kerennya, Bung menginap di rumah Mas Eko yang ngerti banget soal Bantimurung dan kupu-kupu di sana. Jadi penasaran pas di menginap di sana cerita-cerita apa aja. 😀
yoi bung, dan berbaur bersama warga lokal, tinggal di rumah warga lokal yg kebetulan juga penulis dan suka riset tentang sejarah bantimurung dan sekitarnya, benar-benar memberikan pengalaman perjalanan yg luar biasa bung, walaupun tempatnya sebenarnya gak indah-indah amat, tapi perjalanan ngga melulu tentang destinasi..
pas tinggal di sana kebetulan ngga terlalu banyak hal yg dibicarakan sih karena mas Ekonya juga sibuk ketemu clientnya di Makassar. Tapi lumayan banyak tercerahkan tentang Sulawesi karena beliau sering melakukan ekspedisi sampai ke pedalaman, menggali info untuk tulisan2nya tentang Sulawesi, dan beliau sering jadi kontributor di banyak media besar.. Buku-buku yang dipunya juga bagus-bagus..
Sekarang manjat pohon pun gak berani karena bakal takut ketika turunnya, ha ha ha. Serius, saya juga merasa kian umur bertambah kian takut pada sesuatu yang sangat tinggi. Cuma lari saja yang masih bisa diupayakan cepat, urusan mendaki atau berada di ketinggian seperti itu bukan pilihan bijak bagi orang yang kadar adrenalinnya menurun serta khawatir lemah jantung, hi hi.
Kupu-kupu di Bantimurung indah sekali, jadi pengen ke sana suatu saat banti. Tetapi apakah saya akan berani menyeberangi jembatan Helena itu? Padahal panoramanya indah sekali.
Hem, semoga ada umur dan rezeki.
Semoga pula pihak taman nasional perhatikan hal-hal yang harus diperbaiki.
haha, iya yaaa.. makin tua emang makin cemen wkwk.. biasanya urusan naik lebih mudah daripada turun.. kalau turun harus liat ke bawah..
kalau ada kesempatan berkunjung ke Semarang harus ke Bantimurung juga, dekat dari bandara, dekat juga dari leang-leang dan rammang-rammang..
Wah, pasti pemandangannya cantik banget! Saya paling suka melihat pemandangan dari ketinggian. Naik jembatan gantung atau platform kaca di ketinggian, saya suka banget! (Tapi nggak suka naik wahana di Dufan yang pakai dibanting-banting atau digoyang-goyang. Soalnya bikin perut terkocok-kocok.) Jadi pengin ke Taman Bantimurung juga. Menunggu sampai masa covid reda lah, ya.
wah kalau naik platform kaca itu lebih ngeri lagi, gak berani haha.. sempat mau coba di Buntu Burake Toraja, tapi batal, ya batalnya bukan karena takut sih sbnrnya, karena mahal, wktu itu kan lagi jalan backpackeran, cari yg murah2 aja haha..
Keren nama jembatan gantung nya Helena Sky Bridge…
Penasara.n jalan di atas jembatan gantung… tapi… aku juga takut ketinggian…
Aku nggak bakal berani .. pernah aku naik menara di atas ketinggian kepala ku tiba-tiba pusing rasanya kepalaku berputar-putar.. setelah turun aku nggak berani lagi naik di atas ketinggian. Aku phobia ketinggian.
Tapi Helena Sky Bridge ini safety ya ? Meski jaring-jaring nya ada yang robek ya? Jalan di atas jembatan gantung ini pasti ngeri-ngeri sedap ya… ngerii..aku..
Btw banyak banget ya kupu-kupu di Baltimurung sampai di buat istilah The Kingdom of Butterfly.. keren banget pasti kupu-kupunya cantik-cantik..
Harga tiket masuk nya murah terjangkau. Sip lah..
nambah satu lagi nih yg phobia ketinggian 😀 .. salah satu phobia yang umum sepertinya yaa..
perangkat keselamatannya ada kok, jadi kita nggak hanya jalan, tapi badan kita pake alat keselamatan yg dikaitkan ke railing, cuma kalau jatuh tetep aja ngeri, ngegantung 😀
Jembatan Helena ini menarik banget yaaa. Aku penasaran pengen nyebrang di jembatan itu. Tapi kebayang juga sih kalau bakal deg-degan lewat situ.
deg-degan tapi tanggung kalau udah nyampe sini harus dicoba wkwk..
Ini siapa yang namain ya, namanya bisa cakep banget, Helena.
btw, beruntung banget mas bisa datang pagi-pagi dan masih sepi. Ini sebuah cara menikmati wisata yang menyenangkan pastinya ya mas.
Keren banget ada wisata kupu-kupunya. Pemandangan hijaunya dari brigenya cakep pisan.
Semoga wisata ini makin berkembang dan ramai pengunjung dari mancanegara juga
Siaaap wajib dicoba nih kalau next explore Bantimurung.
gak tau juga sih siapa yang namain Helena, tapi nama itu diambil dari salah satu jenis kupu-kupu di sana..
kalau datang pagi sering beruntung, masih sepi dari pengunjung lainnyaa 😀
Gue baca tulisan dan lihat foto-foto lo aja jemari kaki gue udah nyeri 🙁
Jadi inget pas di Green Canyon, gue gak berani loncat karena takut hahahaha. Terus pas gabung sama klub PA jaman SMA, kaki gue nggak berhenti gemetar saat mau turun tebing. Tapi kalo naik roller coaster, Histeria, Korakora, dsb, gue berani Bar.
gue terakhir nyobain korakora, histeria dan sebagainya itu 10 tahun yang lalu.. Itu masih berani tapi agak jiper,, sekarang gak tau, blm nyoba lagi, tapi kayanya lebih takut haha..
kalau terjun di sungai, kalau ada pilihan ngga terjun tentu gue ambil itu haha..
wah seru keyaknya jalan diatas ketinggian sambil melihat pemandangan alam. mudah2an bisa kesana suatu saat nanti
aamiin, semoga bisa ke sana juga mas..
pasti waktu tangan dibentangin begitu buat ambil foto, dalam hati “cepet dong cepet dong fotonya” 😀
ngeri ngeri sedep kalo liat ke bawah pastinya ya, kaki udah lemes duluan nih kayaknya
nggak cuman bisa belajar soal sejarah kupu-kupu ditempat ini, tapi juga ada tantangan beginiannya juga
haha, tahu aja mbak.. ya gituu deeh,, namanya juga takut ketinggian 😀
Seremmm uiii, padahal cuman baca dan liat foto maupun vidionya, kaki auto kram rasanya.
Mau ngompol kayaknya saya kalau lewat di situ, saya mah cemen, naik ke atas 2 meteran aja udah gemetaran, apalagi setinggi itu dan goyang-goyang 😀
tenang, anda tidak sendirian mbak.. banyak juga yg takut ketinggian ,, justru org yg suka ketinggian itu yg spesies langka ahaha..
Jadi pengen main ke situ, huhuhu
Tapi masih musim korona, susah mau kemana-mana.
buruan viralkan musim yang lain, kelereng kek atau layangan, supaya ganti musim..
Hmmm… kira-kira saya berani gak ya…
Kalau dulu kayaknya berani, masa masih muda.
Sekarang kayaknya kok ragu ya. 😀
**
kalau masih muda emang adrenalin menggebu-gebu yaa haha
Saya pasti langsung keringet dingin mas kalo disuruh cobain jembatan itu hehehe, keren sih asli tapi jiwa penakut saya meronta ronta
makin berumur emang makin gituu haha
wah mantep banget ini tempatnya, banyak kupu-kupu indah dan bisa uji adrenalin di sky bridgenya jadi pengen ke situ
kupu-kupunya beragam, banyak yg baru kuliat di tempat ini.