Hunting Tempat Wisata di Dharmasraya: Air Terjun Timbulun dan Goa Suko

Air mengalir secara diagonal dengan ketinggian hanya beberapa meter saja. Di sebelahnya terdapat air terjun dengan air yang jatuh vertikal seperti air terjun pada umumnya. Air terjun timbulun dharmasraya namanya. Dulu katanya airnya jernih. Sekarang keruh, pasti karena pertambangan. Di tempat lain tak jauh dari air terjun ini, terdapat sebuah aliran sungai kecil yang mata airnya berada di dalam sebuah goa, Goa Suko. Airnya berwarna putih susu. Hamparan bebatuan di alirannya membuat sungai ini sangat fotogenik. Itulah 2 tempat wisata Dharmasraya yang mudah dijangkau dari pusat kota.

Lagi-lagi saya ditugaskan oleh kantor ke Kabupaten Dharmasraya, salah satu kabupaten terjauh dari Kota Padang yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Muaro Bungo, Provinsi Jambi.

Perjalanan dari Kota Padang sampai Pulau Punjung, ibukota Dharmasraya, menempuh jarak sekitar 182 km dengan waktu tempuh 4-5 jam. Anyway, Pulau Punjung ini bukan sebuah pulau tersendiri, tetapi berada di daratan Sumatera. Saya juga bingung kenapa namanya Pulau Punjung 😀 ..

Entah berapa kali saya ke Dharmasraya. Tapi masih bingung juga kenapa enggak ada tempat wisata hits seperti tempat-tempat lainnya di Sumatera Barat. Sepengetahuan saya, enggak pernah ada postingan wisata Dharmasraya di akun IG semacam sumbar_rancak, infosumbar, minangtourism, dan akun IG sejenis yang sering memamerkan keindahan alam Sumatera Barat.

Cerita perjalanan sebelumnya: #JadiBisa Lebih Mengenal Nusa Tenggara Timur

Beberapa kali ke sini pula, penugasan dari kantor mengharuskan saya menjelajah jauh ke sisi pelosok kabupaten ini. Tapi masih heran, makin pelosok kok isinya kebun sawit semua yaa? Udah kaya bukan di Sumbar, udah kaya di Jambi atau Riau.

Pernah satu kali ke daerah bernama Timpeh, saya harus melewati perkebunan sawit dengan jalan tanah selama 1 jam lebih dengan menggunakan mobil double gardan. Duh..

Di kedatangan terakhir, tiba-tiba terbersit keinginan untuk mencari tahu ada wisata apa saja sih di sini. Maka berbekal fitur search di instagram dan google, saya dan rekan kerja, Arif, mulai bergerilya. Beberapa nama tempat wisata Dharmasraya berhasil dikumpulkan. Beberapa yang saya lihat di instagram @wisatadharmasraya dan @Wonderful_dharmasraya adalah sebagai berikut:

  • Ngalau Cigak. Sebuah goa yang sepertinya keren. Dari mulut goa, kita menelusuri goa selama sekitar 30 menit dan ujungnya berada di sebuah bukit yang dapat memandang dataran rendah sekelilingnya. Lokasinya sekitar 15 km dari pusat kota. Sepertinya terlalu lama nih kesana, waktu kami terbatas. Skip dulu deh.
  • Lubuak Labu. Di sini banyak hal menarik juga nih. Air terjun, tubing, menangkap ikan dengan panah, jamur yang bercahaya saat malam. Tapi waktu tempuhnya 2 jam dari pusat kota dan lewatin jalan tanah lumayan jauh. Hmm,, skip..
  • Bendungan Batu Bakawik. Bendungan? Skip aja deh.
  • Danau Biru. Bekas tambang yang jadi cantik.. Tapi lokasi jauh, udah di perbatasan Jambi. Skip lagi.
  • Beberapa air terjun di kecamatan IX Koto. Sekitar 2 jam dari pusat kota. Skip lagi.
  • Goa Cinduo Mato. Duh jauh juga di Timpeh. Skip.
  • Candi Padang Roco. Peninggalan kerajaan Dharmasraya. Dulu terdapat prasasti dan patung di area candi ini, tapi sekarang disimpan di Museum Nasional, Jakarta. Bentuk candinya hanya berupa tumpukan batu bata, bukan seperti candi-candi yang ada di Jawa. Oke deh, next time aja.
  • Air Terjun Timbulun Dharmasraya. Lokasinya dekat dari pusat kota, kira-kira 10 menit dengan berkendara. Nah, oke. PILIH.
  • Ngalau Suko. Tak begitu jauh dari air terjun timbulun. Kira-kira sekitar 10 menit dari air terjun timbulun, lalu trekking 10 menit. PILIH juga..

Air Terjun Timbulun Indah

Tugas kantor di minggu pertama telah selesai. Sebelum kembali ke Padang, saya dan Arif ditemani Bang Pampam menuju wisata Dharmasraya pertama yaitu air terjun timbulun. Ada plang gede dekat kantor Bupati Dharmasraya untuk menuju ke air terjun ini dan juga Candi Roco. Lihat di gmaps, oh deket SMA. okee..

Sampai di pertigaan, ada plang menuju SMA yang dimaksud. Kami berbelok ke kiri, lalu berhenti bertanya ke anak-anak SMA.

“Dek, air terjun timbulun di sebelah mana ya?? Nih fotonya kalau di google”, tanya kami.

Si adek SMA tanya ke temennya sambil sedikit berbisik, “Air terjun? Di mana ya??? Enggak ada air terjun kaya gitu”.

Temennya pun tampak kebingungan. Lalu dia berucap, “Ada sih mirip air terjun di sebelah sana, tapi enggak tahu juga deh itu air terjun atau bukan ya?? Jelek sih bang. Enggak kaya di foto ini”, ucapnya..

Laaah?? dia bingung, saya pun ikutan bingung. Jadi itu air terjun bukan????

wisata dharmasraya menuju air terjun timbulun dharmasraya
jalan menuju air terjun timbulun indah

Udah kepalang tanggung. Lanjuuuut.. Akhirnya di depan ada plang kecil bertuliskan Air terjun timbulun indah.. Kami memasuki jalanan tanah menuju sebuah kebun. Sampai di sebuah gubuk, mobil diparkirkan dan dilanjutkan jalan kaki. “Dekat, paling cuma 100 meter dari sini”, ucap seorang bapak. Berangkaaaat.

wisata dharmasraya bagian atas air terjun timbulun dharmasraya
bagian atas air terjun

Oh jadi gini air terjunnya, pantes aja si anak SMA bingung. Ternyata artikel yang saya baca di google salah menampilkan gambar. Enggak kaya air terjun pada umumnya yang jatuh vertikal, tapi air terjun timbulun airnya jatuh diagonal, di sebelahnya ada juga sih yang jatuh vertikal kecil.

Air sungainya keruh. Hampir semua sungai yang saya lihat di sekitar Pulau Punjung ini airnya keruh, termasuk sungai Batang Hari. Hal ini karena sungai-sungai di sini banyak mengandung emas sehingga banyak ditambang di daerah hulu.

air terjun timbulun dharmasraya
air terjun timbulun dharmasraya

Saya pernah ke air terjun dengan nama yang sama, Timbulun, namun berlokasi di Kabupaten Pesisir Selatan. Air terjun timbulun Pessel juga memiliki aliran air diagonal. Dari sini saya menyimpulkan, berarti setiap air terjun dengan nama “timbulun” di Sumbar, mungkin memiliki aliran jatuh air yang diagonal.

air terjun timbulun dharmasraya
santai sejenak

Air terjun ini kecil, tingginya mungkin cuma sekitar 3 – 4 meter saja. Di bagian atasnya air seperti sebuah embung, kayanya airnya cukup dalam. Lalu jatuh secara diagonal melalui bebatuan. Airnya coklat keruh.

Menurut warga sekitar, dulunya air sungai ini jernih. Sudah pasti menjadi keruh karena aktivitas tambang. Terdapat sebuah pondok terbengkalai. Sepertinya dulunya digunakan untuk berjualan. Nyamuk yang semakin mengganas memaksa kami meninggalkan tempat ini.

air terjun timbulun dharmasraya
wisata dharmasraya

———————-
Goa Suko

Minggu kedua penugasan telah selesai, sebelum kembali ke Padang, saya dan Arief ingin mencoba mendatangi destinasi lainnya di Dharmasraya. Bang Ucok yang kali ini mengajak kami menuju sebuah goa bernama goa suko. Bang Ucok ini nama aslinya Arkan, campuran Batak-Minang, tapi orang-orang lebih suka memanggilnya Ucok 😀 .

goa suko dharmasraya
trekking menuju goa suko dharmasraya

Kami berkendara selama 10 menit dari pusat kota sampai berhenti di sebuah bukit kecil. Mobil diparkirkan, dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 10 menit.

Sepanjang perjalanan, setidaknya kami disambut 3 jenis hewan liar. Seekor ular kecil, gerombolan monyet, dan seekor burung gagak yang terbang rendah. Sesampainya di area goa, terdapat 4 orang anak remaja yang sedang mandi di sungai suko.

goa suko dharmasraya
mulut goa suko, wisata dharmasraya

Goa Suko ini unik. Dari mulut goanya mengalir sungai suko dengan aliran kecil. Warna airnya putih susu, berbeda dengan kebanyakan sungai yang berada di Pulau Punjung yang berwarna coklat. Sungai itu dipenuhi bebatuan sehingga menjadikannya unik dan instagram-able.

goa sungai suko wisata dharmasraya
goa sungai suko, wisata dharmasraya

“Waktu itu enggak gini lho, waktu itu mulut goanya terbuka, airnya lebih deras. Kita kalau mandi-mandi di sungainya bisa langsung masuk ke goanya”, ucap Bang Ucok. Sedangkan yang terlihat sekarang, debit air kecil dan pintu goa tertutup reruntuhan batu. Mungkin habis ada longsor.

Saya langsung memanjat batu-batu itu dan menuju mulut goa. Goanya kecil dan gelap. Saya masuk hanya beberapa meter saja. Kami kesini tanpa persiapan, gak bawa senter untuk menelusuri lebih jauh lagi. Saya keluar goa dan memotret kondisi di sekeliling saja.

Tiba-tiba 4 anak remaja tadi mendekat dan ingin mewawancarai saya, untuk tugas sekolah katanya. Mereka masih duduk di kelas 1 Smk. Oke deh, saya pun menjawab beberapa pertanyaan sambil direkam. Hitung-hitung, latihan ngomong buat vlog saya nanti ahaha..

Setelah selesai, saya pun meminta foto-foto mereka. “Entar kalau mau lihat foto-fotonya, buka blog abang ya,, sini abang tulisin dulu nama blog abang di hp salah satu dari kalian”, ucap saya sekaligus promosi blog, 😀 …

sungai suko dharmasraya
sungai suko

Mereka pamit pulang ke daerah Siguntur dan saya melanjutkan foto-foto. Sementara Arief dan Bang Ucok ngobrol santai di pinggir sungai sambil menikmati cemilan yang kami bawa.

Ada sepasang muda mudi yang sedang makan siang di sisi lain sungai ini. Saya tanya apakah dia pernah masuk goa suko ini. Dia pun bercerita panjang lebar.

“Saya pernah bang masuk ke dalam bang, harus bawa senter. Makin dalam makin sempit. Mungkin panjang goanya sekitar 100 meter lah dari mulut goa sampai mentok. Di dalam tu buntu bang. Mata air sungai ini di ujung goa itu. Sempat ramai sih waktu itu, banyak yang ke sini, banyak yang pacaran juga di dalam goa. Eh, “penunggu” nya keluar, ada yang lihat, terus ada 3 orang kesurupan. Nah abis kejadian itu, jadi sepi lagi tempat ini”..

Langsung merinding gue dengar cerita dia. Duh, mana belum sempat foto-foto di dalam goa lagi. Sekarang gue ciut kan kan kaaaan. Gue pun hanya memotret mulut goa nya saja. Udah gak berani lagi masuk-masuk kalau sepi gini, ahaha..

Di hutan ini juga terdapat ngalau (goa) lain yang lebih besar. Sebuah ngalau yang menjadi sarang burung walet. Kata Bang Ucok, panen sarang walet dilakukan setiap 4 bulan sekali dan sebelum memanen harus ada persembahan 1 ekor kambing. Bila ritual itu tak dilakukan, pasti memakan 1 korban jiwa.

Untuk menuju ngalau itu juga butuh perjuangan trekking sekitar 2-3 jam. Dan setelah keluar dari ngalau, tubuh akan terasa perih-perih..

Makin ngeri aja denger cerita itu, akhirnya kami pun meninggalkan tempat wisata Dharmasraya ini seiring dengan semakin banyaknya bentol-bentol merah akibat gigitan nyamuk..


Berkunjung 2017

Traveler Paruh Waktu

goa suko dharmasraya
4 anak SMK yang wawancarain saya

goa suko dharmasraya goa suko dharmasraya goa suko dharmasraya

Travel Blogger Indonesia. Traveler Paruh Waktu. 100% sundanese. ASN pengagum Ibu Pertiwi, terutama akan keindahan alamnya. Suka bertualang, suka bercerita, suka membuat video.

Related Posts

28 Responses
  1. Anonim

    Meskipun nggak seindah yang diharapkan, tapi seru ya berpetualang ke tempat baru, off beaten track, yang nggak banyak orang tau.

    Tinggal tambahin foto-foto yang ada elunya biar lebih otentik 😀

    thetravelearn.com

    1. bener,, petualangannya itu kadang seru juga untuk diceritakan dan dikenang hehe.

      Iya yah… Minimal ada lah ya foto gue 1 di tmpat wisata nya :D, maklum, tukang poto wkwk..

  2. Adi Stia Utama S

    Udah pake template baru dan domain TLD sekarang y kang
    waah semangat ngeblog nya semakin meBara nih haha

  3. Mauliddin Moko

    Kepingin masuk ke dalam goanya, pasti menantang ya…..daerah batuan karst biasanya rawan dijadikan tambang semen, semoga bisa tetap asri selamanya

  4. Tp sbnrnya itu penunggu goa keluar karena goanya dipake utk muda mudi ga tau aturan bua pacaran kan yaaa :p. Wajar aja penunggunya marah :D.

    Walopun ternyata ga sebagus yg diharapkan, tp setidaknya ga penasaran lagi :). Dan itu beberapa wisata yg mas skip, jujur aja banyak yg menarik sih. Sayang aja wkt ga banyak yaa

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.