Aliran sungai itu tenang, perahu jolloro yang kami naiki dengan mudah melaju melawan arus menuju hulu sungai. Di tepian sungai, pohon-pohon nipah berbaris rapi seakan menyambut kedatangan saya, bak seorang selebritis. Memandang jauh ke depan, bukit-bukit karst tampak sombong memamerkan ukuran dan keindahannya. Di sebuah lembah saya berdiri, menatap sekeliling pagar-pagar bukit karst layaknya benteng di medan perang. Indah sekali tempat ini, Rammang-rammang.
Hari ini saya dan Riscy berangkat ke Pare-pare, sebelum esok kembali melanjutkan perjalanan ke kampung halaman Riscy di Tana Toraja.
Batu-batu karang yang berserakan masih menemani perjalanan. Di kanan jalan, bentangan tebing karst masih angkuh menampakkan pesonanya. Tak jemu saya memandang. Rute ini adalah salah satu yang terindah dalam perjalanan saya menyapa bumi Sulawesi dari ujung ke ujungnya.
Puntiran gas saya pelankan seraya tuas rem saya tekan. Lampu sein saya nyalakan ke kanan, sesaat sebelum roda motor saya belokkan. Sebuah dermaga kecil di satu aliran sungai menyambut. Ini adalah dermaga satu Salenrang.
Kampung Berua adalah ujung dari sungai yang mengalir ini. Di sanalah, tempat terindah di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung berada. Tempat yang pernah muncul di film The Nekad Traveler yang diperankan Maudy Ayunda. Tempat dengan lembah kaya air yang dikelilingi bukit-bukit karst yang megah. Rammang-rammang.
Motor saya parkirkan di depan sebuah dermaga beratap. Dermaga salenrang adalah 1 dari 2 dermaga sungai titik awal perjalanan menuju Kampung Berua. Satu dermaga lagi adalah dermaga dua rammang-rammang yang lokasinya lebih dalam ke perkampungan. Beberapa pengunjung tampak sedang bersiap menaiki perahu tanpa atap. Perahu itu akan menyusuri sungai sampai ke daerah yang bernama Kampung Berua.
vlognya lihat di sini
“Mahal bang, saya dapat lebih murah waktu itu, tapi dari dermaga dua naiknya. Di sana tarifnya 100k”, Riscy mengomentari harga 200k/perahu untuk 1-2 orang pengunjung. Kami pun urung berangkat dari dermaga satu salenrang, dan memutuskan untuk berangkat dari dermaga dua rammang-rammang.
Menguji Jiwa Backpacker di Dermaga Dua Rammang-rammang
Dalam perjalanan menuju dermaga dua rammang-rammang, pemandangan yang dilihat masih sama. Latar belakang bukit karst dan batu-batu karang di sepanjang jalan. Masih cantik, masih tak membosankan.
![dermaga dua rammang-rammang maros](https://barrabaa.com/wp-content/uploads/2020/07/dermaga-dua-rammang-rammang-maros.jpg)
Di samping sebuah jembatan, dermaga dua rammang-rammang berada. Kami tak berhenti di sana, tapi sekitar 50 meter sebelum dermaga, di halaman depan sebuah warung makan. Memang di sinilah lahan yang digunakan untuk tempat parkir motor pengunjung. Kebetulan karena kami sudah lapar, kami singgah dulu di warung makan itu. Semangkuk coto dan beberapa ketupat sudah cukup. Tubuh saya telah terisi cukup nutrisi sebagai bekal energi menjelajah Rammang-rammang.
Kami menuju dermaga. Tarif perahu menuju Kampung Berua terpampang di satu pojok dinding. Ternyata, tarifnya sama saja dengan jika kami berangkat dari dermaga satu Salenrang, ahaha. Padahal, jarak menuju Kampung Berua dari dermaga dua hanya setengahnya jika dibandingkan dengan jarak dari dermaga satu.
Saya mencoba melakukan negosiasi supaya bisa mendapatkan harga setengahnya, namun tak berhasil. Saya memutuskan untuk menunggu pengunjung lain, dengan harapan supaya bisa berbagi perahu.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Sekelompok cewe dan seorang cowo tiba di lokasi. Saya langsung mendekati mereka, berinisiatif untuk mengajak mereka berbagi perahu yang sama. Awalnya mereka seperti kebingungan dan saling melempar. Mungkin, dalam pikiran mereka tak pernah terlintas ada orang asing yang tiba-tiba mengajak berbagi biaya perahu. Tapi pada akhirnya, mereka menyetujui tawaran saya, begitu pun si pemilik perahu.
“Bang, gak boleh seperti itu. Abang kan nggak kenal sama mereka, harus perahu yang beda bang”, seorang pria mendatangi kami.
Saya melirik abang perahu yang akan mengantarkan kami, “bang, tadi kan kita udah deal. Abang udah setuju untuk bawa kami bareng mereka”. Abang itu hanya diam saja. Padahal, gak ada juga aturan tertulis di sana yang melarang backpacker untuk bergabung dengan wisatawan lainnya.
*Saran –> kalau mau cari gabungan dengan peserta lain, baiknya dilakukan di parkiran motor
Akhirnya saya bernegosiasi dengan mereka. Pada akhirnya diputuskan, kami harus berangkat terpisah dari rombongan itu. Berita baiknya, kami cukup membayar Rp100.000, setara dengan jika kami pergi bareng gadis-gadis itu.
![pemandangan di dermaga 2 rammang-rammang](https://barrabaa.com/wp-content/uploads/2020/07/dermaga-2-rammang-rammang.jpg)
Keindahan Dari Awal Sampai Akhir Perjalanan
Deru mesin ketinting mulai meraung. Perlahan, perahu jolloro yang kami naiki melaju melawan arus menuju hulu.
Barisan pohon nipah di sepanjang aliran sungai bergoyang-goyang dihempas angin, seakan-akan menyambut setiap wisatawan yang melaluinya. Bukit-bukit karst yang nampak megah dan berdiri sendiri-sendiri tampak angkuh menantang siapapun yang ingin mendakinya. Dua hal itu menjadi paduan keindahan utama tempat ini. Dari awal perjalanan, saya sudah disuguhi pemandangan seperti itu, yang menurut saya cantik banget. Hanya saja, airnya keruh.
Pohon nipah menemani perjalanan dari dermaga sampai ke ujung perjalanan, Kampung Berua. Di beberapa titiknya terdapat jembatan dari bambu. Sesaat sebelum sampai di dermaga Kampung Berua, sungai diapit oleh dua sisi batuan karang yang menciptakan celah sempit, terlihat epic! Spot-spot itu muncul di film The Nekad Traveler yang dibintangi Maudy Ayunda sebagai Trinity.
Banyak sekali pohon nipah. Entah dimanfaatkan untuk apa pohon ini di sana. Saya jadi teringat kala menyusuri Sungai Gemuruh di Kawasan Mandeh Sumatera Barat, seperti ini juga pemandangan di kanan kirinya.
Pemandangan Tercantik di Rammang-rammang yang Ternyata Bekas Danau
Kami sampai di dermaga Kampung Berua setelah menyusuri sungai selama sekitar 15 menit. Pemandangan yang sangat cantik langsung menyapa. Bukit-bukti karst dengan tebing-tebing ekstrim itu terlihat gagah. Di bawahnya ada lembah dengan hamparan sawah, kolam ikan, pepohonan yang rindang dan rumah-rumah sederhana.
Kampung Berua adalah daya tarik utama di Rammang-rammang. Sebuah lembah dengan perkampungan tradisional yang dikelilingi bukit laksana benteng-benteng pertahanan. Berdasarkan penelitian, ribuan tahun lalu lembah ini adalah sebuah danau besar. Saat ini danau itu sudah tak ada. Tapi, lembah ini masih basah, penuh air sampai sekarang. Kampung Berua artinya kampung baru, kampung termuda di wilayah ini.
Saya jadi teringat Lembah Harau di Sumatera Barat. Pemandangannya mirip. Hanya saja jenis batuan yang membentuk tebingnya berbeda. Kalau di Rammang-rammang berupa batuan karst, sedangkan di Lembah Harau tebingnya adalah batuan granit. Rammang-rammang juga terlihat lebih natural dibanding Lembah Harau yang saat ini sudah banyak spot kekinian. Tapi sebetulnya ada juga spot di Lembah Harau yang masih sangat cantik dan alami yang jarang dikunjungi orang, daerah di sekitar Ngalau Seribu.
Saya pernah mendaki tebing harau dan melihat pemandangan lembah dari ketinggian, di sisi Lembah Harau yang masih alami, cerita perjalanannya bisa dibaca di sini –> Menatap Lembah Harau dari Ketinggian dan Menerobos Gua di Ngalau Seribu Harau
Jalan setapak di sekitar dermaga telah dilapisi dengan lantai kayu, ada tempat duduk juga di sana. Untuk lansia atau kamu yang tak ingin terlalu jauh menjelajah, di sini sudah cukup. Pemandangan di sini sudah sangat indah.
Langkah kaki saya tak cukup sampai sana. Lantai kayu berakhir, kini jalan setapak berupa pematang sawah seperti di area persawahan pada umumnya, lantai tanah dengan rumput-rumput liar di tepiannya. Ikan-ikan yang cukup besar berenang ke sana ke mari, terlihat jelas di air yang jernih. Saya heran, air di sawah-sawah ini jernih, tapi kenapa sungainya keruh?
Saya terus berjalan, sesekali berhenti untuk mengambil foto dan video. Banyak sudut yang menggoda saya untuk mengeluarkan kamera. Memang secantik itu Rammang-rammang. Suasana pedesaannya masih sangat kental. Jarak antar satu rumah dengan rumah lainnya pun cukup jauh. Siapa sangka tempat secantik dan sealami ini dapat ditempuh hanya sekitar satu jam dari Kota Makassar, kota terbesar di kawasan Indonesia Timur.
Tiga Spot Wisata di Kampung Berua
Selain view yang epic mempesona, ada tiga spot wisata lainnya di Rammang-rammang. Gua kingkong, gua berlian, dan padang ammarrung.
Rasanya ingin menjelajah setiap sudutnya, termasuk ketiga spot wisata itu. Tapi waktu kami terbatas, perjalanan ke utara masih jauh, kami tak ingin kemalaman. Akhirnya kami hanya pergi ke padang ammarrung saja.
Gua kingkong adalah lokasi terdekat dari dermaga Kampung Berua. Daya tariknya adalah adanya batuan kapur berbentuk wajah kingkong yang terbentuk alami. Efisiensi waktu menjadikan gua kingkong bukan pilihan kami siang itu.
Gua berlian. Keunikan gua ini adalah dindingnya bisa menyala dan berkilauan bak berlian saat terkena cahaya. Kami juga tak sempat berkunjung ke gua berlian.
![pemandangan dari padang ammarrung](https://barrabaa.com/wp-content/uploads/2020/07/pemandangan-dari-padang-ammarrung.jpg)
Padang Ammarrung. Setelah melewati gua kingkong dan gua berlian, maka spot wisata berikutnya adalah padang ammarrung. Sebuah bukit kecil di ujung Rammang-rammang. Dari sini, kita bisa melihat sekeliling area Rammang-rammang. Hanya saja karena lokasinya tak terlalu tinggi, pemandangannya kurang menakjubkan. Lain kali saya ingin bermalam di sini. Momen matahari terbit yang muncul dari sela-sela tebing karst itu adalah salah satu incaran wisatawan yang menginap di sini. Rasi bintang yang terlihat jelas dan kunang-kunang konon juga menjadi daya tarik di Rammang-rammang.
![asal usul padang ammarrung](https://barrabaa.com/wp-content/uploads/2020/07/asal-usul-padang-ammarrung.jpg)
Saya dan Riscy menyusuri bukit, mengikuti papan petunjuk menuju dermaga Kampung Berua. Tak lama, kami sampai di dermaga. Ternyata jarak dari Padang Ammarrung ke Dermaga sangat dekat. Hanya saja, saat berangkat tadi kami memutar melewati jalan lain. Tak mengapa, karena pemandangan sepanjang perjalanan betul-betul menggoda.
Sebelum bertolak kembali ke dermaga dua Rammang-rammang. Saya duduk di lantai kayu itu. Saya memandang jauh, memandang sekeliling lembah dan bukit karst. Cantik banget! Rasanya tak rela cepat-cepat pergi, ingin lebih lama. Tapi perjalanan saya masih panjang. Semoga suatu saat nanti saya bisa berkunjung kembali ke sini. Semoga, di masa itu, kondisinya masih sama, tetap cantik dan tetap asri, alami, tanpa ada tambahan-tambahan spot foto kekinian yang seringkali merusak nilai jual utama sebuah tempat wisata. Semoga..
***
traveler paruh waktu
Omg what an amazing views Lucky you:D
yes, the view is simply breathtaking..
Soal sewa perahu, sepertinya Green Canyon masih lebih baik, Bung. Mungkin karena memang sudah ramai, ya? 😀
Saya curiga di daerah Sawahlunto atau Dharmasraya ada tempat seperti Rammang-rammang, Bung. Bukit-bukit karst di sana banyak dan tinggi-tinggi. Ada sungai pula yang membelahnya. Mungkin belum “ditemukan” saja, soalnya orientasi pariwisata Sumbar sepertinya masih ke Pesisir Selatan dan daerah-daerah di utara.
sepertinya bung,, kalau membandingkan pengunjung di jawa dan luar jawa memang biasanya jomplang sih, di Jawa pasti ramai bgt, makanya saya jarang wisata di Jawa bung ahaha..
Sekitar Sawahlunto, Sijunjung atau Dharmasraya memang ada bukit karst juga,, yang sudah tereksplor adalah geopark silokek di Sijunjung. Artikelnya saya tulis di sini –> https://barrabaa.com/geopark-silokek-mutiara-tersembunyi-di-pedalaman-minangkabau ..
Tak seluas di Rammang-rammang sih, tapi masih alami bgt,, masih dikit bgt wisatawan yang datang ke sana, di samping lokasi yg cukup jauh dari Padang, juga akses ke sana susah, jalan rusak..
Membayangkan tempatnya aja rasanya indah sekali, apalagi benar2 pergi kesana
semoga suatu saat kesampaian main ke sini ya 🙂
Waduh kok rempong gitu, ya … kesannya jadi kayak preman bikin peraturan larangan gabung dengan wisata lain naik perahu.
Hal seperti itulah yang harus dibina agar turis tidak kapok wisata kesana lagi.
padahal ngga ada aturan tertulis seperti itu.. untung berhasil menego 😀
Iya.
Kebetulan berhasil nego.
Kalau wisatawan lain ngga pinter casciscus kasihan juga
nah itu dia 😀
Mas Barra, saya jadi penasaran, setelah sempat berbagi perahu dengan sejumlah akhwat, ada gak yang lanjut komunikasinya… OOT hahahah
hahaha ini yang biasa dirasakan sama solo traveler, kalau di tempat asing dan berbagi fasilitas seperti ini biasanya yang diarepin bisa lanjut komunikasi, jadi kalao kesana lagi ada kenalan
iya bener bgt nih, hail solo traveler!!! 😀
Keren pemandangannya baru tau ada tempat bagus seperti itu di sana
liat langsung lebih keren lho..
terputus, karena handphone saya beberapa minggu kemudian nyemplung di sentani dan rusak wkwkwk..
Wah…. masih banyak yang nakal, salah satunya tentang persewaan perahu. Tapi, beruntung masih bisa nego Kak.
Oh ya, foto-foto dan videonya keren, bikin inget The Nekad Traveller yang dibintangi Maudy Ayunda.
Btw, baca komentar di atas, aku juga setuju wisata Jawa sangat ramai dan juga tidak alami karena masih banyaknya sampah-sampah. Banyak wisatawan yang masih abai soal sampah dan itu menyebalkan sekali untukku, salah satu dari segelintir orang yang berusaha tetap tanggung jawab dengan sampah pribadi. Gemes…. Tapi, apalah daya, ya cuman bisa tetap konsiste tanggung jawab dengan sampah milik sendiri dan berharap semoga semakin banyak yang sadar akan bahaya buang sampah sembarangan.
memang spot2 di rammang-rammang ini mengingatkan kita akan scene2 di film the nekad traveler (bagi yg pernah nonton filmnya)..
kita mulai dari diri kita sendiri, kita bawa sampah kita, buang di tempat yg seharusnya.. yg lain, semoga saja bisa sadar untuk tetap menjaga lingkungan 🙂
perjalanan yang kereen banget. lengkap dengan interaksi dengan warga lokal dengan segala negosiasinya 🙂
salah satu perjalanan yang berkesan buat saya 🙂
Lihat pemandangan nya memang cantik cantik, tapi sayangnya jauh di Sulawesi Selatan sana ya. Ada gua kingkong, gua berlian, dan tentunya Padang ammmarung.
Tapi sayangnya ngga boleh naik perahu bareng wisatawan lain ya, padahal bisa lebih murah. Syukurlah dikasih harga 100 ribu.
semoga ada rezeki ke sana mas Agus supaya bisa merasakan langsung indahnya 😀 ..
iya tuh, jadi nyari barengannya di parkiran motor aja hehe..
Iya bang, lihat para blogger lain pada traveling jadi pengin ikut rekreasi juga. Kadang penat juga kuli tiap hari cari nafkah. Mungkin harus menyiapkan tabungan dulu ya, soalnya kalo langsung tidak bisa soalnya mepet duitnya untuk kebutuhan sehari-hari.
Lagipula sudah punya anak istri, kalo traveling sendirian ngga enak ya, jadinya harus tambah biaya.
jalan-jalan dari yang deket dulu aja mas, yang penting bisa sedikit refreshing setelah mencari nafkah terus hehe..
Tarif perahu nya unyuk sampai lokasi mahal juga ya? Kenapa ya kok nggak boleh barengan naik perahu dengan rombongan penginjung lain? Padahal kalau berbagi ongkos kan lebih ringan.
Spot spot di Kampung Berua ini ondah kece masih terkesan alami semua.
Sungai nya unik ya, menyusuri sungai di antara 2 batuan karang. Menarik.
Ada gua kingkong juga karena tampilan depan batuan kapur nya mirip gambar wajah kongkong. Menarik untuk ditelusuri.
Bila lokasi area Rammang-rammang yang masih terkesan misteri ini lebih dieksplor lagi mungkin akan bisa lebih dikenal lagi oleh para wisatawan .
nah itu, ngga tau juga kenapa ngga boleh, padahal sepengalamanku di tempat lain, kalau mau sharing cost dengan pengunjung lain boleh-boleh aja sih..
spot-spotnya memang masih sangat alami, semoga bisa dipertahankan seperti ini..
ini cantikk bangett, wish list menyusuri tempat ini, view perbukitan dengan rumah panggung seperti itu tenang banget rasanya, kayak di pedesaan pedesaann gitu, ehh ini pedesaan bukan ya hehe
adem banget liatnya
Ayo mbak Ainun ke Padang ammarung, kan mbak suka traveling juga. Pemandangan nya cantik cantik lho.
pedesaan, ada warga yang menghuni rumah-rumah itu kok.. tapi rumahnya jauh2an, kalau malem agak2 serem juga wkwk..
Woww… indah sekali tempat ini.. Sulawesi ya? Sadis bener kerennya…
Auuww auuww ..
Gaul pisan istilah dari Bang Ancis .. Sadis beneeer
iya di Sulsel nih, gak jauh dari Kota Makassar
cakep banget Rammang-Rammang.. saya jadi teringat perjalanan seperti ini waktu berkunjung ke Yangshuo, Guilin, menyusuri Sungai Li. batu-batuan karst-nya mirip sekali.
wah iya Yangshuo,, pgn juga ke sana.. di sana menyusuri sungai juga yaa, mantul..
Tiap baca rammang-rammang saya selalu salah remang-remang
Sayang banget nggak bisa pergi ke gua kingkong sama berlian ya, padahal dari penjelasan di atas tempatnya menarik ya. Gua yang ada wajah kinkongnya, jadi keinget film “kingkong”
Dulu waktu saya ikut pramuka dan kemah di tempat yang jauh (lupa dimana), pernah satu kali lihat pemandangan tebing dari jauh, bentuknya persis kayak gambar di atas. Dan sumpah saya takjub banget. Karena selama ini kan lihatnya pegunungan aja. Apalagi kalau lihat sebanyak itu ya….
Ngeri2 takjub sih…..
Buhahaha, kenapa Rammang Rammang jadi warung remang remang.
Eh, tapi memang mirip ya, apalagi kalo bacanya lagi ngantuk.
semoga lain kali bisa explore lebih banyak spot di rammang-rammang 🙂
bukit2 karst yg tersusun banyak seperti ini emang langka sih, bukan hanya di Indonesia tapi di dunia juga.. di Sumatera Barat ada juga tapi bentuknya ngga bermunculan kaya gini..
Pemandangannya sungguh undah sekali
Wah itu lihai juga cara nego prahunya, akhirnya bang perahunya menyerah 😀
Walau akhirnya tak bisa gabung dengan cewek-cewek cantik 😀
Kok sotonya tak ikut diphoto ,kan saya penasaran
tempat makannya gelap jadi ngga sempat fotoin coto nya 😀 .
Cantik ya Rammang Rammang, tp cukup tricky juga nawar perahunya 🙂
Ga ada alternatif lain ya selain perahu?
sebenernya bisa aja jalan kaki menyusuri persawahan sejauh 2-3 km,, 😀 , tapi selain capek, juga kurang epic, harus lewat sungai.
I see …
adakah binatang buas lewat …. seraaaam
palingan cuma semut dan kadal aja yg lewat 😀
Hahahahaha, ini juga yang aku lakukan waktu keliling pulau di Belitung, bang.
Alhamdulillah, bermodalkan kamera, jadi aku digratiskan rombongan keluarga. Sebagai gantinya aku motret mereka.
Rammang-rammang salah satu destinasi yang ingin aku kunjungi jika menjejakkan di Sulawesi. Sebenarnya sudah aku rencanakan tahun ini, tapi harus diubah lagi karena sedang kurang baik adanya pandemi. Bahkan, aku sudah mendata keluarga yang ada di Sulawesi buat aku kunjungi rumahnya.
wah enak bgt malah akhirnya dpt gratis ,, coba kalau setelahnya juga dibayar atas jasa foto2nya yaa, doublekill!! ahaha..
semoga tahun depan sudah bisa ke sana mas. Asik euy, plesiran sambil mengunjungi sodara2 di sana,, pasti banyak budaya dan kearifan lokal yg bisa digali lebih dalam..
Harapannya begitu, bang. Semoga saja kesampaian dolan ke sana. 😀
aamiin..
Setiap kali mendengar nama Rammang-rammang, selalu keingat Ramang, pemain kesayangan PSM Makassar yang juga salah satu legenda sepakbola Indonesia tahun 50-an. Kayanya belum ada gantinya sampai sekarang. 🙂
Ngomong-ngomong kawasan karst di sini termasuk kawasan konservasi ga ya? Di sekitar situ ada tambang karst (baik tradisional oleh masyarakat atau oleh perusahaan) ga Kang? Tambang karst di banyak tempat seringkali memicu konflik, baik permasalahan lingkungan (kekeringan, pencemaran sumber air, dll) maupun sosial (penolakan tambang oleh warga).
Mudah-mudahan Rammang sepenuhnya jadi kawasan konservasi ya.
wah kalau liga indonesia saya gak ngikutin ahaha..
iyaa, termasuk konservasi karena bagian dari taman nasional bantimurung bulusaraung.. tapi di beberapa sisi di tepian hutan memang ada sih tambang semen, tapi bukan di wilayah rammang-rammangnya,, dan semoga saja wilayah tambangnya tidak meluas..
Rammang-rammang ini kayaknya bakal jadi my cup of tea deh kalau diberi waktu eksplor Sulawesi… Sakit parah indahnya.
Paling demen destinasi yang ada perahu perahu kecilnya.
Noted nih mas kalau mau ikut ngetrip nebeng lainnya. Diperlukan sedikit ketangkasan dalam bernegoisasi ya.
Saya pembaca Naked Traveler 1-4, sesekali mampir ke blognya juga, filmnya baru nonton yang pertama, tapi malah lupa ini di lokasi ini ada scene yang mana. Haha 😀
tunggu aja di parkiran motor, di situlah coba tawarin gabung bareng yg lain, tapi kalau beruntung sih di dermaganya juga bisa aja kalau gak ada abang perahu yg tiba2 protes 😀
justru saya malah teringat terus scene rammang-rammang ini karena bener2 terpukau sama viewnya dan itu pertama kali tau ada tempat namanya rammang-rammang. Jadi ketika ada kesempatan ke Sulawesi, Rammang-rammang tentu masuk ke dalam itinerary..
Saya pertama kali tahu rammang-rammang ini di blognya Mba Vicky, dan takjub melihat pemandangan aksesnya kudu naik perahu kecil gitu.
Entah kalau saya berani nggak ya kudu naik perahu gitu, udah takut nyebur duluan hahaha.
Btw, salah satu yang nyebelin dari berwisata itu adalah, banyaknya orang-orang yang kesannya kayak malakin pengunjung.
Kayaknya hampir di tiap daerah ada ya, dulu saya ke Bali juga bete banget diikutin dan dipaksa kudu bayar orang jadi guide yang mihilnya minta ampun.
Memang paling enak tuh gabung sama pengunjung lainnya, tapi gabungnya bukan di depan mereka hahaha
kalau gak salah mbak vicky ke Rammang-rammang hadiah dari lomba foto xpander di instagram ya? Karena saya juga pemenang di lomba yg sama tapi beda destinasi, ke Medan, ahaha..
bener, harus pandai2 nyari strategi gimana caranya ngatasin orang2 kek gitu.. kalau masih ada kesempatan ngajakin org2 di sekitar, lakukan di tempat yg jauh dari gerbang masuknya..
Pas ke Makasar, ntah kenapa tur dari kantor ga masukin rammang2 di itin. Malah pulau Samalona yg didatangin :(. Ruamenya bikin pusing. Aku mending rammang-rammang sih. Jauh LBH cakep.
Aku pernah baca rammang2 ini panas banget. Tp ngeliat fotomu berasa sejuuuuk mas, karena ijo2 nya itu :D. Ato memang cuaca LG sejuk waktu itu? Cakeeep sih tempatnya, aku pas liat scene ini di film trinity juga seneng. Lgs pgn ksana
aneh juga yaa rammang-rammang gak dimasukin itin, padahal cakep bgt dan dari bandara juga termasuk deket..
waktu itu nggak panas2 amat sih, mungkin efek langitnya juga yg emang lagi nggak cerah soalnya lagi berawan, jadi panasnya mentari tertutupi dg cukup baik 😀 .. ini scene favoritku di film trinity dan baru tau ada tempat namanya rammang-rammang yg cakep bgt gini..
Waktu jadi host Turnamen Foto Perjalanan yang sempat rame beberapa tahun lalu di mana temanya sungai, nah itu kali pertama aku tahu soal Rammang-rammang. Drama sewa perahu ini sama kayak kalau mau ke Pulau Kemaro di Palembang haha. Tapi, kayaknya kalau di sini mau patungan sama stranger ya gakpapa. Si mamang gak begitu peduli asal harganya cocok.
Tips untuk cari temen patungan di parkiran motor akan aku ingat hwhw
aku taunya pas film trinity itu, nah duluan mana tuh turnamen foto perjalanan sama trinity? kayanya duluan turnamen ya? kayanya aku termasuk telat taunya 😀 ..
waduh aku belum ke pulau kemaro,, padahal salah satu tempat ikonik di palembang kayanya..
wahahaha, kl aku udah bete duluan cm gara2 negosiasi perahunya mas. dasar betean aja sih, wkwkwk
indah banget ya Tuhannn, sejuk, asri, adem. duh!
aku ikut mengaminkan semoga di sana masih seasri ini ya mas, soalnya liat perahu yg dicat warna warni udah ganggu estetika bgt menurutku, hhh
waduh bahaya nih klo deket ella jangan sampai bikin mood bu guru satu ini bete, nanti panjang urusannya hahaha..
aku juga kurang suka deh tu perahunya warna-warni,, minimal ada lah perahu yg polos gituu sesuai warna dasar kayunya,, supaya pas berfoto saat menjelajah sungai itu kesannya lebih natural gituuu..
Nah, tipe-tipe wisata seperti ini sedang dikembangkan oleh banyak desa di Purbalingga. Hanya saja, tentu berbeda dengan Rammang-rammang. Saya sendiri sejatinya lebih suka mengunjungi tempat-tempat yang anti mainstreem mas?
Oh iya, apa mata pencaharian mayoritas penduduk setempat Mas? Bagaimana sisi sosial masyarakat setempat?
Salam…
gak sabar nih liat wisata2 di Purbalingga, semoga bisa dikelola dengan baik ya mas.. Semoga saya bisa mengunjunginya juga..
kurang paham juga mas untuk mata pencaharian mayoritas warga di sana, soalnya kunjungan kali itu termasuk singkat. Tapi mungkin saja kebanyakan adalah petani, karena sepanjang perjalanan di kanan kirinya banyak dijumpai areal persawahan..
Blogger terkeren dari sekian blog yang saya kunjungi, konsisten dan total banget mengulas obyek wisata nusantara Indonesia, sumbangsih untuk negara ikut mempromosikan wisata alam Indonesia.
Lihat videonya mantap jadi berhayal pengin juga jadi blogger dan youtuber seperti ini, tapi saya urungkan niat ini, karena sadar diri kurang tampan, wkk..wkkk.
Sukses barrabaa.com
haha,, kayanya mas Agus berlebihan kalau saya dibilang blogger terkeren, tapi terima kasih mas pujiannya haha.. sebenernya saya agak malu juga, karena sekarang udah agak jarang updatenya nih berhubung kerjaan kantor sudah mulai kembali ke titik normal seperti sebelum pandemi, jadi blog (dan vlog) agak terbengkalai..
sukses juga buat nulislagi.com
Luar biasa indah pemandangannya.
Alam Indonesia emang juara deh.
Tapi abang-abang pemilik perahu resek juga sih, saya yang biasa traveling sendiri pasti jadi mikir-mikir kalo buat ke sana.
Waktu nonton The Nekad Traveller pas di ramang-ramang ini, aku rasanya juga pengen bisa sampai di sana juga dengan solo travelling.
Segeeer dari foto-fotonya, Mas. Doakan aku yaa hehe.
aamiin… semoga kesampaian ke sana Ajeng 🙂
tenang aja, kan udah kukasih tahu triknya, cari barengan di parkiran motor sebelum ke dermaga ahaha..
Aku penasaran sama rumah-rumah itu, itu beneran dihuni atau gimana. Kalau iya pasti enak banget bisa tinggal di sana, keliatannya adem banget gitu bahkan aku bisa ngerasain hawa sejuknya cuma liat fotonya.
itu dihuni kok, bukan pajangan doang 😀 … Tapi harus siap-siap dengan kesunyian saat malam hari 😀
Ya Allah Rammang rammang. Pengen bgt kesini dari duluuu
Berasa dapat jackpot banget bang bara bisa sharecost perahu dan dikelilingi sama gadis2 cantik di atas perahu. Heheheh
haha,, jackpot yaa…
semoga kesampaian suatu saat ke sini, aamiin..
Ya Allah, how Lucky you are..!!
iri banget sumpah. Itu asri banget yakin, sadis sih kerennya… Ya Allah pengen banget kesana, cuma liat gambar doank nggk cukup nih.. hahah
Tapi kalau negosiasi hhmm Mana sempat keburu bete kayanya saya… Nggak ahli soalnya urusan tawar menawar, tapi kok temen saya pada taunya saya ahli nawar.. Padahal mahh eeggg
inshaallah bisa kesampaian ke sana suatu hari nanti… sekarang latihan tawar menawar harga dulu aja ahahaha..
Mahal juga 200.000 untuk perjalanan yang menurut saya sebentar. Untung mas Bara bisa dapat setengah harga 😀 hahaha. Kalau saya nggak jago menawar, dan nggak jago juga berakrab ria dengan stranger, makanya kalau mau backpackeran susah, dijamin bakal kena ‘getok’ harga kiri kanan :”(
By the way, jembatan bambu yang di foto itu fungsinya apa mas? Bisa dinaiki oleh manusia? Kok kelihatan tipis, yah? Heehehe. And as usual, suka sama foto-foto hasil jepretan mas Bara. Berasa diajak jalan-jalan, seenggaknya meski saya belum pernah ke sana dan belum ada rencana ke sana, pengetahuan saya jadi tambah luas mengenai Indonesia setelah baca tulisan mas Bara 😛
Thanks a lot, mas!
Selain karena ngga enak bawar, saya juga takut kalo dimarahin. Untung-untung kalo cuma dicuekin. Saya salut juga sih sama orang-orang yang bisa nawar sampai buat penjual geleng-geleng
saya rasa memang mahal juga,,, untuk wisata laut aja yang jaraknya lebih jauh dari itu, harganya lebih murah, padahal mesin yang digunakan biasanya lebih besar.. backpackeran emang ngga untuk semua orang mbak, 😀 😀
itu bisa untuk lewat kok, di film trinity, anak-anak kecil main-main di jembatan itu, tapi kayanya orang dewasa juga bisa, tapi harus hati-hati banget lewatnya.
terimakasih mbak 🙂
Wah, setiap spot wisata ada papan petunjuk dan penjelasannya seperti di gambar di atas? Keren banget! Jadi ke sana nggak cuma lihat-lihat pemandangan tapi juga bisa belajar sesuatu. Pemandangannya asli bagus, ya.
cukup informatif memang di sini, tak hanya disuguhkan keindahan alam, tapi juga pengetahuan ttg sejarah tempat ini…
Indah sekali foto-fotonya. Saya yakin aslinya lebih indah lagi, ya kang.
betul kang, mata manusia adalah lensa terbaik menikmati pemandangan 🙂
Bagus sekali pemandangannya. Tapi nama lokasinya Rammang-rammang itu kalau menurut orang Jember jadi punya arti lain… ihihihi
apa tuh arti rammang-rammang menurut orang jember? 😀
Sumpah mau nangis Bang Barra kontennya bagus banget berkualitas tinggiiiii
Huhuhu
Vlog nya juga juara bangeettttt T.T
Nggak salah deh instansinya kemaren menang lomba video ya
P.S
Btw otak ku kayaknya emang kotor banget ya bang, masak tadi terbaca “… lokasi syuting the naked traveller di remang-remang”
thank you Pak Dosen.. masih belajar juga iniii supaya bisa bikin video yang bagus 🙂
sebenernya itu juga yang terngiang-ngiang di kepala ambo, pak dosen ,, haha..
Anyway I loveeee the views
Indah banget ya Bang
Semoga suatu hari sebelum mati bisa berkesempatan ke situ huhu
and description too!
Very well written bang
datang ke lembah harau dulu aja ul,, mirip kok, 🙂
wow….indahnya….
wonderful photos…..
thank you 🙂
SATU KALIMAT: ngeliat ini jadi pengen liburan
padahal sebenernya aku parno liat air tenang kaya gitu. tapi pengen juga liburan. hhh emang kalo lagi ga bisa liburan ga bole liat post bang barra
waduh tahan dulu liburannya, masih musim corona 😀
biasanya air tenang gitu dalam yaa,, suka ngeri kalau ada buaya di dalamnya..
Sebenarnya kalau soal sewa perahu, gak urusan dia sih komplen. Selama penumpang bisa bernego sendiri untuk sharing kan gak masalah.
Dan sebenarnya itu mahal juga sih, jadi memang kalau bisa sharing lumayan banget hematnya. Ditambah lagi kita dapat kenalan baru…
biasanya kan gitu ya di tempat-tempat lain,, tapi di sini ternyata ngga boleh, atau hanya apes aja waktu itu, entahlah..
bener sih, lumayan mahal untuk jarak yg cukup dekat dan mesin perahunya juga kecil..
kurang puas lihat foto yang dishare di sini. puter videonya busettt.. emang kerenn!!
datang melihat langsung akan terlihat lebih keren lho 😀
Saking kerennya, itu fotonya ngingetin saya sama stock-stock foto di Unsplash euy ahahahahhaha :v.
wah gak segitunya juga kok 😀
Ada seorang traveler kondang yang pernah ke Rammang-Rammang dan dia pake tema editannya bikin tempat ini jadi kuning-kuning a la dedaunan musim semi di Eropa, bete banget. Padahal aslinya hijau dan sebagus ini yah. Thank you for showing us the real beautiful view!
Btw ini pas lagi adem apa panas sih Bara? Atau panas tapi jadi adem khusus di Rammang-Rammang? Dan kamu nonton film The Nekad Traveler-nya? Bagus?
aku sendiri lebih suka foto-foto yang terlihat natural aja, kalaupun diedit ya warnanya masih mendekati warna asli, paling hanya atur kecerahan aja.. kurang suka juga sih kalau liat editannya berlebihan, kecuali memang akunnya adalah akun fotografi yang menonjolkan seninya, kalau untuk memberikan informasi tempat buat yang melihat, aku sendiri memilih foto yang “naked”..
ini gak begitu panas karena agak mendung langitnya.. kalau filmnya aku ga bisa komen, kurang bisa menilai film ahaha,, tapi lumayan suka terutama kebantu karena cast Maudy Ayunda,, ahaha..
adeeem banget mas blognya sukses selalu mas foto di tengah bidadarinya adem hehe semoga segera sempurnakan separuh jiwa mas hehe
haha, itu bukan saya btw,, saya yg motretin 😀
Saya baru tau, film Naked Traveller ada kunjungan ke Sulawesi, apalagi Sulsel. Kata teman saya yabg oernah main ke Bantimurung, ada wisata air yang keren. Saya lupa namanya.
Ngomong-ngomong soal nyebrang, saya jadi ingat, pernah mau nyebrang ke pulau juga tapi nebeng sama orang lain. Bedanya, waktu itu kami pura-pura kenal saja, kemudian berpisah saat sampai.
iya di Bantimurung ada air terjunnya, kalau yg mudah diakses sih air terjun bantimurung, tapi waktu ke sana aliran airnya lagi deres bgt dan keruh karena udah masuk musim hujan..
nah trik yang bagus itu, pura-pura kenal, win-win solution 😀
Kok serempong itu nego kapalnya ya mas, untung pemandangannya indah banget, asri, hijau pokonya keren banget, kapan ya aku bisa nyampe Rammang-Ramang
gak nyangka juga bakal menjumpai drama nego kapal haha.. semoga bisa kesampaian ke rammang-rammang ya 🙂
Aku dulu ke sana dapat 150k, untungnya lagi barengan sama temen-temen juga, jadi bisa patungan. Rasanya transportasi ke Rammang-rammang termasuk mahal dan dimonopoli. Lebih baik kalau ada perahu antar jemput dengan kapasitas banyak dengan frekuensi yang lebih sering. Daripada harus sewa perahu sendiri atau satu grup. Cukup sekali ke sana, kalau sendiri aku ogah, mahal. Entah kalau rame-rame.
setuju, untuk jarak yang sedekat itu dengan perahu seperti itu, termasuk mahal emang.. nah, coba ada alternatif perahu antar jemput yang buat rame2,, lumayan buat para solo traveler supaya bisa lebih menghemat dan gak kapok ke sana..
Ada danau dan tidak terlihat banyak riak, tenang…ada daun hijaunya belum berselimut debu dan di pucuk pucuknya langit masih terlihat biru…pasti ada juga kelepak sayap burung dan kicuan unggas…banyak hal terlewatkan dalam hidup ini meskipun di tempat tempat setenang itu.
Yang jelas kak. Poto potonya berkualitas sekali bercerita lebih banyak dari kata kata yang di tulis…
tempat yang tenang justru membuai untuk melupakan banyak hal kak 😀
terima kasih kak..
selalu kesal kalau ada yang nulis tentang wisata sekitar makasar dan teman2nya. secara ke makasar selalu transit. jadi cuma bisa mupeng lihat foto-foto cantik disana.
ahaha,, Kalau mau ke Indo timur emang banyak transit di Makassar yaa.. Ayo next time anggarkan waktu beberapa hari untuk explore Makassar dan sekitarnya 🙂
Bagus banget Ya Allahhh
Mirip di foto-foto yang ada di wikipedia
wiiih, thank you mas bro…
Huaaa, indah banget sih <3 Aku kepengen pergi-pergi ke tempat kaya gini. Tapi gak jago negosiasi. Tipu-able aku tuh. Ditambah suami bukan warga sini, jadi susah kalau perginya ke alam, harus ke tempat yang ada "harga pasti" nya, huhuhu :'D
Di sini juga ada harga pastinya kok untuk sewa-sewa perahu itu, cuma ya itu, kalau berdua aja jatuhnya memang lebih mahal dibanding rame-rame.. Makanya bagusnya cari barengan kalau mau hemat 😀
Lama nih bang Barra tidak update blog. Semoga sehat selalu dan baik baik saja ya bang.
halo Mas Agus,, sudah terjawab ya di post terbaru haha..
Wah pemandangannya bagus banget ya. Btw, jadi kamu tuh enak ya bang, ASN, bisa jalan-jalan. Kenapa sih orang yang suka jalan-jalan nggak ada yang gemuk 😀
kebetulan kalau saya karena makannya juga dikit makanya nggak gemuk 😀
Kalau liat ini jadi ingat kali terakhir kesana 2018. huaaaaa jadi kangen liburan disaat-saat seperti ini
di saat-saat seperti ini intensitas piknik berkurang drastis ya..
Hidden gem kayak gini harus dilestarikan..liat foto-fotonya adem sekali mas Barra…ke depan masih traveling spt ini juga?
ke depan sepertinya bakal berkurang jalan-jalan seperti ini soalnya lagi punya bayi 😀 .. kalau udah gedean, nanti dia diajak jalan-jalan kaya gini ahaha..
Sejuk banget liat foto2 nya. Kapan ya bisa berkunjung kesana
semoga suatu saat bisa berkunjung ke sini ya