Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar nama Makassar? Apakah kamu langsung terbayang Coto? Es pisang ijo? Pallubasa? Pantai Losari? atau Ujung Pandang?? Banyak hal yang bisa dikaitkan dengan Kota Makassar dan telah familiar di benak masyarakat Indonesia.
Kota Makassar adalah salah satu dari 5 kota terbesar di Indonesia bersama dengan Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung. Di wilayah Indonesia Timur sendiri, kota Makassar adalah yang terbesar. Bahkan, Makassar telah dikenal sebagai kota besar yang ramai sejak abad ke-16. Saat itu di Makassar telah ramai aktivitas perdagangan yang melibatkan manusia dari berbagai belahan bumi. Karena hal itu, tak heran saat itu polemik antara kerajaan Gowa-Tallo dan VOC sangat tinggi untuk saling berebut wilayah kekuasaan dagang di Makassar.
Kota Makassar dulunya bernama Ujung Pandang. Namun sebetulnya, nama aslinya memang Kota Makassar. Atas alasan politik, nama Kota Makassar diubah menjadi Ujung Pandang pada tahun 1971. Pada tahun 1999, nama kota itu kembali diubah seperti nama aslinya, Makassar, yang juga merupakan nama suku mayoritas di sana.
Kuliner Makassar
Bicara tentang kuliner, kuliner khas Makassar termasuk cukup terkenal di Indonesia, apalagi kalau dibandingkan dengan kuliner dari wilayah lainnya di belahan timur Indonesia. Coto makassar, pallubasa, es pisang hijau, adalah beberapa nama kuliner terkenal dari Makassar yang bisa dijumpai di berbagai belahan Indonesia.
Pada kunjungan kali ini saya tak berburu kuliner khasnya, saya hanya mencicipi pallubasa serigala. Pallubasa serigala tak ada sangkut pautnya dengan daging serigala atau apapun yang berkaitan dengan serigala. Lagian, mana ada serigala di Sulawesi. Asal muasal penamaan pallubasa serigala adalah karena lokasi kedainya yang berada di Jalan Serigala. Jadi, jangan takut bahannya dari daging serigala atau anjing yaa, dijamin 100% halalan thoyiban.
Sekilas, kamu tak akan bisa membedakan pallubasa dengan coto. Memang kedua kuliner ini mirip. Yang membedakannya adalah adanya parutan kelapa untuk dituangkan ke dalam kuah pallubasa. Parutan kelapa ini tidak tersedia pada coto makassar.
Perjalanan saya berkunjung ke 4 tempat wisata di Kota Makassar bisa dilihat di video berikut
Pagi di Pantai Losari
Pagi hari saya datang ke pantai losari. Lokasinya mudah dijangkau karena masih berada di kawasan pusat kota. Pantai Losari lengang sekali pagi itu.
Sebuah tugu menyambut. Di puncaknya, miniatur kapal kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan bertengger, kapal pinisi. Siapa tak tahu kapal pinisi? Kapal legendaris yang telah dikenalkan kepada kita sejak kita SD.
Untuk tahu pembuatan kapal pinisi, bisa simak catatan perjalanan saya berikut: Mengintip Pembuatan Kapal Pinisi Tipe Mewah di Tana Beru
“Helmnya dibawa aja mas, suka ada maling helm”, sebuah saran terlontar dari seorang pria paruh baya. Ucapan terima kasih dari saya menutup pembicaraan kami sembari helm hitam itu saya tenteng. Saya lalu melenggang menuju pelataran dengan tulisan yang sangat ikonik di ujungnya, apalagi kalau bukan “Pantai Losari”.
Saya masih ingat betul, “Pantai Losari” adalah landmark pertama yang saya tahu di dalam dunia pariwisata Indonesia. Mungkin, tulisan “Pantai Losari” itu juga menjadi pionir tulisan-tulisan sejenis yang muncul di berbagai belahan Indonesia, tentunya selain tulisan Iamsterdam di Belanda sana. Di Pantai Losari sendiri, di spot sebelahnya terdapat landmark bertuliskan “City of Makassar” dan tulisan suku-suku bangsa yang ada di Sulawesi Selatan. Hal menarik lainnya, di sini ada 2 buah masjid yaitu masjid terapung dan masjid 99 kubah.
Dari berbagai tulisan yang saya baca, di sepanjang Pantai Losari ini banyak terdapat penjaja makanan dan minuman. Dari makanan ringan seperti pisang epe sampai makanan berat seperti ikan bakar, dari minuman polos seperti sarabba sampai es pisang ijo, banyak dijual di sini. Tapi, apa yang saya lihat di depan mata saya sungguh berbeda, sepi sekali anjungan pantai losari dan sekelilingnya, jauh dari hingar bingar manusia seperti dalam bayangan saya maupun catatan-catatan di internet.
Nampaknya, saya datang di hari dan jam yang salah. Berkaca dari Pantai Padang, saat paling tepat untuk mengunjunginya adalah saat akhir pekan. Selain ramai pengunjung, saat itu segala macam pedagang bercampur menjadi satu, mencari rejeki dari pengunjung yang datang. Kalaupun bukan akhir pekan, datanglah di sore hari, bukan di pagi hari seperti kedatangan saya.
Pantai Losari sendiri memiliki banyak kesamaan dengan Pantai Padang. Saya rasa, pemugaran Pantai Padang sampai seperti sekarang ini mungkin memang terinspirasi dari Pantai Losari. Landmark tulisan di tepi pantai, pelataran yang luas, penjual makanan khas daerah, jalan dua lajur, dan spot tepat berburu sunset adalah beberapa kesamaan yang tak bisa ditampik. Hanya saja, Pantai Padang unggul dalam hal pasir pantainya yang masih banyak dan cukup halus.
Sebetulnya, walaupun saya datang di saat yang tepat, pantai seperti Pantai Losari atau Pantai Padang itu bukanlah jenis pantai yang saya sukai, it’s simply not my cup of tea. Kalau kamu sering baca tulisan-tulisan saya di blog ini, kamu akan tahu kalau saya adalah pecinta pantai. Tapi bukan pantai seperti ini, melainkan pantai yang sepi dengan gradasi warna laut menawan dengan pasir putih yang halus dan bersih. Akan mendapat nilai plus kalau pantai itu cocok untuk snorkeling dan biota lautnya beragam.
Tapi buat kamu yang suka dengan suasana pantai di pusat kota, dengan beragam pilihan kuliner, keramaian, dan sunset, Pantai Losari sangat cocok sebagai tempat menutup harimu. Sekarang bayangkan, duduk di tepi pantai saat senja, sambil menyantap pisang epe bertopping parutan keju, bersama orang tersayang, pasti akan indah. Lalu adzan maghrib dari Masjid 99 kubah yang cantik dan megah itu berkumandang, sebagai batas antara siang dan malam. Sementara, saya berada di belahan pantai lainnya, dengan suasana yang sama romantis π ..
***
traveler paruh waktu
keren banget ya mesjidnya itu, kalo di lihat dari jauh kayak bangunan candi yang berwarna-warni π
iya keren bgt emang, pdhl itu blm 100% jadi..
Arsitektur masjidnya unik, sangat menarik buat dikunjungi.
Pallubasa serigala, namanya unik dan awalnya kupikir pake daging serigala.
salah satu masjid terunik yang pernah kulihat, walau ngga masuk ke dalamnya sih ..
dari minuman polos seperti -sarabba- sampai es pisang ijo, banyak dijual di sini.
Baru tahu kalau Kang Ba a ini sejenis minuman polos .
Haha duh kalimat penutupnya romantis banget Kak. Beraroma novel cinta untuk remaja ala-ala religius. Ajarin bikin narasi seperti ini Kang.
Lalu adzan maghrib dari Masjid 99 kubah yang cantik dan megah itu berkumandang, sebagai batas antara siang dan malam. Sementara, saya berada di belahan pantai lainnya, dengan suasana yang sama romantis ..
sering-sering galau biar insting menulis romantis2annya keluar, wkwk..
Pantai Losari memang tak seperti pantai alami lainnya mas. Yang membuat pantai Losari terkenal adalah pemandangan sunsetnya dengan bayangan pulau di depan Makassar. Sekarang Losari sudah lebih tertata karena sepanjang jalan sudah ada kawasan yang didedikasikan untuk pejalan kaki.
Ah jadi kangen sama Makanan Makassar gara gata baca pallubasa
betul, sunsetnya terkenal sih, tapi kemarin ke sana bukan pas momen sunset hehe..
segera hunting pallubasa di tempat tinggal agan.. π
Saya pernah beberapa kali ke Makassar untuk urusan pekerjaan, tapi tak pernah secara khusus berkunjung ke Pantai Losari. Cuma pernah berkunjung ke benteng Rotterdam (kalau tak salah) yang letaknya dekat dengan Pantai Losari.
iya benteng rotterdam lokasinya deket sama pantai losari…
Oh pallubasa itu makanan kuliner khas Makassar ya kang yang mirip Coto Makassar juga. Kirain pallubasa itu singkatan dari Apa Lu mau gua bisa.
Kalo yang aku ingat dari pantai Losari adalah angin mammiri kang, sampai ada lagunya gitu. Ternyata di pantai Losari juga ada masjid 99 kubah ya.
haha, bisa juga tuh palubasa buat akronim itu π
lagu anging mamiri saya suka tuh dengerinnya..
yampun mas agus nemu aja nama panjangnya hahaha
Owalah .. aku baru ngeh sekarang loh kalo nama Makassar dulunya Ujung Pandang wwwkk …
Kirain teh beda gituu
Aku coba searching kayak gimana tampilan penganan pallubasa serigala, penasaran soalnya.
wah si masbro malah baru tahu kalau namanya dulu pernah Ujung Pandang ahaha..
udah googling pallubasa belum? π
“Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar nama Makassar?”
MIE UJUNG PANDAAAAANGGGG!! WKWKWKWKWKWK :v.
Btw, pemandangannya keren-keren, terutama Pantai Losari-nya :D.
wah mie ujung pandang malah diriku baru mengetahuinya..
Yuk di gugling ….
Aku ngegugling Pallubasa.
Masbro Bara ngegugling Mie Ujung Pandang π
hahaha, masuuuk pak ekoo..
Waktu itu ke Makassar pergi-pulang, jadinya nggak sempet ke mana-mana. Cuma mampir ke Perpustakaan Katakerja milik Aan Mansyur, lalu makan Pallubasa Serigala sebelum pulang. Belum sempet cobain Coto Makassar, nih! :”
pallubasa serigala kayanya semua org yg ke makassar mampir ke sana ya hehe..
next time cobain deh makan coto makassar di pantai losari π
Losari ngehit banget ya di Makasssar π
aku dulu taunya cuma losari nama kampung dekat rumah ortu sama Losari brebes/cirebon wkwkw
pengen pisang epe nya π
losari yang ntu ane juga tau gan haha..
#tarik mang
Wahahaha saya dulu ke makassar sekali nih. Transit doang sih. 6 jam waktu luang, saya pake buat lanjalan ke Losari π
Tapi dulu saya pikir bagus, ternyata agak biasa. Masjidnya itu sih yang bikin kagum wgwgw
wah mantul juga bisa memanfaatkan 6 jam transit dengan jalan2 sampai ke pusat kota..
Njirr…pantai Losari ini jadi saksi bisu atas keributan saya tempo dulu 2004-an dengan kawan dari Aceh gegara minum Balo kebanyakan…Haha…
Pantai Losari ini makin keren ya Mas?
walaaaah sampai ribut2 pula masnya di pantai losari haha..
Kalau aku ketika mendengar kata Makassar yang pertama kali terlintas di otakku adalah ciri dan pallubasa. Mungkin efek puasa juga, jadi semua hal di pikiranku hanya berputar di sekitar makanan aja. Hehehe.
Ngomong-ngomong aku dulu nyaris banget mau berkunjung ke Makassar. Kebetulan saat itu sepupu nikah sama orang sana. Tapi sayang, niat ke sana harus batal gara-gara gak bisa cuti kerja.
ciri apa itu? π .. kalau lagi puasa gini emang pikiran melayang2 ke seputar makanan terus ya wkwk..
semoga besok2 bisa berkunjung ke Makassar yaa..
Aku belum pernah ke Losari, tapi dari berbagai cerita yang aku dengar, Losari ini cenderung rame. Tapi di tulisanmu ini Losari cenderung sepi. Kalo aku sih pilih ke Losari pagi kayak kamu bang, biar nggak terlalu crowded. Haha.
Aku sendiri suka pantai, mau yang sepi atau yang di kota. Semua pantai punya sensasi sendiri. Tapi kalau pantai kotor bikin ilfil sih.
biasanya kudengar juga gitu, rame.. tapi itu ternyata berlaku untuk sore/malam dan weekend.
kalau pgn dpt foto yg ngga bocor emang harusnya pagi,, tapi kurang afdol sih kalau ke sana ngga nikmatin sunsetnya, seperti aku kmrin, blm nikmatin sunsetan..
Pagi-pagi bukan akhir pekan berarti lumayan sepi ya, Bung? Kalau nggak salah, waktu mampir ke sana dulu kapal saya nyampe di pelabuhan Minggu subuh. Kebetulan banget. Agak terang sedikit, kawan saya menjemput dan bawa ke Pantai Losari buat sarapan. Lupa apa aja tapi kayaknya juga nyobain pisang eppe. Pertama kali itulah saya nyobain hehehe.
Emang agak mirip sih sama Pantai Padang. Tapi gedung-gedung di pinggir Losari kayaknya lebih ramai, ya, Bung? Kalau di Pantai Padang kebanyakan kafe dan rumah makan, dan sore-sore aroma bebakaran menguar ke mana-mana. π
iyaa bung,, pagi hari pas weekday, at least pas saya ke sana, sepi, wisatawan hanya beberapa gelintir aja..
iyaa, kalau di sepanjang pantai Padang didominasi kafe dan tempat makan, gedung bertingkat hanya ada segelintir yg merupakan hotel..
Good video and nice photos.
Greetings.
NEW // NUEVO POST IN MY FASHION BLOG!! : http://www.adrianosle.com/2020/05/recuerdos.html
thank you..
Hmm, sama sih aku sendiri lebih suka pantai yang “gak kota”. Tapi masjidnya keren juga tuh, unik π
wah selera pantai kita sama ternyata π ..
bener, masjidnya cakepp..
Saya ikut ke pantai yang satu lagi deh. Yang airnya gradasi macam di gambarku waktu sekolah duluuuu π
wah,, iya, kuy explore pulau2 dg pantai bergradasi..
Sangat unik struktur “masjid 99 kubah”…β¦.mantap
setuju kang..
Kalo di tanyain Makassar, bener deh, saya selalu identikkan dengan Coto, ya kulinernya emang sangat special, baru tahu deh kalo ada Mesjid unik gini…
coto emang sangat identik dengan Makasssar..
Waktu saya berkunjung ke Makassar untuk urusan pekerjaan dahulu, memang saya banyaknya diajak berkeliling oleh teman yang asli sana ke tempat wisata kulinernya saja bukan wisata alam. Lebih banyak pilihannya mungkin, dan memang gampang cocok dilidah juga termasuk saya π
kuliner makassar emang bejibun bgtt,,, dan enak-enak.. kalau spot wisatanya yaa kurang begitu menarik memang kalau di kotanya, harus melipir ke luar kota baru cakep2..
Wah, baru nih Masjid 99 Kubah. Pas saya di Makassar enggak pernah lihat. Bagus dan unik juga bentuknya. Ini dekat dengan masjid apung ya? Ke Makassar harus coba konro bakar juga enak.
wah cici emang tahun berapa ke Makassar? Itu baru juga sih masjidnya.. iya dekat dengan masjid apung, masih di area pantai losari..
konro bakar pernah makan tapi di jakarta wkwk..
Tolong akhirnya jangan suka berandai andai hahaha… Andai aje ya bg, hihi..
Masjidnya sangat mempesona sih ditambah dengan sunset menjelang datangnya gelap. Beuhh sedap kali.
lah si agan malah berandai-andai juga π
pgn liat momen sunsetnya euy,, maybe next time.
Kl denger kota Makassar auto keinget mantan. Hahaha eh nggak ding. Inget coto dan es pisang ijonya. Owww dinamakan pallubasa serigala karena letaknya di jalan Serigala to, ku kira ada sangkut pautnya sm hewan serigala beneran. Wkwwk
Meskipun q juga suka pantai yg sepi tp kl di ajak mantai di pusat kota begini hayuk aja
mantanmu orang makassar kah? jangan bilang aku menghancurkan usahamu untuk move on yang langsung ambyar gara2 baca ini π π ..
mantai ke mana pun hayuk ya el?
Mas, masjidnya bagus banget. Itu masjid yang sempat heboh dan dirancang oleh Pak Ridwan Kamil kah?
Saya fokusnya ke makanan, hehehe. Belum pernah ke Makassar. Cuma saya suka banget sama es pisang ijo. Duh, siang2 gini mikirin es pisang ijo. Hehe.
iya bener, masjid ini dirancang oleh Kang Emil ..
Kalau ke Makassar emang kebanyakan orang berburu kuliner karena kulinernya macem-macem bgt sih, dan enak-enak..
OOOOOH, Ujung Pandang itu nama lainnya Makassar di masa silam? Pantas dulu sering dengar nama Ujung Pandang di pelajaran sekolah, tapi kok lately nggak pernah dengar. Hahahaha. Baru tau saya *jadi tambah ilmu lagi setelah baca tulisan mas Bara*
By the way saya suka banget lho Coto Makassar dan Es Pisang Ijo apalagi si es pisang, ya ampun kalau sudah makan bisa dua mangkok baru puas enak banget soalnya hahaha. Terus sekarang jadi penasaran rasa Pallubasa seperti apa β
Terus soal Pantai Losari, it’s also not my cup of tea, saya lebih suka pantai yang sepi, yang masih menyatu dengan alam bukan dibuat area beton seperti foto yang mas bagikan. Saya belum pernah sih lihat Pantai Losari aslinya bagaimana, tapi kalau dibandingkan sama pantai pasir putih yang mas Bara sempat share di beberapa post sebelumnya, saya lebih suka pantai-pantai sebelumnya
ku malah baru tahu kalau ada banyak orang yang gak tau dulu Makassar pernah bernama Ujung Pandang ahaha..
es pisang ijo disantap pas panasnya siang mantul bgt sih itu, hehe.. kalau pallubasa mirip2 coto gitu kok mbak..
tos, selera kita sama masalah pantai, lebih suka yang alami daripada yang beton2an begitu π
Gw udah pernah ke situ. Dan menurut gw B aja. Apa ekspetasi gw yang ketinggian yah?
Wkwkwkwk
memang B aja gan,, haha..
Oh pantesan lama nggak denger kata Ujung Pandang, ternyata udh berubah kembali menjadi Makassar…..Masjidnya keren sekali Bang, kiraan tadinya bangunan apa itu, nonton dulu videonya sekalian subscribe lah
iyaa ternyata udah cukup lama berubah namanya.
keren emang desain masjidnya..
wah makasih mas udah nonton dan subscribe π
Pertama kali dengar kota Makassar aku langsung ingat Sirup Markisa dan Coto Makassar.
Dulu. aku ke makassar tapi transit doang nggak masuk ke kotanya..naik pesawat transit makassar terus lanjut Surabaya..
Pengen kapan-kapan traveling ke kota angin mamiri ini. Pengen menjajal.pisang epe dan pallu basa..
wah semoga kapan2 bisa lebih lama ya di Makassarnya, banyak kuliner lezat menanti..
Saya baru sekali ke pantai Losari, itupun sebentar aja, pas dulu lagi naik kapal pelni dan transit agak lama di pelabuhan Makassar.
Naik becak deh dari pelabuhan ke pantai Losari, pulangnya kami jalan kaki, nyaris tepar tapi asyik jadi banyak melihat-lihat dan bisa mampir beli oleh-oleh.
Kalau kuliner Makassar mah semua saya suka, maklum saya juga dari Sulawesi, jadi familier dengan rasa kuliner Makassar π
dari pelabuhan cukup dekat sih emang pantai losari ini, tapi kalau jalan kaki lumayan juga ahaha..
kuliner makassar yg non-sulawesi pun banyak yg suka kok mbak hehe..
emang mbaknya dari daerah mana?
aku jadi tau kalo lokasi masjid itu ternyata di belakang nama losari
aku kira selama ini di sisi pantai sebelahnya atau dimananya gitu
kalo ambil foto di tulisan pantai losari nggak terlihat ‘bersih’ jadinya ya, ada background si masjid soalnya
iyaaa,, itu ada di belakangnya.. harus pinter2 ambil angle kali biar “bersih”,, tapi kalau dari depan bgt yaa kayanya bakal begitu semua kali hasilnya..