3,5 Jam di Singapura, Pengalaman ke Luar Negeri Pertama Kali

β€’

Saya berjalan di area pedestrian yang super bersih, menghubungkan vivocity dengan Universal Studio di Sentosa Island. Di sampingnya, air laut yang bersih dan kehijauan menjadi teman perjalanan. Kebersihan dan keindahannya membuat jarak yang hanya 1 km terasa lebih pendek. Sampai di Sentosa Island, berbagai wahana menyambut. Saya terus berjalan, menuju bola dunia, menuju merlion, dan menikmati setiap detiknya. Singapura bukanlah my cup of tea, tapi kebersihan dan kerapiannya membuat saya berdecak kagum.

merlion universal studio
merlion universal studio

Saya suka traveling dari 2011.. Tapi menurut saya sendiri, saya cukup unik. Di saat yang lain sudah melanglang buana ke luar negeri, sampai dengan tahun 2019 saya masih berkutat dengan “sumpah palapa” saya, hahaha..

Tahun 2012, saya pernah bertekad tidak akan menjejakkan kaki di luar negeri sebelum mengunjungi seluruh provinsi di Indonesia. Saat itu saya tinggal di Kupang yang satu daratan dengan negara Timor Leste. Teman-teman saya banyak yang berkunjung ke Timor Leste sebagai luar negeri pertama mereka. Sedangkan saya? Tetap keukeuh nggak mau. haha..

Namun, sumpah palapa saya akhirnya gagal setelah pada tahun 2019 ini saya akhirnya menginjakkan kaki di negara tetangga. Dari 34 provinsi di Indonesia, masih ada 7 provinsi lagi yang belum saya datangi.

Batal ke Kuala Lumpur

Sama seperti saya, Ayu juga belum pernah ke luar negeri. Bosan menunggu saya menuntaskan misi mengunjungi seluruh dari 34 provinsi di Indonesia, Ayu pun merengek ingin traveling ke luar negeri. Dia lagi hamil dan dia ngidam naik pesawat ahaha..

Seperti kebanyakan traveler Indonesia, negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia kerapkali menjadi destinasi pertama sebelum melanglang buana lebih jauh. Begitu juga dengan saya dan Ayu.

Awal 2019, saya dan Ayu membeli tiket air asia dari Padang tujuan Kuala Lumpur. Satu dari beberapa OTA yang ada ternyata bisa membeli tiket ke luar negeri tanpa harus mengisi nomor paspor.

Tiket pun sudah di tangan, namun masalah lain muncul. Untuk membuat paspor, antrian sampai berminggu-minggu. Kami baru dapat nomor antrian setelah tanggal keberangkatan. Akhirnya kami batal berangkat dan tiket hangus. Hiks..

Saya kira peluang saya ke luar negeri tahun 2019 sudah tertutup karena Ayu akan melahirkan dan kami akan disibukkan dengan kehadiran si buah hati. Namun ternyata muncul kesempatan, walaupun kesempatan itu datang hanya untuk saya, ahaha..

Bulan Oktober, saya ditugaskan kantor untuk mengikuti acara di Batam. Ah, cocok!! Saya belum pernah ke Provinsi Kepulauan Riau. Kunjungan ke Batam ini membuat daftar provinsi yang saya kunjungi bertambah menjadi 27 provinsi (7 provinsi lagi, semangaaaat!!!).

Baca juga cerita perjalanan menjelajah bumi Sulawesi naik motor di sini

Explore Batam atau Singapura??

Hari selasa malam, rangkaian acara telah selesai. Saya telah membeli tiket pulang ke Padang hari rabu sore. Itu artinya, saya memiliki waktu free selama beberapa jam di hari Rabu.

Saya dihadapkan pada 2 pilihan, antara menjelajah Batam lebih jauh atau “menodai” paspor yang masih bersih dengan pergi ke Singapura?

Akhirnya, saya memutuskan untuk berkunjung ke Singapura. Setelah bersantap gonggong bareng teman-teman, saya mencari tiket kapal feri. Hari sudah cukup malam, sehingga money changer banyak yang tutup. Biasanya, money changer ini juga menjual tiket feri ke singapura.

Setelah berkeliling dan tak mendapati money changer yang buka, akhirnya kawan saya Doni mengantar saya ke Indomaret. Beruntung, ternyata Indomaret juga menjual tiket feri ke Singapura.

Ada beberapa pilihan kapal feri dari Batam ke Singapura. Masing-masing memiliki jam keberangkatan yang berbeda, harga tiket berbeda, dan juga titik keberangkatan yang berbeda. Atas pertimbangan jam keberangkatan supaya bisa pagi, saya pilih majestic ferry dari batam center.

Saya rogoh kocek Rp280.000 untuk perjalanan pergi pulang batam-singapura. Tiket yang saya beli nggak serta merta bisa langsung digunakan. Saya harus menukarkannya di counter majestic ferry di pelabuhan.

Finally Singapore!!

Dari I Hotel Baloi tempat saya menginap, pelabuhan terdekat sebenarnya adalah harbour bay. Tapi, kapal feri dari harbour bay berangkat paling pagi jam 9. Karena sore saya harus kembali ke Padang, saya memilih feri dari batam center karena keberangkatan mulai dari jam 6 pagi.

Saya sampai di pelabuhan jam 6.50 dan berniat naik kapal jam 7.10. Tapi sayang sekali, counter check in sudah ditutup dan keberangkatan berikutnya jam 8.20. Alamaaak, 1,5 jam nunggu πŸ™

pelabuhan batam center
sebelum masuk feri

Tepat jam 8.20 (asli tepat banget!!) feri mulai meninggalkan batam. Saya memilih duduk paling depan dan di dekat jendela, supaya leluasa melihat keluar kapal. Tepat jam 10.20 waktu singapore (9.20 wib) kapal bersandar di harbour front Singapura.

Sebelum bersandar, saya kagum dengan bersihnya laut. Sesungguhnya ini di luar ekspektasi saya. Saya kira laut Singapura itu keruh seperti Jakarta, keruh dan kotor. Ternyata sangat bersih dan warnanya kehijauan, cantik..

laut singapura
bersihnya laut singapura

Setelah turun dari kapal, saya harus melewati imigrasi terlebih dahulu. Dari serangkaian kegiatan selama traveling ke Singapura ini, hal paling bikin deg-degan adalah ketika melewati proses pengecekan oleh imigrasi Singapura. Nanti saya ceritakan di tulisan lain ya biar nggak kepanjangan hehe..

Nyasar

Menyadari waktu saya sangat terbatas, dari awal saya sudah merencanakan hanya akan mengunjungi Universal Studio di Sentosa Island. Ya, perjalanan kali ini memang saya nggak menargetkan muluk-muluk. Tujuan utama saya hanya ingin agar paspor saya ternodai stempel hihi..

“HarbourFront itu sebelahan sama Vivocity. Lu keluar dari pelabuhan terus langsung ke arah vivo city. Nah lu jalan kaki aja ikutin sepanjang laut nanti sampai di Universal Studio. Kalau naik monorail lu bayar 4 dollar. Pulangnya baru lu numpang monorail dari Universal Studio ke Vivo City, gratis”. Saya mengingat apa yang disampaikan Doni tadi malam.

Keluar dari pelabuhan, saya menuju vivo city. Tapi bukannya mengikuti saran doni untuk menuju tepi laut, saya penasaran untuk menjelajah ke arah lain.

bersihnya singapura
bersihnya singapura

Saya menuju jalan raya. Wajah Singapura yang bersih dan rapi terlihat. Jalanan juga tidak terlalu padat.

Semakin penasaran, saya berjalan menjauhi vivo city. Saya menyusuri area pedestrian yang bersih. Sedang asik berjalan, dari arah belakang berbunyi lonceng sepeda. Di Singapura, jalur sepeda menyatu dengan trotoar.

jalan raya singapura
jalan raya singapura

Saya perhatikan mobil-mobil yang berlalu lalang, banyak mobil yang tampak asing di sini. Sebagian mobil ada juga yang bisa dijumpai di Indonesia tapi jarang. Sedangkan mobil entry level semacam avanza atau calya tak saya jumpai di Singapura.

Saya berjalan semakin menjauhΒ  sampai berhenti di satu titik bertuliskan restricted area. “Alamak, di depan udah jembatan tapi nggak ada lagi trotoarnya. Kalau lewat tepian jalan raya mampus lah gue ditangkap”.

vivocity singapura
vivocity singapura

Saya pun putar balik, kembali melewati jalan semula. Seorang perempuan berdiri menanti lampu merah. Saya bertanya kepadanya dan dia mengarahkan saya untuk berjalan di trotoar di samping vivocity.

Universal Studio

Saya kembali ke jalan yang benar, menyusuri vivocity, sampai akhirnya bertemu dengan pedestrian yang cantik dan bersih.

pedestrian menuju universal studio
pedestrian menuju universal studio

Saat saya berjalan menuju universal studio, seorang bapak suku melayu tampak sibuk mengambil air dari laut. “sedang apa pak?” tanya saya. “Ini, ambil air laut untuk ikan hias di rumah. Di sini airnya bersih”, ujarnya. Kami pun terlibat percakapan ringan sebelum saya kembali melanjutkan perjalanan ke universal studio.

pedestrian universal studio
kalau capek jalan, manfaatkan fasilitas ini

Jarak dari vivocity sampai Universal Studio hanya 1 km, dan dengan pedestrian yang indah, teduh dan bersih, jaraknya serasa kurang dari 1 km.

Universal Studio Sentosa Island
beautiful

Sampai di kawasan Universal, berbagai wahana menyambut. Saya yang hanya bawa uang pas-pasan dan punya waktu terbatas nggak nyobain satu wahana pun. Lagipula, kalau sendirian gini mana seru, hehe..

monorail universal studio singapura

Saya berjalan mengikuti petunjuk arah yang terpampang jelas di mana-mana. Tujuan utama saya ke Universal adalah untuk melihat secara langsung bola dunia yang terkenal itu πŸ˜€ …

bola dunia Univesal Studio Singapura
mandatory tourist attraction

Saya sampai di Universal Studio. Saya kira bakal sepi karena hari rabu, tapi ternyata tetap ramai. Saya pun hanya memotret, tanpa selfie, tanpa ada yang fotoin. Saya termasuk orang yang kurang pede untuk selfie di keramaian, ahaha..

Berdiam sejenak, saya lanjutkan perjalanan menjelajah Universal Studio. Sepanjang perjalanan, saya kagum dengan kebersihan Singapura ini. Enggak ada yang menyamai kebersihannya di Indonesia.

selfie di merlion universal studio
jarang-jarang traveler paruh waktu selfie di keramaian wkwk..

Setelah berkeliling-keliling, saya sampai di Merlion Universal Studio. Selain patung Merlion yang terkenal itu, di Universal Studio juga didirikan patung ini. Saya beranikan berfoto selfie karena katanya patung ini akan dihancurkan.

monorail universal studio

Merasa sudah cukup, saya menuju stasiun monorail yang letaknya bersebelahan dengan patung merlion ini. Setelah menunggu beberapa detik, monorail datang.

view dari kabin monorail

Saya deg-degan kalau saja ditanya tiket, karena ya saya menumpang kembali ke vivocity tanpa bayar sepeserpun. Setelah sampai di vivocity, saya keluar, dan ternyata benar kata Doni kalau dari Universal Studio ke vivocity free biaya monorail hehehe,, thanks doncer..

Makan Siang di Vivocity

Sebelum kembali ke Batam, saya menyempatkan makan siang di foodcourt vivocity.

Di sini, banyak tersedia pilihan makanan yang berasal dari berbagai belahan bumi. Menu terbanyak adalah citarasa Asean, termasuk ada beberapa dari Indonesia seperti Nasi Padang.

Setelah mengelilingi kawasan foodcourt, saya memantapkan hati memilih makanan khas Vietnam.

sliced beef pho
sliced beef pho

Saya memilih menu yang bernama sliced beef pho seharga 7,5 dolar singapura. Rasanya sih biasa aja, hanya cara membayarnya yang unik. Kita masukin uang sebanyak 8 dolar singapura ke dalam mesin, nanti akan keluar kembalian 5 sen. Wow, hal pertama dalam hidup saya πŸ˜€ ..

kibena

Setelah makan siang, saya kembali ke pelabuhan. Sebelum kembali ke Batam, saya membeli minuman seharga 2 dolar singapura. Kalau ada di Indonesia paling harganya nggak sampai 10 ribu πŸ˜€ ..

Saya meninggalkan Singapura pada pukul 13.50 waktu Singapura. Berarti, total saya di Singapura hanya 3,5 jam saja, sangat singkat ahaha.. Selama 3,5 itu saya menghabiskan uang 9,5 dolar Singapura, kurang lebih sekitar Rp100.000 saja.

Ternyata Singapura Tak Selamanya Bersih

Kita terbiasa dengan image Singapura yang bersih. Ya, saya buktikan sendiri memang sangat bersih. Jauh dibandingkan tempat mana pun di Indonesia.

sampah di singapura
ada puntung rokok dan botol air mineral

Tapi, ternyata Singapura tidak sepenuhnya bersih. Saat saya keluar dari area vivocity, saya menjumpai sampah berupa puntung rokok dan botol air mineral di dekat tanaman. Semoga saja pelakunya bukan orang Indonesia.. πŸ™‚

 

***

Berkunjung Oktober 2019

Traveler Paruh Waktu

Travel Blogger Indonesia. Traveler Paruh Waktu. 100% sundanese. ASN pengagum Ibu Pertiwi, terutama akan keindahan alamnya. Suka bertualang, suka bercerita, suka membuat video.

Related Posts

23 Responses
  1. wah wah wah, mantul bgt ya mas yg satu ini, jalan-jalan teruuuussss…
    saya kpn ya?
    saya mlh gak pernah beranjak dari tempat duduk saya.. πŸ™

    melihat indahnya dunia hanya lwt layar PC doank… hiks..

  2. Saya ke Batam saja belum. tapi samalah, saya akan memilih ke Singapura dulu
    Melihat itu bola universal dan kepala singa.
    Lautnya bersih sekali ya, kok beda dengan laut ancol

  3. Untuk urusan tatanan kota dan metronya, singapura memang bagus. tapi untuk kekayaan budaya dan alam, indonesia tetap nomor satu.

    saya termasuk orang yang menaruh prinsip bahwa nusantara tetap indah dari luar negeri,, oleh karena itu saya kagum dengan “sumpah palapa” mas bara. Sebuah pencapaian yang keren pastinya bisa keliling 27 provinsi.

    as always, foto2nya kece banget!!

    1. Tapi sumpah palapa saya nggak tercapai huhu.. Walaupun begitu, saya tetap menargetkan dalam waktu 5 tahun ke depan udah mengunjungi semua provinsi di Indonesia.. πŸ˜€ Semoga tercapai aamiin..

      Makasih masbro, πŸ™‚

  4. menaruh kekaguman pada pada prinsip “sumpah palapa” nya mas Bara,. Nusantara memang nomor satu keindahannya.

    Sama, Singapura juga bukan cup of tea saya, karena saya suka alam dan budaya, dan kedua hal itu nggak disajikan di sana. Singapura pada beberapa bagian terkesan “buatan”, tapi untuk tatanan kota dan transportasinya yg modern memang harus saya acungi jempol.

    1. Singapura menurut saya cocoknya buat didatangi sesekali kalau sedang ingin rehat sejenak dari aktivitas fisik menjelajah alam hehe.. next time kalau ke singapura lagi pengen hunting kulinernya..

  5. Sayang banget tiketnya sampe hangus ya mas.. ntr ke LN nya LG bareng istri dan anak kalo gitu ;).

    Kita sama sih, jarang selfie di tempat keramaian :p. Aku Krn ga PD .. jd LBH seneng motion orang ato tempatnya itu, tanpa ada aku di frame. Itu aja udh puas…

    Udh lama nih aku ga ke sing. Trakhir ksana cm transit Thok di bandaranya. Sbnrnya ga terlalu suka Ama negara ini sih, kecuali bandaranya hahahaha…

    1. iyaaa tahun ini rencana mau ke KL tapi ini urusan akta lahir anak aja blm kelar2, belum lagi bikin paspornya, mungkin habis lebaran baru kesampaian hehe..

      kenapa ngga pede mbak? mbak kan awet muda jadi pede aja lagi hihi..

      aku malah blm ke bandaranya,, padahal bandaranya itu yang paling populer di Singapura ya hahaha..

  6. Selfie bersejarah Bar, merlion di sentosa mungkin sekarang udah gak ada lagi disana πŸ™‚
    aku belum pernah ke US, belum dibangun waktu aku dinas di tanjung balai wkwkw

  7. Wahaha … baca artikel ini, saya jadi ingat dulu pernah naik ferry dari Batam ke Singapura di tahun 2000. Waktu itu, masih ada pajak fiskal ke luar negeri Rp 500.000,-. Jadi selain bayar tiket ferry, di pelabuhan kita juga masih harus bayar pajak fiskal. Untung sekarang udah nggak berlaku lagi.

  8. tiap naik bus dari tengah kota menuju pulau santosa, trafick light belok kanan vivo city, beberapa kali lewat tapi belum pernah masuk vivo hehe..

    Baru tau loh saya ada puntung rokok disitu, biasanya mereka mereka tertib banget..gak berani lewat satu meter setelah bak sampah rokok..

    Btw kudu cobain keliing area USS hingga wing of time pada malam hari, pasangan anak muda disana lebih parah..hehehe

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.