Riuh suara mesin bersahutan dengan riak air yang tercipta dari gesekan badan perahu dengan air laut. Perahu ini bertolak dari pulau swarnadwipa menuju kepingan pulau kecil di ujung selatan Sumatera. Pulau-pulau kecil ini cantik, dengan pasir putih terhampar di berandanya, disertai keberagaman ikan dan terumbu karang di balik permukaan airnya. Inilah Pulau Pahawang, “Surga” yang mudah dijangkau.

Pulau Pahawang sempat booming beberapa tahun lalu. Mungkin bosan piknik murah dan singkat ke Kepulauan Seribu atau Puncak atau Bandung, pelancong dari Jakarta mulai membidikkan target ke ujung pulau tetangga. Di Pahawang, pantainya masih bagus dan terumbu karangnya masih mudah dijumpai. Tempatnya yang mudah dijangkau dan membutuhkan waktu yang singkat dari Jakarta (dan Palembang) menjadikannya masuk ke dalam bucket list para traveler khususnya dari ibukota.
Saya arahkan laju mobil dari Kota Bandar Lampung menuju dermaga ketapang di Kabupaten Pesawaran. Suasana lebaran masih kuat terasa, lalu lalang kendaraan memenuhi setiap sudut jalan. Tempat-tempat wisata masih ramai pengunjung, dan tentu begitu pula dengan pahawang. Ahh..
Roda mobil berhenti setelah ribuan putaran dilaluinya melewati jalanan Lampung yang tak selalu mulus. Kami sampai di dermaga Ketapang, sebuah dermaga kecil di pinggir jalan yang merupakan gerbang menuju surga kecil itu. Di sekitarnya, terdapat banyak penyedia jasa trip ke pulau. Pastinya bukan hanya saya, Ayu, dan ketiga adik ipar (Agung, Fadel, Afif) yang berkunjung saat itu. Telah terparkir puluhan (atau ratusan?) kendaraan lain di sana.
Finally, Pahawang
Sempat dapat tempat parkir tapi akhirnya “diusir” setelah harga paket trip yang ditawarkan oleh seseorang kurasa terlalu mahal. Hasil dari beberapa kali nego, akhirnya satu penyedia trip memberikan harga 700k untuk kami berlima, sudah termasuk alat snorkeling dan dokumentasi tapi ngga termasuk makan siang. Gpp, bekal makan siang sudah kami bawa.

Perahu berisi 20an orang melaju meninggalkan dermaga mengarungi lautan. Tiupan angin dan sentuhan sinar surya khas perairan semakin membuat saya tak sabar untuk mengetahui seperti apa rupamu, pulau pahawang.

Tak begitu lama, perahu sampai di sebuah pulau. Ramai perahu telah terparkir. Teriakan pengunjung yang bermain banana boat semakin menambah riuh di satu titik pulau kecil itu. Kami hanya menunggu di atas dek, destinasi kedua lebih menggoda, snorkeling.
Bertemu Ikan “Penguasa” Lautan Indonesia
Laju perahu berhenti diantara perahu-perahu lainnya, puluhan manusia telah mengambang di permukaan air laut. Tangga dipasang di salah satu sisi perahu, snorkel dan goggle dipasang, fin dipasang, dan byur..

Wow, terumbu karang di pahawang island ini masih banyak dan rapat, dan cukup beragam. Ikan-ikan lalu lalang mencari makan.
Seperti di tempat-tempat lainnya di tanah air, famili ikan yang hidup perairan pulau pahawang mayoritas adalah ikan betok. Ciri khasnya adalah tubuhnya berwarna putih dengan garis vertikal berwarna hitam dan punggungnya berwarna kuning. Kalian yang pernah snorkeling di perairan Indonesia pasti pernah melihat ikan ini, ya kan? Nah, untuk itulah, aku lebih suka menyebut ikan ini adalah ikan penguasa lautan Indonesia karena mudah ditemukan secara bergerombol dari Aceh sampai Papua. 😀

Gerakan-gerakan kecil terlihat diantara anemon laut yang juga bergerak. Ah, nemo memamerkan kecantikannya. Dibanding nama ikan badut, sepertinya nama nemo lebih terkenal untuk ikan kecil ini. Lain hal dengan ikan betok, untuk bertemu ikan badut perlu upaya lebih. Tak cukup hanya mengambang di permukaan. Menyelamlah menuju anemon laut yang bergerak dihantam arus air laut, tempat itu lah yang nemo klaim sebagai rumahnya.

The Bad Side
Satu hal negatif yang tercipta jika suatu tempat telah ramai dikunjungi adalah masalah sampah. Begitu pula dengan Pahawang. Suasana libur lebaran, para pelaku wisata di Pahawang mendapat banyak rejeki dengan banyaknya pengunjung. Sayang, tak semua pengunjung sadar akan pentingnya menjaga kebersihan di laut.
Saat snorkeling, beberapa kali pandangan saya terhalang sampah plastik bekas makanan ringan yang mengapung di sekitar area snorkeling. Selain merusak keindahan, sampah-sampah itu berisiko besar dimakan oleh makhluk laut dan mengancam keselamatannya.

Selain masalah sampah, terumbu karang dan biota laut pun menghadapi masalah serius. Beberapa pengunjung nampak menyentuh terumbu karang dan mengangkat bintang laut keluar air. Mungkin beberapa pengunjung belum terlalu paham akan akibat yang ditimbulkan, di sinilah pentingnya peran pemandu wisata untuk menjelaskan. Jujur aja sih, dulu banget waktu awal tinggal di NTT, saya pun ga begitu paham hal beginian.
Selain kesadaran dari masing-masing pengunjung, nampaknya para pemandu wisata juga harus lebih giat menjelaskan hal-hal yang perlu dihindari dan sekaligus harus berani menegur pengunjung yang membuang sampah sembarangan.

Pulau Kelagian Lunik
Para pengunjung lainnya turun dari perahu dan menuju pulau pahawang untuk menyantap makan siang yang telah disediakan. Sedangkan kami berlima tetap di kapal dan menyantap nasi padang yang kami bawa. Gerombolan ikan kecil berlarian di samping kapal, dengan pemandangan biru pantai dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Ah, mungkin ini yang dinamakan “lunch with a view”.
Perahu mulai meninggalkan dermaga seiring dengan selesainya jam istirahat. Kali ini, kami menuju destinasi terakhir, pulau kelagian lunik. Lunik adalah bahasa Lampung yang artinya kecil. Tepat! Pulaunya kecil banget. Hanya ada pepohonan, pasir, batu karang, dan beberapa pondok untuk beristirahat.

Pasirnya tak begitu halus. Pantainya di bagian belakang pulau landai, terlihat dari banyaknya pengunjung yang berjalan cukup jauh dari bibir pantai. Banyak biota laut yang menarik perhatian pengunjung terutama anak-anak kecil.

Kami berlima hanya duduk menikmati suasana di tepi pantai, sambil sesekali berfoto. Susah mendapatkan foto yang bagus diantara ramainya pengunjung. Terlebih, saat itu hanya bermodalkan action cam dan kamera handphone.

Jadi, Seindah Apa Pahawang?
Buat pengunjung yang menjadikan plesiran hanya untuk mengisi masa libur, dan jarang menapaki pantai pasir putih, pun snorkeling, rasanya Pahawang sudah sangat menarik. Tapi buat kalian yang memang pecinta pantai, Pahawang tentu bukan pada peringkat 10 besar pantai yang pernah kalian kunjungi. Tetapi jaraknya yang dekat dan aksesnya yang mudah dari ibukota menjadikan Pahawang cukup layak bila disebut sebagai “surga” yang mudah dijangkau.
————————-
Berkunjung Juni 2017
Traveler Paruh Waktu
saya dulu pas ke Pahawang pas masih takut air jd sekali doang nyemplungnya. -_-' jd cuma bisa lihat tetumbu karang dari hasil foto teman2 hwahahaha sunggguh merugi krn asli keren ya bang pemandangan bawah lautnya 🙁
wkwkwk,, rugi lah udh dtg jauh2 kalau liatnya di foto doang mending nonton google aja, :V
Aduh, sampah ini memang jadi isu besar harusnya ya. Terakhir baca kalau Indonesia negara terbesar kedua penyumbang sampah plastik di laut. Udah darurat ini mah 🙁
darurat parah,, berduka
Biasanya di dasar laut itu bisa menemukan sampah. Entah bekas minuman mineral dan yang lainnya. Berat memang kalau destinasi wisata yang indah tapi masih ada orang yang tidak peka dengan sampah.
semoga masyarakat Indonesia lebih peduli lagi terkait isu lingkungan
Kalau udah pernah merasakan snorkling/diving di Indonesia Timur kayaknya agak susah dipuasin karena standarnya udah ketinggian ya, biasa di tempat yang bukan wisata saja terumbunya gede dan warnanya lebih keluar….
bener bgt mas.. kalau di Timur mah nyemplung di tempat umum aja udah wow bingits terumbu karangnya
Sementara cukup puas menikmati pahawang dari foto2 di postingan Bara hehehe
wujudkan dong tahun ini..
keindahan dunia bawah lautnya pahawang sangat luar biasa. jadi mupeng pengen liburan kesana.
hihi,, cus lah kalau gitu..
kayaknya nggak, mahal wkwkwk…. mau keliling kota aja Bar 🙂
haha,, duh kurang komplit kalau cuma kotanya aja.. hmmm, lampung ada kota tua ga ya?
Lagi-lagi sampah ya yang jadi perkara -____-
Padahal udah sebagus iniiiiiiii
itulah diak
Salam kunjungan dan follow 🙂
makasih sudah berkunjung
duh selalu takjub kl liat keindahan bawah laut mas, tp suka sedih kl liat orang menyentuh terumbu karang, apalagi kl cuma demi sebuah foto. huhu
bener bgt ella umbrella
wahhh seru kali snorkelingnya bang. Paten kali ternyata di Pahawang
sayang saya gakbisa berenang. hahaha
wah belajar aja,, mudah kok,, apalagi kalau di laut lbh ngambang..
Belum pernah kesana, jadi pengen ikutan nyebur di pantai pahawangnya, hehe.
Wah perlu ada kesadaran pengunjung juga tu tentang kelestarian pantainya, dengan tidak membuang sampah sembarangan.
wew,, kayanya eikeu musti explore jg nih pas mudik bsk..
ada kok, kemaren udah liat2 di @lampungheritage sama @kelilinglampung … Iyak, agak kurang kalo gak ke pantai kalo ke lampung wkwkw
semoga bisa kesini masbro hehe..
bener bgt tuh..