Pulau Pasumpahan namanya, sebuah pulau kecil yang masih berada dalam kawasan Kota Padang. Keindahannya semakin terkenal di kalangan wisatawan sehingga mampu memikat pengunjung, terutama di hari libur.
Pulau Pasumpahan erat kaitannya dengan legenda setempat tentang anak durhaka yang dikutuk ibunya menjadi sebuah batu besar. Sekilas mirip cerita Malin Kundang yang memang juga berasal dari ranah minang, tapi keduanya merupakan cerita yang berbeda.
Walaupun berbau cerita rakyat yang “menyeramkan”, namun pulau ini menyuguhkan keindahan yang tak kalah dengan pulau-pulau terkenal di kawasan Indonesia Timur. Sebut saja pasir putih nan halus, terumbu karang dan kehidupan bawah laut, serta pemandangan menakjubkan yang dapat dinikmati dari puncak Bukit Pasumpahan.
Ketiga hal tersebut merupakan daya tarik utama pulau ini.

Memasuki bulan ketiga kehidupan saya di Padang, saya merasa rasa rindu terhadap pantai yang indah semakin menyeruak. Tapi sepengetahuan saya waktu itu, gak pernah sebelumnya saya lihat di postingan tentang traveling di medsos yang ngasih tahu kalau pantai di Sumatera Barat itu cantik-cantik.
Itu anggapan saya sebelum tinggal di Padang. Tapi ternyata, lewat akun-akun informasi tempat hits di Sumbar, ternyata Sumbar memiliki keindahan lebih dari sekedar jam gadang. Termasuk beberapa pulau yang memiliki pantai yang cantik.
Mata saya terbuka.
Jangan sekali-kali meremehkan pariwisata di Sumatera Barat ini. Sumbar kaya akan air terjun, gunung, danau, budaya, kuliner, bukit, dan yang gak saya sangka-sangka adalah pulau/pantai berkelas.
Sebut saja Pulau Pamutusan, Pulau Sirandah, Pulau Pagang, Pulau Pasumpahan, Pulau Sikuai, Pulau Cubadak, dan masih banyaaaaak lagi. Belum lagi bicara tentang Mentawai yang memang udah terkenal seantero dunia.

Setelah mencari informasi dari beberapa referensi, saya putuskan untuk mengunjungi Pulau Pasumpahan, Pulau Suwarnadwipa, dan Pulau Pamutusan. Saya berencana untuk menginap sehari di tenda.
Ada dua alternatif perjalanan yang biasa diambil wisatawan, yang pertama lewat Bungus, dan yang kedua lewat Sungai Pisang. Keuntungan lewat Bungus adalah jaraknya yang tidak terlalu jauh dari Kota Padang dan pelabuhannya berada di pinggir jalan raya Padang-Painan. Tapi jarak antara Bungus ke pulau-pulau tersebut lebih jauh sehingga ongkos kapal pun lebih mahal. Sedangkan Sungai Pisang, selain jaraknya yang lebih jauh dari Kota Padang, akses menuju kesana pun agak berat.
Selepas jalan raya, kita harus berbelok menuju jalan yang lebih kecil dan sepanjang sekitar 7 km diantaranya adalah jalan yang rusak parah dan naik turun bukit. Tapi jarak ke pulau-pulau tersebut lebih dekat dan ongkosnya tentu lebih murah.
Perjalanan ke Sungai Pisang
Perjalanan dimulai, saya putuskan berangkat lewat Sungai Pisang untuk menghemat ongkos perjalanan.
Berangkatlah saya dan Ayu dengan sepeda motor. Sepanjang jalan menuju Bungus menyusuri tepi laut, naik turun bukit, dan disuguhkan pemandangan yang keren abis. Menurut saya, jalur Padang-Bengkulu ini adalah jalur terindah di Sumatera Barat. Setelah melewati Bungus, saya manfaatkan GPS untuk mencari patokan dimana saya harus berbelok. Tak cukup dengan GPS, saya pun bertanya ke warga. Patokan menuju Sungai Pisang adalah tulisan PLN di sebelah kanan jalan (dari arah Padang) setelah melewati jembatan kecil.
Kurang lebih sekitar 7km jalan rusak yang kami lalui. Jalannya bener-bener parah abis, Tinggal batuan sisa-sisa jalan beton. Sebagian besar betonnya malah sudah tak berbekas. Nah, saat kita sudah memasuki jalan ini, biasanya banyak orang yang mencoba menawarkan jasa kapal.
Harga yang ditawarkan masih bisa ‘digoyang’. Saat itu, kami dapat harga 350K untuk 2 orang ke Pasumpahan, Suwarnadwipa, dan Pamutusan, sudah termasuk tiket masuk pulau.
*UPDATE: Sekarang jalannya mulus banget. mantap!!
Sesampainya di Sungai Pisang, kami disuruh menunggu di rumah pemilik kapal. Masih ada beberapa penumpang yang ditunggu agar tercapai break even point alias balik modal. Istilahnya kaya open trip, nunggu penuh dulu, walaupun nantinya tujuan pulau bisa berbeda. Beda kalau kita berangkat rame-rame sama temen atau bersedia membayar seharga minimal sekian penumpang, kapal akan langsung berangkat cuuuus. Sambil menunggu, si empunya rumah menyuguhkan minuman. Mayan bisa menghemat air yang kami bawa dari rumah.
Pemilik kapal lalu menyarankan kami untuk membeli makanan sebelum menyeberang ke Pulau, karena di pulau-pulau tersebut tidak tersedia makanan berat, mentok-mentok paling mie goreng/rebus.
Mengikuti saran si bapak, saya segera membeli makanan untuk makan siang dan makan malam. Sedangkan untuk sarapan keesokan harinya saya udah menyiapkan sereal dan beberapa snack, tak lupa juga dengan 2 botol besar air mineral.

Saat perjalanan di atas kapal menuju Pulau Pasumpahan, bapak pemilik kapal menceritakan sebuah legenda tentang Pulau Pasumpahan bahwasanya jaman dahulu terdapat seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Anak tersebut pergi merantau dan menjadi seorang yang kaya namun tidak menganggap orang tuanya. Kemudian, anak tersebut dikutuh/disumpah oleh ibunya, dan kapal besar miliknya lalu terbalik dan menjadi sebuah bukit besar.
Ceritanya sangat mirip dengan Malin Kundang, tetapi nama tokohnya berbeda yang mana gue lupa namanya 😀 …
*Update, nama anak durhaka adalah Si Boko
Tiba di Pulau Pasumpahan
Sekitar 10 menit perjalanan, kami sudah sampai di Pulau Pasumpahan. Waaah ternyata ada juga pulau keren dengan pantai pasir putih dan air laut yang biru cerah di Sumbar. Aktivitas di pulau sudah terlihat sangat ramai.
Beberapa ada yang snorkeling, beberapa hanya bermain air, ada yang bersantai di pantai, sibuk mendirikan tenda, berfoto, main banana boat, main motor boat, dan banyak lagi aktivitas lainnya. Pulau ini ternyata ramai. Pengunjungnya bukan hanya anak-anak muda, mulai dari anak kecil sampai dengan orang tua.

Turun dari kapal, saya dan Ayu segera jalan-jalan menyusuri pantai. Mencari tempat yang bagus buat berfoto sambil mencari tempat beristirahat. Pemandangan disini cantik dan unik. Di depan pulau pasumpahan adalah pulau sumatera yang konturnya sangat memanjakan mata yang melihat, termasuk batu besar jelmaan kapal si anak durhaka—Bukit Siboko. Begitu dekat pulau ini ke Pulau Sumatera.

Tapi sayangnya, keindahan pulau ini ternodai oleh sampah-sampah yang berserakan sangat banyak di sudut lain pulau. Padahal di sudut tersebut juga tak kalah indah dengan sudut lainnya. Entah sampah tersebut terbawa oleh air laut atau memang ulah pengunjung pulau yang tidak bertanggung jawab. Kalau gara-gara pengunjung, ini penyakit wisatawan yang sama di seluruh tempat di Indonesia, sampah. Bahkan terdapat bangkai anak kambing yang tergeletak tak berdaya di pinggir pantai.

Setelah cukup puas berkeliling, dan waktu sudah menunjukkan jam makan siang, maka saya dan Ayu segera membuka bekal makan siang yang dibeli di Sungai Pisang. Memang benar, tidak ada makanan berat yang dijual di pulau ini.

Selesai makan siang, saya menelpon pemilik kapal untuk mengantarkan saya dan Ayu ke Suwarnadwipa. Nah, cerita tentang Suwarnadwipa saya skip dulu yaa.. Setelah dari Suwarnadwipa harusnya kami ke Pulau Pamutusan dan menginap di sana, tapi rencana berubah karena ada 1 atau 2 hal.
Baca disini: Suwarnadwipa, Hidden Beach di Pulau Emas

Kami kembali ke Pulau Pasumpahan dan lalu mendirikan tenda di sini. Oya, sehari sebelumnya kami menyewa peralatan outdoor di Sarang Harimau, Padang. Ada tenda, kompor (yang akhirnya gak jadi dibawa karena pas mau berangkat ternyata gasnya belum ada wkwk), senter, sleeping bag, hammock, matras, dan lain-lain. Harganya terjangkau kok.

Di Pulau Pasumpahan, terlihat area perkemahan sudah penuh oleh tenda. Spot-spot terbaik menikmati pantai udah diembat semua sama orang, tinggal sisa-sisa tempat yang viewnya kurang kece, gak langsung view laut ketika keluar dari tenda. Yaudah kami pun nyari tempat seadanya yang penting masih kebagian lah 😀 .
Sampai malam hari, suasana di pulau ini tetap “hidup”.. Banyak muda mudi yang bermain gitar menyanyikan lagu cinta. Beberapa bermesraan dengan pasangannya masing-masing, kesempatan banget nih mumpung jauh dari Kota Padang yang agamis, wkwk..

Sedangkan saya dan Ayu memilih berdiam di dalam tenda, bercerita tentang banyak hal, tentang masa depan yang akan kami rangkai bersama. Hari semakin malam, perlahan, satu persatu suara gaduh anak muda di luar tenda mulai menghilang, menyisakan beberapa suara gitar dan nyanyian yang tampaknya masih betah menikmati syahdunya suasana malam di pulau. Kami tidur, menyiapkan tenaga untuk pendakian ke puncak pulau pasumpahan esok hari.

Pagi datang, pendakian pun akan segera kami mulai. Awalnya, kami ingin menginap di Pulau Pamutusan, dimana di sana juga terdapat bukit kecil yang bisa didaki. Namun, karena suatu hal yang menyebabkan pemilik kapal gak bisa mengantar kami ke Pulau Pamutusan, maka kami memilih kembali ke Pulau Pasumpahan daripada bermalam di Suwarnadwipa. Tak lain tak bukan alasan kami karena di Pasumpahan juga terdapat bukit kecil yang bisa didaki.

Untuk me-recharge tenaga, kami menyantap sarapan roti yang kami bawa dari Padang. Kelar itu, pendakian dimulai. Saat pertama melihat jalur pendakian, Ayu sempat putus asa karena medannya yang benar-benar curam walaupun ada tali penopang. Dia sempat hampir menangis, tapi malah saya marahin,, maaf yaa 🙁 … Tapi dengan usaha dan kegigihan, akhirnya Ayu bisa mencapai puncak.

Di atas bukit sudah ada beberapa pemuda yang sedang menikmati view yang memukau.. Spot favorit di puncak bukit ini adalah sebuah batu besar dengan bendera merah putih di sampingnya dan bukit siboko sebagai background. Semakin siang, semakin banyak pemuda pemudi yang datang dan mengantri mendapatkan foto di spot tersebut.

Dari atas bukit, terlihat banyak pulau-pulau kecil yang tersebar di area perairan ini. Kontur berbukit Pulau Sumatera juga terlihat dengan jelas, menyuguhkan lukisan Tuhan yang benar-benar mengingatkan kita akan kebesaran Tuhan.. Bahkan kamera tak sanggup menangkap keindahan sejati dari tempat ini..

Ah, Pesona Sumatera Barat, Pesona Indonesia.
***
Traveler Paruh Waktu
Wah mantep nih ngecam di pulau. cuacanya mendukung pula nih
was-was tapi bro kalau di Sumbar. Selama tahun 2016 stiap bulan pasti ada terus hujan 😀
Cihuy berasa bulan madu ye uda Bara xD xD Baru tau loh ada legendanya itu pulau Pasumpahan
baa lai, urang awak asli tapi inda tau kisahnyo ahaha..
Legenda si Boko namanya pak.. Si Boko yang durhaka, ibunya murka sehingga alam pun murka, pulau pasumpahan adalah tempat ibu Boko menyumpahi anaknya, dan si Boko sendiri berubah menjadi batu yg terletak tepat di depan pantai sungai pisang..
Legenda si Boko namanya pak.. Si Boko yang durhaka, ibunya murka sehingga alam pun murka, pulau pasumpahan adalah tempat ibu Boko menyumpahi anaknya, dan si Boko sendiri berubah menjadi batu yg terletak tepat di depan pantai sungai pisang..
Nah iya si Boko namanya (thank you)… Cuma memang banyak versi cerita yah.. Kalau menurut si bapak pemilik kapal sih batu besar itu kapalnya si Boko hehe..
Btw itu ayunan ada dimana ??? waktu gw kesana agustus kok ngak ada ??? ada nya ayunan di tengah lapang yg ada tulisan pasumpahan deket rumah biru
Dari dermaga ke kiri.. Gak jauh kok.. Masa gak ada? Padahal itu gue kesana bulan2 awal 2016 lho,, April kayanya.. Atau udah hanyut diterjang air laut?
Uda bara,,apakah punya no kontak pusat informasi / pengelola pantai pasumpahan ?
waduh maaf gak tau juga,, kalau no kontak pemilik kapal yang bisa antar jemput kesana, ada..
maaff…., kalo boleh saya minta nomor kontak pemilik kapalnya, karna ada rencana mau trip ke padang. trims
Pak Jun 082285088811
Asyik banget ya bisa jalan-jalan ke Pulau Pasumpahan.
Terima kasih sudah mengajakku ke salah satu pantai yang ada di Padang.
Sebagai orang Jawa, aku seneng banget.
Happy travelling.
hihi iyaa Einid.. happy traveling.
halo kak, mau tanya… kira-kira sewa tenda camping di pasumpahan untuk semalam berapa ya?
di pasumpahan gak tau deh ada yg sewain tenda atau enggak. Gue sewanya di Padang,, rental gear outdoor banyak kok di Padang.. sewa tenda murah, tapi lupa tarif pastinya, gak sampe 50ribu,, malah kayanya gak sampe 30ribu/hari (untuk yg isi 4 orang)..
Asiknya berkemah. Cihuy…
asik banget ahaha
Pas banget kalo untuk liburan bareng keluarga dan sahabat y kang barra
Liburan sambil mnikmati alam
Sekalian mghilangkan jenuh
bener banget bro Adi
Legenda2 begini aku seneng nih, sekalian bisa jd bahan cerita utk anak :D. Thn dpn pgn jelajah sumbar planningnya mas. Bareng keluarga.. Moga2 jadilah..
Itu asyik banget kemping gitu. Seumur2 aku blm prnh ama suami.. Hihihi ga tau jg sih, dia bakal nolak ga ya kalo diajak kemping :D.
Semoga jadi..
Wah kalau udah ada anak mah udah susah kalau mau kemping2 gitu ahaha..
wah indahnya ya, aku juga suka alam sumatera barat
iyaaa.. indah
Wiiihh…. keren pantainya…. ada ayunannya juga. kapan ya bisa kesini.
Ke sini lah, Pekanbaru – Padang kan deket..
Sebagai orang Padang, sedih akutuh belum pernah ke pulau ini.
Mungkin nexttime saat mudik, kudu mampir kesini deh hahaha.
Btw salam kenal kak.
wah ga boleh dilewatkan lagi nih kalau mudik ke Padang.. banyak pulau-pulau cantik lainnya di sekitarnya..
salam kenal juga uni
Mau tanya kk, dipulau pasumpahan gk ada penginapan nya ya? Kalau ada info dong no pemiliknya
ada penginapan tapi nggak kusarankan. kalau mau menginap sebaiknya di pagang, suwarnadwipa, dan sirandah.. tapi sayang gak punya kontaknya 🙁