Secuil Drama di Imigrasi Singapura

β€’

Bagian yang paling menegangkan saat pertama kali ke luar negeri adalah proses melewati Imigrasi. Apalagi, luar negeri pertama saya adalah Singapura, yang terkenal petugas imigrasinya galak-galak.

Setelah turun dari kapal, saya berjalan mengikuti rombongan orang-orang. Saya berhenti di antrian imigrasi. Bersyukur, karena datang di hari kerja, panjang antrian tidak sesadis cerita orang-orang.

Karena baru pertama kali ke luar negeri, saya masih belum begitu memahami praktek pengecekan paspor oleh imigrasi.

imigrasi singapura

Ketika mengantri di imigrasi Singapura, saya memperhatikan proses pengecekan paspor terhadap orang-orang di depan saya. Antri di belakang garis, masuk ketika dipanggil, serahkan paspor dan lembar formulir kedatangan, tempelkan jempol di mesin pemindai sidik jari, dan menatap mesin pemindai retina.

Beberapa orang disuruh keluar oleh petugas imigrasi dari ras India karena pengisian formulir kedatangan belum lengkap, dan kembali lagi setelah mengisi lengkap. Saya cek punya saya dan alamaaak, belum lengkap terisi dan saya nggak bawa bolpen.

“Lo liat-liat petugasnya, jangan pilih yang India, mereka galak-galak”, saya teringat ucapan Doni tadi malam. Saya mau memilih juga susah karena di baris antrian saya nantinya akan dipecah ke dalam 3 counter. Di sana ada petugas dari ras India dan ras Tionghoa.

Tiba giliran saya, saya mendapat petugas dari ras Tionghoa. Beruntung, saya tidak disuruh keluar ketika si mbak petugas melihat formulir saya kurang lengkap. Saya dipinjami bolpen dan mengisi langsung di depan si mbak.

Lalu si mbak imigrasi memandangi saya dan mencocokan dengan foto di paspor saya, berulang-ulang. Melihat si mbak yamg kurang yakin dengan kesamaan saya dengan foto saya, saya pun bilang “Just different hair style“. Ya, rambut saya saat itu sudah berubah gaya. Di foto paspor, rambut saya pendek dan berponi tipis. Sedangkan ketika saya datang, rambut saya sudah cukup gondrong dan belah tengah, ahaha..

Saya pun akhirnya lolos pengecekan di imigrasi Singapura dan melanjutkan perjalanan. Hihi..

Baca perjalanan saya traveling ke Singapura di sini.

pedestrian vivocity - universal studio
pedestrian vivocity – universal studio

***

Ketika saya mau meninggalkan Singapura, kembali saya menghadapi sedikit drama di imigrasi..

Pertama, ketika melewati mesin pemindai tubuh. Saya lihat seorang bule melewati mesin tanpa menanggalkan handphonenya. Teeeet.. Si bule diperiksa petugas imigrasi dan lolos. Saya pikir oh enggak terlalu ketat. Saya masuk dengan handphone di kantong celana.. Teeeet. Saya diperiksa dan disuruh kembali untuk menaruh handphone melewati mesin pemindai di sebelahnya.

Saya protes, “lah tuh si bule masih bawa handphone tapi nggak disuruh balik??” Si petugas cuek saja. Saya kesal mendapat perlakukan diskriminasi seperti ini.

Saya perhatikan si bule yang sedang membereskan barang-barangnya. Saya mendapati handphone si bule masuk mesin pemindai, dan yang dia pasang di pinggangnya hanya sarungnya saja, handphonenya masuk mesin. Hahaha,, seketika saya jadi malu dan segera melipir. Maaf ya mas imigrasi, saya sudah suudzon mengira jadi korban diskriminasi.

Kedua, ketika melewati pemeriksaan paspor. Kali ini bentuknya berbeda dengan pemeriksaan saat masuk. Di sini dilakukan mandiri dengan cara memindai paspor ke dalam mesin.

Saya kebingungan, “Ini mana yang discan ya??”. Melihat saya yang tampak kebingungan, petugas imigrasi mendatangi saya dan membantu saya memindai paspor, tapi dengan muka jutek. Wkwkwk.. Maaf lah bapak, namanya juga first timer.. πŸ˜€

Akhirnya saya pun menyeberang kembali ke Batam dengan lancar.

Bagi yang sudah terbiasa ke luar negeri, hal kaya begitu mungkin remeh temeh. Tapi bagi saya yang baru pertama ke luar negeri, melewati imigrasi cukup bikin deg-degan, apalagi ini imigrasi singapura. Takut kena random check lah, takut dideportasi lah, takut diblack list lah, dan lain-lain..

***

Berkunjung Oktober 2019

Traveler Paruh Waktu

Travel Blogger Indonesia. Traveler Paruh Waktu. 100% sundanese. ASN pengagum Ibu Pertiwi, terutama akan keindahan alamnya. Suka bertualang, suka bercerita, suka membuat video.

Related Posts

27 Responses
  1. Ternyata cukup repot juga ya pergi keluar negeri. Alhamdulillah aku di Indonesia terus jadinya tidak berurusan dengan petugas imigrasi yang jutek..

    *Ga ada duit

  2. Pas baca cerita yang di bagian masuk ke alat pemindai tubuh, saya jadi inget pas pertama kali mau naik pesawat. Kan ya saya gak ngerti gitu kalo sabuk dan segala macem itu harus dilepas. Ya, saya masuk aja toh. Tiba-tiba bunyi. Mateng aku. Pas itu saya mikir, saya gak bawa apa-apa loh. Panik saya. Memang sih habis gitu di-cek sama petugasnya. Ternyata cuma gara-gara sabuk. Isin aku wokwoowkokwokwokwookw.

  3. wah ternyata ke luar negeri gak semuanya fun ya, ada sedikit gak enaknya. Sementara belum pernah sih dapet pengalaman beginian, maklum mainnya masih lokala an (belum ada duit :D)

    -Rahman Kamal-

  4. Pengalaman pertama memang selalu berkesan yaaa hehehe. Saya dulu banget waktu pertama kali ke luar negeri sendiri tanpa ortu juga deg-degan. Jadi saat mau masuk mesin XRay, saya lepas semua dari mulai cincin sampai ke jam tangan (padahal dua ini nggak perlu) hahaha. Terlalu kawatir takut mesinnya bunyi πŸ˜›

    1. ya begitulah, pengalaman pertama (dalam hal apapun) biasanya masih canggung dan berkesan.. Setelah itu nanti bakal kerasa B aja.. πŸ˜€

      Kalau jam tangan bukannya sekarang harus tetep dilepas ya? ahaha.. kalau cincin bahaya tuh kalau dilepas trs lupa T_T

      1. Sepengalaman saya, sekarang jam tangan nggak perlu dilepas (asalkan materialnya bukan yang rantai ya). Kalau kulit, dan beberapa material lainnya it’s okay untuk nggak dilepas. Soalnya saya sudah nggak pernah lepas jam tangan lagi kalau security check πŸ˜€

  5. Waktu awal2 ke sing, jujur aja aku banyak jg diksh tau kalo imigrasi mereka LBH galak dan jutek . Jd udh siap2 bakal ngadepin gitu . Tp surprisingly ntah LG beruntung ato gmn, tiap kali ke sing aku slalu dpt staff nya yg ramah mas. Ga jutek dan galak lah .

    Kalo buatku yaa, malah LBH jutek imigrasi Malaysia hahahaha… Sering dramah tuh aku Ama mereka..apalagi Ama yg Melayu.

    1. wah, kenapa justru malaysia ya yang lebih galak? apalagi sesama ras melayu.. apakah karena konflik tak berkesudahan antara indonesia dan malaysia? ahaha.. aku malah baru denger lho, biasanya denger yg ngeselin ya di singapura aja πŸ˜€

  6. Pertama kali nyobain hal baru kadang emang norak, tapi justru itulah yang bikin berkesan. Sama kayak pertama kali aku pertama kali ke Jakarta naik bis sewaktu masih kecil. Dikasih liat gedung SCTV aja udah girang banget wkwkwk

  7. Wah iya tuh. Singapura sekarang imigrasi keluarnya cuma scan paspor. Jadinya sempat kecewa karena nggak ada cap keluarnya. Tapi memang pengalaman di imigrasi selalu menegangkan, soalnya kita tidak pernah tahu apa yang akan ditanyakan dan diperiksa.

  8. iya ya cerita petugas imigrasi singapura galak-galak juga sering aku baca. mereka lebih tegas aja untuk menerima orang asing. Untungnya waktu ke singapura pertama kali dulu lancar2 jaya & palingan ditanyai nginep di hotel mana

  9. kali pertama ke singapura, urusan imigrasi saya lancar banget. Cuman mastikan foto beberapa kali aja terus lolos. Tapi tetap saja kalau lewat imigrasi rasanya gimana gitu

  10. Sebenarnya gak remeh sih. Karena tiap keluar negeri, pasti ada aja yang terlupakan meski sudah sering. Gak cuma keluar negeri, penerbangan domestik juga banyak drama sih haha.

    Eh tapi masa sih petugas India galak2? Kayaknya sama ssaja sih.

    Eniwei, 1 pelajaran yang selalu saya ingat tiap kali mau pergi keluar negeri adalah: pakai sneaker atau sandal karet saja. Dulu kan saya selalu pakai boots, dan sepatu bootnys ada aksesoris kayak paku2 (metal haha) kecil keliling, duhhh capeknya kalau harus dibuka. Pantes aja banyak bule yang cuma pakai sandal, malas buka2 sepatu mereka. LOL.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.