Berkubik-kubik mengalir melewati bebatuan dan tebing dan sejenak bermuara di sebuah lubuk sebelum melanjutkan perjalanannya. Gemericik air terdengar merdu, bersanding dengan nyanyian burung-burung dan suar gesekan daun yang tercipta karena angin. Rimbunnya dedaunan membuat udara terasa segar. Di sini, di air terjun Oenesu, kesejukkan menyapa, seolah saya sedang tidak berada di Kota Kupang.
Sebagai anak rantau yang jauh dari keluarga, akhir pekan biasa saya dan teman-teman gunakan untuk tapaleuk di sekitar Kota Kupang. Tapaleuk adalah bahasa Kupang yang artinya jalan-jalan. Itupun kalau teman-teman lagi ada di Kupang alias nggak dinas ke luar kota.
Weekend datang, dan anak-anak penghuni “kost damai” lagi kumpul semua di kosan. Seperti biasa, kami merencanakan untuk jalan-jalan. Kali ini, kami merencanakan untuk tapaleuk ke pantai tablolong. Tapi sebelum menuju pantai, kami merencanakan untuk terlebih dahulu mengunjungi air terjun oenesu.
Air terjun oenesu adalah salah satu air terjun di pulau Timor yang lokasinya paling dekat dengan kota Kupang. Oe adalah bahasa Kupang yang artinya air. Maka setiap daerah yang tanahnya mengandung banyak air pasti selalu diawali dengan kata “oe”, semisal Oenesu ini, terus ada juga Oebobo, Oepura, dll. Ini juga bukti kalau tidak semua tempat di pulau Timor itu gersang, masih banyak “oe” disini 😀 … Jadi di sebagian daerah di pulau timor, sumber air so deka dari dulu.. Hihi..
Seperti biasa, kami jalan-jalan dengan menggunakan sepeda motor. Siang itu berangkatlah kami kost damai squad (saya, Andri, Bram, Putri, Bastian, Augus, Arsy, dan Bli) ke air terjun oenesu.
Ada dua jalan menuju pantai Tablolong, lewat jalan pantai dan jalan perkampungan. Karena mau mampir di air terjun oenesu, maka yang diambil adalah jalur perkampungan. Sedangkan kalau lewat jalan pantai, ada banyak pilihan wisata lainnya seperti goa monyet, goa kristal, dan pantai bolok.
Perjalanan dari Kota Kupang ke air terjun oenesu memakan waktu sekitar setengah jam. Perjalanan ini cenderung membosankan karena kita hanya melewati rumah-rumah warga dan area pepohonan rimbun.
Dari jalan utama, kita harus berbelok ke kiri menyusuri jalan yang lebih kecil dan rusak. Beberapa saat kemudian, tibalah di gerbang kedatangan.
Dari parkiran, kita harus menyusuri tangga turun untuk sampai di area air terjun. Dari sini, bunyi gemericik air terjun yang merdu udah mulai terdengar.
Daerah sekitar air terjun oenesu tergolong rimbun karena dikelilingi banyak tumbuhan. Udara di sini segar dan sejuk, angin semilir menerpa wajah dan badan, dan nyanyian burung terdengar bersahutan menambah ketentraman di daerah ini. Amboooy..
Sampai di bawah, kita bisa melihat kalau oenesu terbagi menjadi 3 bagian air terjun. Air terjun pertama berada dekat jembatan, kecil dan kurang menarik. Air terjun kedua adalah yang paling lebar. Air terjun paling atas merupakan air terjun yang paling tinggi diantara ketiganya.
Setelah melewati jembatan, kita diarahkan menuju air terjun kedua yang rame. Di air terjun kedua ini adalah air terjun dengan pengunjung terbanyak. Sebagian pengunjung akan melanjutkan perjalanan ke air terjun ketiga, dan sebagian lagi lebih memilih untuk berdiam di sini.
Banyak muda mudi yang datang, baik untuk berfoto maupun untuk bermain air. Memang di air terjun kedua ini lah yang paling tepat buat berenang dan bermain air.
Beberapa pengunjung terlihat terjun dari puncak air terjun menuju lubuk yang lumayan besar. Saya tergoda untuk ikut nyebur dan berenang. Tapi sesaat kemudian saya sadar bahwa saya gak bawa baju ganti, dan perjalanan masih akan berlanjut ke pantai. Jadi yaaa puas hanya menikmati aliran air terjun oenesu saja.
Selain asik buat bermain air, yang menarik dari air terjun yang kedua ini adalah terdapat sedikit pijakan untuk berdiri di tengahnya. Untuk menuju kesana pun cukup mudah karena batuannya cenderung enggak licin. Tapi, sebaiknya memang bergantian untuk menuju ke sana karena aksesnya kecil. Maka kami bergantian berpose di bagian itu.
Awalnya saya tak menyadari kalau ada air terjun ketiga di atas sana. Beberapa orang yang lalu lalang silih berganti naik turun ke puncak air terjun kedua membuat saya penasaran. Saya pun naik ke atas air terjun kedua melalui jalan setapak di samping air terjun.
Dengan sedikit usaha, sampailah saya di puncak air terjun kedua. Dari sini, baru terlihat dengan jelas bahwa ada air terjun di ujung sana. Letaknya nggak terlalu dekat. Saya pun berjalan mendekati air terjun terakhir itu. Di sana telah banyak pengunjung yang bermain air dan berfoto.
Baca juga: Goa Kristal yang Menawan (klik di sini)
Air terjun yang menurut saya paling indah adalah air terjun terakhir yang letaknya paling atas. Air terjun ini paling tinggi di oenesu dan terbagi lagi menjadi 2 bagian. Di sini cipratan air berasa banget dan menambah kesegaran saat menikmati keindahannya.
Saya pun berlama-lama di area ini karena menurut saya, air terjun ini yang paling menarik dan paling menyegarkan. Kalau ke sini bawa hammock, terus dibentangin diantara dua pohon, terus bobo siang, kayanya enak nih. 😀
Puas menikmati kesegaran di air terjun Oenesu, kami pun menyudahi kunjungan di sini. Kami ingin berburu sunset di pantai Tablolong, yang memang merupakan salah satu daya tariknya.
Sebelum kesorean, akhirnya kami kembali ke parkiran dan mengendarai motor masing-masing. Kami pun lanjut ke tujuan utama kami ke pantai Tablolong. bye bye Air Terjun Oenesu.
———————–
Berkunjung 2012
Traveler Paruh Waktu
Thanks to photographers, Arsy dan Andri
Wow.. Air terjunnya keren sekali..
Gak nyangka sebelumnya kalau di Kupang juga ada air terjun seindah ini..
emang sih kupang susah air, tapi selalu ada keindahan tersembunyi di sini hehe
Ini air terjunnya mirip Air Terjun Mata Jitu di Pulau Moyo!
datengin ini juga dong bro..