Jakarta, semua orang tahu, kota megapolitan dengan hiruk pikuk aktivitas jutaan manusia di bawah langit berpolusi. Namun, ternyata Jakarta masih menyisakan sekeping surga di ujungnya. Contohnya di Pulau Pari Kepulauan Seribu. Pulau kecil berpenghuni ini masih menyisakan pantai dengan pasir putih dan beratapkan langit biru cerah..
Terletak di laut jawa di utara Jakarta, Kepulauan Seribu masih menyimpan secercah keindahan. Pulau-pulau dengan pasir putih nan halus masih bisa ditemui, kehidupan satwa-satwa liar seperti burung-burung laut menambah pesonanya, dan bahkan kita masih bisa menjumpai terumbu karang beraneka rupa dengan ikan-ikan warna-warni yang mendiaminya. Dan pastinya, hanya butuh waktu yang singkat dan biaya yang murah untuk berlibur kesana. A sweet place for Jakarta citizens for weekend getaway..
Berbekal situs backpackerindonesia.com (BPI), saya yang udah beberapa bulan tak bersua dengan pantai, mencari ajakan open trip ke pantai indah yang tak jauh dari daratan Jakarta, Kepulauan Seribu. Banyak tour operator yang menawarkan jasanya, banyak pula ajakan sharing cost. Destinasinya pun bermacam-macam. Ada ke Pulau Tidung, Pulau Harapan, Pulau Pari, bahkan ke beberapa pulau terjauh di Kepulauan Seribu.
Dari sekian banyak pilihan, akhirnya saya memilih untuk ikut gabung open trip ke Pulau Pari bareng Like This Adventure. Saat itu (Agustus 2014), biaya trip untuk 2 hari 1 malam ke Pulau Pari sekitar IDR 300ribuan. Dengan budget segitu, kita udah dapet fasilitas ongkos PP Muara Angke – Pulau Pari, makan selama di pulau (termasuk barbeque-an), tempat menginap rame-rame, nerbangin lampion, island hoping, snorkeling plus alatnya, dan dokumentasi.
Kami, sekitar 30 orang pejalan dibuatkan 1 grup wa untuk kelancaran komunikasi sampai semuanya berada di titik kumpul, pom bensin muara angke.
Sabtu pagi, dengan menggunakan taksi, sampailah saya dan Ayu di pelabuhan kali adem muara angke. Ini baru pertama kalinya saya datang kesini. Dan alamaaaak,, ternyata luar biasa rame, kaya di pasar. Banyak sekali muda-mudi yang kala itu mau melepaskan kepenatan di kepulauan seribu setelah seminggu bekerja/kuliah.
Setelah berkomunikasi via telpon, akhirnya kami ketemu dengan Edwin dan Irwan, dua anak muda yang menjadi tour guide kami. Mereka berdua, bersama beberapa temannya yang lain, masih berstatus mahasiswa, namun juga sudah mulai berusaha cari uang jajan lewat jasa tour operator ini.
Setelah sekitar 30 orang anggota grup kami berkumpul semua, kami menuju kapal. Karena jalan yang sempit dan becek, perjalanan ke kapal pun cukup memakan waktu saking ramenya para wisatawan.
Kapal berangkat, saya dan Ayu duduk di luar bareng temen-temen satu grup trip. Setelah berbincang-bincang, ternyata 3 orang dari mereka, Ray, Zahara, dan satu lagi lupa bekerja di salah satu Kementerian dan sekantor sama teman saya, lalu 2 orang lagi yang masih berstatus pacaran, cowonya adalah PNS di salah satu kementerian dan cewenya, Nita, pegawai BUMN. Satu orang cowo, Eqi, ternyata juga kenal dengan 2 orang teman lama saya. Satu grup rombongan pecinta Jepang, ternyata juga satu komunitas dengan teman kampus saya, Aris.. Wah wah wah,, ternyata dunia sempit yah.. Bisa-bisanya anggota open trip yang baru saya kenal ini, juga mempunyai mutual friend dengan saya. Hehehe..
Setelah selama 3 jam kapal mengarungi lautan lepas, akhirnya sampailah di Pulau Pari. Pulau kecil yang cukup padat penduduk. Terlihat banyak wisatawan yang sedang asik bersepeda mengelilingi pulau. Kalau mau main sepeda, di pulau ini banyak yang menyewakannya. Banyak juga yang terlihat menikmati keseruan bermain wahana air seperti banana boat.
Kami segera menuju ke penginapan yang berbentuk rumah. Karena keterbatasan ruang, jadi kami harus berbagi tempat. Saat itu saya kebagian tidur di ruang tamu bareng Ayu, Nita dan cowonya. Sebagian lain tersebar di kamar dan di ruang tengah, dan sisanya di rumah sebelah.
Agenda 1 : Snorkeling dan island hoping ke pulau tikus
Selepas menyimpan barang bawaan, kami segera bergegas menuju Pulau Tikus untuk berfoto dan melakukan aktivitas snorkeling. Perahu ketinting berhenti di tengah lautan, kami yang telah lengkap memakai life vest, kaki katak, dan snorkel gear, segera menceburkan diri ke laut dan menikmati keindahan terumbu karang dan ikan kecil beraneka warna. Bawa dan lepaskan roti di dalam air, maka ikan-ikan pun segera berkumpul berebut roti.
Saya yang ingin terlihat kece saat foto di air segera melepas seluruh peralatan snorkeling kecuali katak katak dan langsung free dive. Edwin udah siap memotret, dan taraaaa.. Hasilnya aneh, muka saya gak kontrol coy.. Hahaha.. Ya maklum masih amatir free dive, susah banget nahan nafas lama-lama di air.. Hiks..
Terumbu karangnya tidak terlalu variatif, begitu pun ikannya.. Tapi sudah cukup untuk memanjakan mata.
Selepas snorkeling, kami menuju pulau tikus. Pulau ini sangat kecil. Hanya butuh beberapa menit untuk mendatangi seluruh bagian pulau. Pasirnya sehalus tepung, pantainya dipenuhi pohon pinus, dan air laut terlihat membiru menawan. Di sekeliling pulau, tampak pulau-pulau lain di kejauhan.
Selain rombongan kami, sekeliling pulau ini sudah dipenuhi oleh kapal rombongan lainnya.. Semuanya berbaur menikmati keindahan pantai.
Semburat senja memaksa kami meninggalkan pulau kecil mempesona ini dan bertolak kembali menuju penginapan di Pulau Pari.
Agenda 2 : Barbeque dan lampion
Malam itu, banyak sekali wisatawan yang bertolak menuju pantai pasir perawan, salah satu sudut di Pulau Pari. Beberapa menaiki sepeda, dan tak sedikit pula yang berjalan kaki karena memang letaknya tak terlalu jauh dari pemukiman warga.
Untuk masuk ke pantai ini, dikenakan tarif. Tapi kalau kamu gabung open trip biasanya sudah include di dalam biaya trip.
Di pantai, sudah terlihat para backpacker yang mendirikan tenda. Beberapa wisatawan tampak telah menikmati hidangan laut yang banyak dijual di sepanjang pantai. Sebagian lainnya telah sibuk dengan lampion. Dan sisanya banyak melakukan aktivitas lain.
Satu-persatu, hidangan ikan bakar dan seafood lainnya dihidangkan di meja kami. Dan perut yang sedari tadi berontak sebentar lagi akan dimanjakan oleh lezatnya ikan laut segar.. Selamat makaaan..
Selepas makan, kelompok kami dan beberapa kelompok lainnya menerbangkan lampion.. that was the first time in my life :V .. Langit malam tampak indah ketika puluhan lampion menghiasinya.. Tapi kemudian saya berpikir,, dimana nanti lampion-lampion itu mendarat? Bukankah nantinya bakal jadi sampah yang berserakan tidak pada tempatnya? hmmm..
Agenda 3 : Pagi di Pantai Perawan
Sinar mentari mulai menerangi sudut ruangan lewat celah-celah ventilasi bersamaan dengan mulai ramainya kokokan ayam. Siang ini kami akan kembali ke daratan Jakarta. So, kami segera bergegas menuju pantai pasir perawan.
Pagi itu pantai sudah mulai dipadati wisatawan. Ah, saya enggak kebagian sunrisenya.. Tapi suasana pagi masih terasa syahdu.. Air laut pun belum surut, sehingga saat itu banyak pengunjung yang menyeberangi air menuju sebuah pulau kecil di depan pantai.
Air laut masih terlihat berwarna biru muda. Pantai pasir putihnya terasa lembut, dan jajaran pohon bakau sigap di sepanjang pantai untuk memecah gelombang.
Sembari menunggu matahari menaiki angkasa, saya mencoba keseruan bermain kano.. Ah, sayang sekali saya lupa tarif sewanya, tapi masih terjangkau kok..
Ngomong-ngomong tentang pantai pasir perawan, pasti temen-temen banyak yang bingung kan kenapa dinamakan begitu??? Saya dulu belum kepikiran untuk bertanya, nah tapi berikut ada sedikit cerita dari blog avlenrein (thanks yah) kenapa dinamakan pantai pasir perawan.
“satu sisi memang pantai pasir perawan bermakna pantai yang masih asri dan belum terlalu terjamah oleh manusia, namun yang satu sisi lain mengapa pantai itu diberikan nama ‘perawan’, karena, dahulu ada dua anak kecil, salah satunya perempuan dan masih perawan tentunya, ketika sedang bermain tak jauh dari pantai yang sekarang bernama pasir perawan itu, tiba-tiba anak kecil perawan itu lenyap begitu saja. tak ada jejaknya maupun mayatnya sekalipun. menurut warga sekitar anak kecil itu diculik gagak atau makhluk sejenis jin”.
Pffft,, serem juga ya ternyata kisah di balik nama pantai pasir perawan di pulau pari.. Tiba-tiba merindiiing,, hiiii… Tapi tenang, kecantikannya akan membuat kamu lupa kalau pantai ini memiliki asal-usul yang unik nan horor..
Akhirnya tiba waktunya kami meninggalkan Pulau Pari dan harus kembali ke Jakarta. Ah,, liburan singkat yang menyenangkan.. Selain dapat merasakan indahnya alam kepulauan seribu, berkat open trip ini saya juga mendapatkan teman-teman baru. Thanks “Like This Adventure”..
Oya, selain nemenin petualangan para pejalan ke Kepulauan Seribu, Like This Adventure juga sering ngadain open trip ke beberapa destinasi lain di Indonesia, seperti misalnya Pulau Pahawang di Lampung atau ke Babel.
Seputar Pulau Pari:
- Berangkat bisa dari pelabuhan muara angke dan bisa dari Ancol.
- Pilihan kapal bisa kapal kayu lambat atau speed boat.
- Penginapan banyak tersedia di pulau pari, biasanya homestay.
- Fasilitas pendukung ada penyewaan sepeda, wahana air seperti banana boat, snorkeling, kano.
- Urusan perut aman, banyak penjaja makanan dan minuman, baik makanan berat seperti seafood maupun cemilan-cemilan.
- Bisa berangkat sendiri atau gabung open trip.
—————————-
Berkunjung 2014
Aku sampai sekarang belum ke Pulau Seribu karena susahnya dapet waktu pas bukan waktu liburan.. karena pengalaman adek2 itu pulau Seribu kalo pas liburan ya Alloh kayak antrian..
haha,, asli iya mas rame banget kaya pasar… kalau mau yang sepi harus ke pulau yang lebih jauh dari daratan Jakarta.. Kalau semacam Pari, Tidung, Harapan, itu mah udah tempat wisata keluarga -___-
Duh bikin ngabibitan aja da Bara koo 🙁
Pas ke jakarta, sekalian ke kep seribu aja bay
Untung masih ada Pulau Seribu ya mas, kalo tidak Jakarta jd Kota penuh polusi yang minim wisata alam
bener.. Minimal ada pantai cantik tak jauh dari keriuhan ibu kota..
Mas Bara, istrinya dulu pernah nari lampung waktu wisuda stan kah?
bener, haha.. tauan aja
ahahaha, bener yah, soalnya saya pernah sepanggung sama mbak-nya, mbaknya nari lampung saya bawain tari saman 😀