Padang rumput yang luas terpampang di depan mata. Padang rumput itu tidak terletak pada dataran rendah dengan tanah yang rata selayaknya di Afrika, namun terletak pada bukit-bukit gundul. Hanya sedikit pohon saja yang menghiasi di sela-sela rerumputan. Namun gelombang-gelombang yang terlihat antara 1 bukit dengan bukit lainnya menciptakan keunikan dan kecantikan pedalaman tempat ini. Beragam macam hewan berlarian dan merumput di sepanjang hamparannya. Seperti itulah cantiknya Sumba Timur, Afrika Tanpa Singa.

Oktober 2011
3 hari semenjak kedatangan di NTT, saya ditugaskan ke Sumba Timur selama 18 hari. Penugasan ini mengharuskan saya dan tim menjelajah jauh ke pelosok Sumba Timur.
Tanah NTT sendiri masih sangat asing bagi saya waktu itu, apalagi ditambah dengan menjelajah sampai ke pelosoknya. Penugasan ini sekaligus sarana refreshing menyegarkan mata melihat panorama yang cantik dan unik yang hanya akan ditemui di tanah Sumba.
Dalam penugasan itu, saya juga melewati 1 bukit gundul berundak yang cantik. Belakangan, tempat itu terkenal. Tempat itu bernama Bukit Wairinding… Sayangnya, saat itu jiwa petualang saya belum muncul. Pemandangan cantik hanya tertangkap oleh mata dan terekam dalam otak. Dan memang saat itu juga belum punya kamera yang proper, hanya ponsel blackberry tipe rendah di tangan.
Sebelum pesawat mendarat, saya menengok ke jendela. Wow, pemandangan yang unik. Terlihat hamparan tanah kering kecoklatan sepanjang mata memandang. Barisan pohon yang hanya sedikit terlihat di cekungan yang mungkin kaya akan kandungan air.
Kontur Sumba Timur adalah perbukitan dengan hanya sedikit pohon dan didominasi oleh padang rumput. Bulan Oktober adalah masa paling kering di NTT. Sumba Timur sangat kering dan rerumputan berwarna kecoklatan.
Berjalan jauh menuju ke pelosoknya, banyak dijumpai ternak sapi, kerbau, dan kuda di perbukitan yang dibiarkan liar oleh pemiliknya.
Konon jaman dahulu, ternak jauh lebih banyak lagi. Satu orang warga bisa punya ratusan bahkan ribuan ternak. Seketika pikiran ini melayang membayangkan kondisi Sumba Timur jaman dulu yang mungkin seperti Serengeti di Afrika dimana ribuan wildebeast, kerbau liar, dan hewan lainnya berkumpul mencari makan di padang rumput yang luas. Minusnya cuma nggak ada predator macam singa aja :D. Palingan di sini adanya anjing-anjing kampung saja hehe..

Selain hewan-hewan di padang rumput, di perumahan penduduk juga banyak dijumpai hewan ternak lainnya yang nggak kalah gokil. Yang paling sering dijumpai sih babi, terutama anak babi yang masih sangat kecil. Ini menurut saya unik banget, secara di tanah jawa nggak pernah sekalipun menjumpai kondisi kaya begini..

Sungguh takjub saat itu tatkala babi-babi kecil berlarian di halaman, mengorek-ngorek tanah berharap mendapat cacing atau makanan lainnya. Di pojok belakang rumah, biasanya berdiam babi besar di dalam kandang.
Tapi kalau semakin ke pedalaman, biasanya babi-babi besar itu juga dilepaskan dan akan berkeliaran di sekitar rumah pemiliknya. Yang lebih menakjubkan lagi adalah harganya. Walaupun ukurannya lebih kecil dari sapi, tapi harga jualnya setara.

Anjing juga sangat mudah dijumpai dimana-mana, kontras dengan lingkungan tempat tinggal saya di pelosok Jawa. Biasanya mereka akan menggonggong dan menggeram saat berjumpa dengan orang baru. Tapi kita harus tetap bersikap cool dan jangan bertatapan dengan matanya. Gonggongan mereka sebenarnya hanya gertakan.

Februari 2013
Setelah beberapa bulan tinggal di NTT, akhirnya saya berkesempatan berkunjung lagi ke Sumba Timur. Kali ini di bulan Februari tahun 2013. Pemandangan yang saya lihat kali ini kontras dengan apa yang saya liat bulan Oktober 2011. Maklum, Februari sudah masuk musim penghujan.
Padang rumput yang sebelumnya terlihat gersang dan berwarna kecoklatan, sekarang berwarna hijau, sedang ranum-ranumnya. Padang rumput yang hijau di hamparan yang luas dan berundak seperti ini mengingatkan saya akan Shire, kampung halaman Frodo Baggins, :p .

Ada 1 lagi perbedaan yang saya lihat dengan saat pertama kali datang. Di kedatangan kedua ini, entah kenapa sapi dan hewan lainnya di padang rumput tak sebanyak yang saya lihat bulan Oktober 2011. Mungkinkah banyak yang dijual? atau banyak dikandangin pemiliknya???
Melipir ke daerah pantai, ada segerombolan kuda sandalwood yang berjalan beserta gembalanya. Tiap kali didekati, kuda-kuda itu kabur menjauh. Dari sekian banyak kuda itu, ada 1 yang lucu diantaranya. Terlihat kuda jantan yang sedang birahi tak mampu menyembunyikan ereksinya hahaha..

Kuda sandalwood ini adalah kuda khas tanah Sumba. Di waktu-waktu tertentu biasanya diadakan pacuan kuda di Waingapu Sumba Timur.
Saya pernah menonton pacuan kuda di Waingapu Sumba Timur. Kuda betina yang diberi nama black lady adalah favorit dalam pertandingan waktu itu. Namun yang terjadi, dia cuma menempati posisi kedua, di belakang kuda betina lainnya.
Konon katanya kuda betinalah yang sering memenangkan balapan. Kenapa? Karena si jantan pasti gak mau mendahului si betina. Ternyata nggak hanya di dunia manusia aja, di dunia kuda pun ada golongan jantan takut betina.. Hahaha..

Itu adalah pengalaman saya mengunjungi indahnya tanah Sumba Timur. Masih banyak tempat di Sumba Timur yang belum saya kunjungi. Semoga suatu saat berkesempatan datang ke sini lagi dan menjelajah setiap sudutnya. Beberapa keindahan hakiki dari tanah sumba bisa dilihat di sini.
Pemandangan indah di Sumba Timur, melihat ragam flaura dan fauna yang memikat hati….
bikin adem liatnya hehe