Sesungguhnya, Suwarnadwipa merupakan sebuah resort pinggir pantai yang masih berada di daratan Sumatera. Kerapkali orang menyebutnya pulau Suwarnadwipa. Tidak salah memang. Karena Suwarnadwipa sendiri, yang artinya pulau emas, adalah nama lain dari Pulau Sumatera. Pulau yang kaya akan hamparan emas yang terkandung di dalam tanahnya.
Walaupun masih berada di pulau Sumatera, namun Suwarnadwipa tidak dapat dijangkau lewat darat. Tempatnya tersembunyi di balik tebing-tebing yang menjulang tinggi di ujung hutan. Satu-satunya jalan menuju ke sana adalah dengan melalui jalur laut untuk mencapainya.
Baca juga cerita perjalanan seru lainnya ke Pulau Pasumpahan
Seperti pantai lainnya di gugusan pulau-pulau kecil di wilayah ini, Suwarnadwipa memiliki pasir putih yang lembut. Garis pantainya tidak terlalu panjang, terlebih terdapat tebing yang membatasinya.
Yang menarik, terumbu karang di pantai ini terlihat jauh lebih jelas dari atas permukaan laut, dibandingkan dengan di Pasumpahan.

Matahari sudah mulai bergerak menuju ke barat ketika saya dan Ayu meninggalkan Pulau Pasumpahan beserta wisatawan lainnya. Sesuai perjanjian awal, tujuan berikutnya adalah Suwarnadwipa.

Selama perjalanan, banyak dijumpai pulau-pulau kecil lainnya di sebelah kanan kapal. Pulau-pulau tersebut masing-masing berbukit. Ada pulau Sikuai, pulau sironjong dan lain-lain yang saya lupa namanya. Itu berdasarkan penuturan bapak pemilik kapal.
Sedangkan di sebelah kiri kapal adalah pulau Sumatera yang masih terlihat liar dan alami. Tidak ada pemukiman penduduk, hanya pantai berpasir, pantai berbatu, dan hutan yang masih lebat pepohonannya.
Perjalanan ke sini mengingatkan saya saat menjelajahi Taman Nasional Komodo, dimana di sebelah kiri adalah daratan Flores dan di sebelah kanan banyak dijumpai pulau-pulau kecil berbukit.
Bedanya, pulau berbukit di Sumatera Barat rimbun, ditumbuhi banyak pepohonan dan semak belukar. Sedangkan pulau-pulau berbukit di Taman Nasional Kepulauan Komodo mayoritas ditumbuhi oleh rumput ilalang, hanya ada sedikit pohon. Rumput tersebut berwarna hijau dan guling2-able saat musim hujan 😀 .. Saat musim kemarau, warna hijau hampir sirna tergantikan warna coklat.
Beberapa pulau yang kami lewati sebelum sampai ke Suwarnadwipa sebetulnya biasa dikunjungi juga, namun beberapa tidak populer, dan beberapa sedang proses pemugaran, seperti misalnya Pulau Sikuai.

Sekitar 15 menit perjalanan, sampailah di Suwarnadwipa. Kapal pun merapat. Setelah menurunkan para penumpang, kapal pun bertolak kembali untuk menjemput rejeki lain
Saat itu, Suwarnadwipa sedang rame-ramenya dikunjungi wisatawan. Ya walaupun gak seramai di Pasumpahan ya..
Saat berjalan di dermaga, terlihat warna laut yang belang, sebagian hijau kebiruan, dan sebagian berwarna gelap, yang menandakan di sini masih banyak terdapat terumbu karang.

Aktivitas snorkeling pun banyak terlihat di kanan dan kiri dermaga. Mulai dari orang tua sampai anak-anak kecil berenang kesana kemari menikmati panorama bawah lautnya.
Saya sendiri nggak tahu seindah apa di bawah sana. Karena memang sejak awal, tujuan saya datang ke Suwarnadwipa -juga Pasumpahan- hanya untuk ongkang-ongkang aja di pinggir pantai. Menikmati suasana pantai yang udah lama saya rindukan.

Kami melewati resort yang material bangunannya sebagian besar adalah material alami, seperti halnya di resort-resort pinggir pantai lainnya. Resort ini dikelola oleh pihak swasta.

Sesampainya di pantai, kami berjalan mencari spot untuk beristirahat. Sudah banyak terlihat wisatawan yang menggelar tikar sambil bersantai-santai. Terlihat juga beberapa tenda yang berdiri, hanya sedikit, jauh bila dibandingkan dengan di Pasumpahan. Memang space nya juga terbatas di sini.

Setelah mendapatkan spot yang kece dengan payung alami dari rimbunan dedaunan, kami menggelar matras dan duduk santai. Merapikan tempat, mengamankan barang-barang, lalu menikmati jajanan yang kami bawa dari Kota Padang.
Tak ada aktivitas lain, hanya tiduran sambil menikmati angin pantai semilir, melihat aktivitas orang-orang di pantai. Ada yang berenang, snorkeling, foto-foto di ayunan (kayanya lagi ngetren banget nih ayunan di pantai ala ala di Ombak Sunset Gili Trawangan), main pasir, dan lain-lain. Surgaaaa..
Saat itu, keindahan pantai memang kurang maksimal dikarenakan langit yang putih mendung. Saya pun belum bisa menikmati keindahan hakiki dari pantai ini. Aaaah, sayang sekali.
Lagi enak-enaknya tiduran menikmati angin semilir, tiba-tiba rintik hujan mulai turun. Duuh gawaaat! Sepertinya hujan akan semakin deras mengingat langit yang semakin gelap. Kami segera bergegas mengemasi barang-barang. Pun begitu dengan pengunjung lainnya.
Benar saja, gak lama kemudian, hujan semakin deras, semakin deras, dan tiba-tiba deras banget. Para wisatawan yang gak mau kena basah langsung berhamburan mencari tempat berteduh. Saya menemukan spot teduh di bawah atap salah satu resort terdekat. Tak lama, banyak pengunjung lain yang mengikuti.
Duh sial bener, main ke pantai buat santai-santai malas-malasan, eeeh diserang badai wkwkw..
Hujan berlangsung lumayan lama. Setengah jam berlalu, dan tangisan langit mulai mereda. Mungkin udah ada yang beliin lolipop buat Gumiho, jadi nangisnya mulai mereda :V …

Melihat waktu yang sudah hampir menunjukkan pukul 4, saya dan Ayu segera bergegas ke pondokan di dermaga untuk menunggu kapal. Ya, saya dan pemilik kapal sudah sepakat akan membawa kami ke Pulau Pamutusan pada pukul 4-4.30 an…
Jam 4 datang, si bapak belum nongol, jam 4.30 sudah dilewati dan si bapak pun belum nongol. Saya positif thinking saja si bapak sedang dalam perjalanan. Telat dikit gpp lah, mungkin terhambat cuaca yang sedang buruk. Kebetulan saat itu hujan juga turun kembali.

Jam 5 pun telah lewat, namun si bapak tak kunjung tiba. Saya coba telpon pun susahnya minta ampun. Di layar ponsel tertulis “E” alias edge, tapi sms pun gak bisa. Saya coba-coba cari sinyal dengan memindahkan posisi handphone. Sms pun terkirim, namun sampai setengah 6 tak kunjung ada balasan.
Dari yang tadinya padat, pondokan mulai sepi. Menyisakan saya dan Ayu, serta sekelompok anak muda yang katanya gak bisa menghubungi pemilik kapal. Saya kira kami dan mereka naik kapal yang sama, ternyata berbeda.

Hari sudah mulai gelap, dan bapak pemilik kapal belum juga membalas sms. Ditelpon pun gak bisa tersambung. Sedangkan rombongan sebelah telah dijemput kapalnya.
Saya coba berbincang dengan si bapak yang mengantar rombongan tersebut. Setelah saya ceritakan semuanya, termasuk keinginan saya yang ingin naik bukit pagi-pagi di Pamutusan, si bapak menawarkan saya sebaiknya menginap di Pasumpahan saja. Karena di Pasumpahan pun ada bukit, dan biar bisa ikut dengan si bapak yang mau kembali ke Sungai Pisang. Kebetulan memang searah.
Kami pun akhirnya mengiyakan, walaupun sebenarnya kami masih pengen ke Pamutusan. Aaargh, masih tersirat kekecewaan saya akan pelayanan jasa kapal yang saya pilih.
Dalam traveling, memang tidak selalu kenangan indah yang kita dapat, terkadang ada rasa kesal dan kekecewaan. Nikmati saja.. Yakin kalau esok akan lebih menyenangkan..
Fiuhhh,, terpaksa kembali lagi ke Pasumpahan, dan mendirikan tenda di sana.
Berkunjung 2016
Mantap uda, awak ma mulai tidak tertarik jelajah pulau2. senang masuk hutan cari air terjun hehehe
saking seringnya ke pulau nih kayanya ,, jadi udah bosan 😀
Pantainya indah banget mas. Oya kalau misalnya naik kapal ke pulau tersebut, apa kita tidak diperbolehkan balik menaiki kapal wisatawan lain yang berlabuhnya satu tempat? Selama perahu/kapal masih muat? Kalau di Jepara (Pulau Panjang) kita boleh balik ke pelabihan menggunakan kapal lain yang merapatnya di pelabuhan yang sama.
mungkin sesuai perjanjian kali ya.. karena kebanyakan di sini perjanjian dengan para pemilik kapal adalah untuk perjalanan pp. tapi boleh juga nih kapan2 dicoba nego ongkos berangkatnya saja, pulangnya ikut di kapal lain lagi.
dari namanya Suwarnadwipa kirain di thailand eh taunya di sumatera.. hehehe
haha,, iya sih sekilas namanya kaya bahasa thai ya..
Eh ini arah mau ke pagang pamutusan kan yaaa ????
bener banget masbro,, lokasinye di sebelah kiri kalau dari arah pasumpahan..
sama banget, ngerasa juga kemiripan sama TNK pas pertama island hoping sekitaran sini hehe
kadang pengalaman nggak mengenakkan jadi warna tersendiri dalam perjalanan ya… nggak kapok kan tapi? 😀
nggak dong,, jadi kapan nih kesana bareng para petualang unand?
Weh ini beberapa lokasi kalau ditungguin pagi-pagi atau sore bisa dapat foto yang nempol nih.. wah moga2 pas wishlist gua nyampe sumatera bisa kamu temening ke lokasi2 ini
siap lah buat jadi guide masbek.. tapi kalau mau berburu sunrise sendiri aja mas, ane milih tidur di tenda haha..
Ic ic berarti bener kemarin cuman lewat doang karena ombak gede
haduh,, berarti tandanya disuruh balik lagi tuh..
boleh minta contact person utk kapalnya gak? karena saya ada rencana mau hopping island seharian. jadi gak mau ikut rombongan.
Pak Jun 082285088811 ,, oya itu kalau lewat Sungai Pisang ya,, bukan Bungus..
Fotonya keren-keren banget, coba banyak duit banyak waktu, beralih jadi blogger traveller
gak perlu banyak duit kok,, kan bisa ngirit ala backpacker,, yg penting mah ada waktu ahaha..
Hloh mas Bara nggak nambanh emas juga disana? Kan lumayan mas.. Wkwkwk #canda
.
Pantainya adem ya, pasirnya putih pula. Kalau mau ke pantai yg kayak gitu mah aku ngegasnya ke Jogja 4 – 5 jam perjalanan naik motor. Wkwkw.
.
enggak lah,, palingan nambang mbak aja hahaha..
mayan juga tuh bikin pantat tepos ngegas 4-5 jam haha..