Semburat sinar mentari menerobos masuk melewati celah kecil di atas goa batu kapal, berpendar menjadi beberapa guratan layaknya pedang-pedang yang menusuk perut bumi. Cahayanya putih, sedikit kebiruan. Menghujani dinding-dinding goa, menerangi setiap goresan di dinding bak lukisan. Beberapa inchi di sampingnya, cahaya yang lain menerobos, menyebar, hijau.
Setiap sudutnya terukir oleh pahatan-pahatan yang terbentuk alami. Dinding goa memiliki rupa-rupa warna mulai dari merah jambu, kuning, hijau, biru, coklat, putih, hitam dan jingga. Ruangan goa bervariasi dari luas ke sempit, dari terang ke gelap. Tak lupa stalaktit dan stalakmit megah yang tersebar di berbagai penjuru.
Sinar mentari bak lampu malam turut menghias isi goa. Menjadikan perpaduan sempurna nan megah dari goa terindah di Kabupaten Solok Selatan ini, Goa Batu Kapal atau juga dikenal Ngalau Janggo.
The Journey
30 menit perjalanan dilalui dari Padang Aro, ibukota Kabupaten Solok Selatan. Jalan aspal bergelombang, berkelok, dan sebagian berupa jalan tanah pengerasan sedikit menghambat perjalanan kami. Namun aliran cantik nan deras sungai Batang Hari membiaskan ketidaknyamanan itu.
Dari kaki gunung kerinci yang menjadi latar kabupaten ini, sungai terpanjang di sumatera ini mengalir sampai ke Jambi. Kecantikan visual sungai ini tak kalah dibandingkan kekayaan di balik aliran derasnya, emas. Ya, Solok Selatan memang kaya akan emasnya, selaras dengan julukan Swarnadwipa atau pulau emas untuk Sumatera. Di tanah Sumatera, setiap jengkal tanahnya menutupi hamparan permadani emas.

Papan petunjuk seadanya menghantarkan kami sampai pintu kedatangan goa batu kapal / ngalau janggo. Bukit batu berukuran raksasa berwarna putih dengan coretan corak hitam mengalihkan semua mata. Laksana magnet, menyihir setiap langkah menyusuri jalan setapak dan mendekat.
Beberapa pohon yang menjulang tinggi dan berukuran besar di sekitarnya seolah menyampaikan pesan bahwa tempat ini telah ada jauh sebelum manusia pertama datang ke daerah ini. Sarang lebah penuh madu di sekeliling bukit seolah menjadi aksesoris, layaknya seorang wanita cantik dengan perhiasannya.
Tentang Goa Batu Kapal
Terdapat 4 bukit batu besar di wilayah ini.
1 bukit yang tidak terlalu besar dipenuhi pohon dan semak memiliki goa yang dinamakan ngalau lipek kain. Nama tersebut diberikan karena struktur / susunan batunya tampak seperti kain yang berlipat. Goa di bukit ini belum dibuka untuk umum dikarenakan pintu masuknya yang cukup susah dijangkau.
3 bukit lagi merupakan satu-kesatuan bukit yang membentuk goa batu kapal yang memiliki tinggi sekitar 68 meter. Namun, ngalau janggo pun belum seluruhnya terbuka untuk umum. Terdapat beberapa bagian goa yang masih sulit diakses.

Goa ini terbagi menjadi beberapa bagian. Kita akan keluar masuk dari 1 mulut goa ke mulut goa lainnya. Goa ini termasuk besar dan terdapat ratusan ruangan di dalamnya.
“Saya pernah masuk dan menghitung sampai 150 ruangan, besar dan kecil, di goa ini, dan itu pun belum selesai, masih banyak ruangan lainnya”, ucap Bapak Basrial yang merupakan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Solok Selatan.
Goa batu kapal pertama kali ditemukan pada saat pembukaan lahan PTPN VIII pada awal tahun 1980an, kira-kira 1984. Namun, sama seperti tempat unik dan megah lainnya yang berada di tengah hutan di bagian manapun di Indonesia, goa ini dikeramatkan oleh warga.
Baru beberapa bulan terakhir ini masyarakat sekitar dan pemerintah daerah setempat mulai serius mengelola tempat ini sebagai tempat wisata andalan dan sedikit demi sedikit melakukan pembenahan.
Sama seperti halnya Malin Kundang di Padang atau Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat, keberadaan goa batu kapal pun tak luput dari legenda yang beredar di kalangan masyarakat setempat. Tidak se-terkenal Malin Kundang memang, tapi kisah ini menambah pesona goa ini, membuat imajinasi pengunjung menembus waktu, membayangkan apa yang terjadi di masa lalu.

“Kenapa goa ini dinamakan goa batu kapal? Karena pertama, ruangan-ruangan di dalam goa ini mirip dengan ruangan-ruangan di dalam sebuah kapal besar. Kedua, memang ada legenda masyarakat yang mengisahkan bahwa goa ini merupakan sebuah kapal besar yang berubah menjadi batu karena kutukan” ujar Wali Nagari Sungai Kunyit Barat.
Cerita perjalanan sebelumnya: Serunya Open Trip ke Pulau Pari, Kepulauan Seribu
Lalu, apakah kutukan tersebut terjadi karena durhakanya seorang anak kepada orang tuanya seperti kisah Malin Kundang? Atau karena sakit hatinya seseorang sebab cintanya bertepuk sebelah tangan seperti kisah Tangkuban Perahu? Atau karena hal lain? Nah, itu yang perlu digali lebih jauh. Saat itu, kami belum bertemu dengan seseorang yang mampu menceritakan legenda ini secara komprehensif.
Breathtaking trekking into the center of the earth
Kami, sebagian blogger palanta (Emen, Dedet, Ubay, Titi, Rozi, Nanda, dan gue) bersama Uda Nofrins Napilus (pegiat wisata Solok Selatan), Bapak Epli Rachmat (Asisten II Bupati), Bapak Basrial (Kepala Dinsos Solsel), Bapak Yanuari (Wali Nagari/Kepala Desa Sungai Kunyit Barat), Hanum (Tourism Ambassador Solsel 2016) dan bang Firza (pelari maraton dari Jakarta) didampingi para guide dari kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat sepakat untuk menulusuri goa batu kapal.

Matahari berada tepat di atas kepala saat kami memulai trekking ke dalam goa batu kapal. Lobang-lobang yang menganga di atap goa telah terisi oleh sinar mentari, menerangi dinding-dinding goa yang kaya akan warna.
Dari mulut goa, terdapat 2 bagian goa yang masing-masing akan membawa kita ke keindahan yang sulit untuk ditampikkan.
Sisi kiri memiliki ruangan luas dan setiap sisinya memiliki ruang-ruang kecil yang tampak seperti tempat penyimpanan di sebuah kapal. Sedangkan sisi kanan mempunyai ukuran yang sempit namun membawa kita menjelajah lebih jauh ke dalam goa dan dan sebagai pintu gerbang menuju goa besar lainnya.

“Ke sebelah sini, di sini bagus untuk berfoto”, seorang guide membuyarkan konsentrasi kami yang tengah asyik memotret di sekitar mulut goa. Memang, sejak memasuki goa batu kapal, kami seakan beku sejenak, terpaku akan indahnya geopark ini, lalu tak henti mengarahkan lensa kamera ke berbagai sudut. Seakan terhipnotis oleh ajakan si bapak, lantas saya, Ubay, dan Titi segera menghampiri beliau.

Benar saja, terdapat sebuah spot yang menarik mata siapapun yang memandang. Seperti melihat sebuah lukisan abstrak beraneka warna, berpadu dengan pahatan yang memiliki nilai seni yang tinggi. Sebuah keindahan alam luar biasa yang menunjukkan betapa asiknya Tuhan.
Di sebelah spot yang ditunjukkan si bapak, Ubay menemukan satu lagi spot kece yang instagram-able. Sinar mentari masuk dari lubang kecil di atas goa dan sinarnya berpendar menerangi dinding goa. Namun momen tersebut tidak dapat ditemui setiap saat, sekitar jam 12 momen itu dapat dinikmati saat matahari tepat berada di atas goa.

Di beberapa ruangan goa batu kapal yang besar, cahaya tak lagi bisa menembus. Ketiadaan cahaya membuat kelelawar betah bersarang. Riuh suara kelelawar terdengar dari atas goa yang gelap. Saat senter diarahkan ke atas goa, ratusan kelelawar gaduh menjauhkan diri dari sorotan lampu. Di bagian goa ini, bau kotoran kelelawar cukup menyengat.

Menelusur goa batu kapal lebih jauh, dijumpai aliran sungai kecil melewati beberapa bagian goa, seakan berkata “Ini lho, pesona kami tak habis-habis, selalu ada keunikan di setiap bagian goa”. Memang, satu goa dengan goa lainnya masing-masing memiliki keunikan sendiri.
Ada goa yang ditempati gerombolan kelelawar, ada goa yang banyak disorot oleh sinar mentari yang membantunya memamerkan keindahan warna-warni dinding goa, ada goa yang dialiri sungai kecil, ada yang dipenuhi stalaktit dan stalakmit indah, ada juga yang di dalamnya terdapat batu-batuan unik yang dapat mengeluarkan bunyi yang berbeda antara satu batu dengan batu lainnya jika dipukul. Bunyi tersebut seperti irama yang dikeluarkan oleh alat musik Canang. Itulah kenapa bebatuan tersebut dinamakan batu canang.

Karena alasan waktu, kami hanya bisa menjelajah sampai 3 ruangan goa, sedangkan sebetulnya masih banyak lagi goa yang masih bisa ditelusuri. Termasuk salah satu yang luput kami kunjungi adalah goa tempat batu canang berada. Belum lagi ditambah keindahan-keindahan unik lainnya yang masih tersembunyi di balik gelapnya goa batu kapal.

Keluar masuk dari satu goa ke goa lainnya membutuhkan perjuangan yang ekstra, sudut-sudut tajam dari karang, batuan licin, sedikit tebing terjal, dan jembatan kayu seadanya akan setia menemani petualangan kita.
Jangan takut, dengan persiapan yang matang dan konsentrasi penuh, semua rintangan itu enggak ada artinya. Dan pemandangan goa yang unik dan semakin indah di bagian yang lebih dalam merupakan suatu hadiah yang siap menanti siapapun yang mengunjungi goa ini.

Saya yakin, seperti beberapa tempat indah lain di berbagai belahan dunia, goa batu kapal di Solok Selatan ini dibuat saat Tuhan sedang tersenyum. 🙂
#AyoKeSolsel #PesonaSolsel

————————————————————————————————————————–
FYI:
- Gua Batu Kapal Sumbar terletak di Jorong (dusun) Ngalau Indah, Nagari (desa) Sungai Kunyit Barat, Kecamatan Sangir Balai Janggo, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat.
- Jarak Kota Padang ke Padang Aro (ibukota Kab. Solsel) sekitar 150an km atau sekitar 5 jam perjalanan. Dari Padang Aro menuju goa sekitar 30 menit. Lamanya waktu tersebut dikarenakan kondisi jalan yang belum semulus jalanan lain di Sumatera Barat.
- Perjalanan dari Padang ke Padang Aro bisa dengan travel, mobil sewaan, atau kendaraan pribadi. Disarankan kendaraan dengan ground clearance cukup tinggi.
- Akses alternatif menuju goa ini bisa dari Kabupaten Dharmasraya melewati perkebunan sawit, sekitar 60 km dari Dharmasraya.
- Akses alternatif lainnya dengan melalui Kabupaten Kerinci, Jambi.
- Harga tiket masuk gua batu kapal hanya Rp3.000,00.
- Kalau beruntung, di sekitar goa ini kalian dapat bertemu dengan salah satu hewan endemik pulau Sumatera, yakni Surili atau Simpai (Presbytis Melalophos). Warnanya keemasan dengan ekor panjang dan ukuran tubuhnya kira-kira sebesar beruk. Kami sempat menjumpai monyet ini, namun saat mau mengabadikan dalam foto, gerombolan monyet ini segera berhamburan dan menghilang dibalik rimbunnya dedaunan.
- Menurut warga sekitar, dahulu sering ada kerbau yang memasuki goa ini. Namun anehnya, kerbau-kerbau tersebut tidak pernah buang air di dalam goa, selalu di luar goa.
- Nama lain goa ini adalah Ngalau Janggo.
Tips:
- Berhubung banyak batuan yang licin, sangat disarankan memakai sandal/sepatu khusus hiking.
- Beberapa ruangan goa gelap gulita, bawalah senter.
- Bawalah minuman karena trekking cukup melelahkan, jangan lupa sampahnya dibawa keluar dan dibuang pada tempatnya.
- Bawa tas untuk menaruh barang-barang, karena banyak tebing yang membutuhkan bantuan kedua tangan kita untuk melewatinya.
- Jangan mencoret-coret dinding goa.
Fasilitas sekitar lokasi: - Banyak warung penjual makanan dan minuman.
- Toilet
- Penyewaan tikar
P.S.
Kenangan akan masa kecil yang tersimpan di salah satu bagian otak tiba-tiba terbayang saat menelusuri goa ini. Masa liburan sekolah semasa kecil selalu dimanfaatkan keluarga untuk mengunjungi tempat-tempat wisata, termasuk di dalamnya adalah goa-goa di Jawa. Goa Jatijajar, Goa di Pangandaran, dan Goa Jepang adalah termasuk beberapa diantaranya. Kali ini, goa yang jauh lebih indah terpampang nyata di depan mata.
————————————
Berkunjung 2017
Mantap babang dalam dan merasakan bgt sensasinya. Goa batu kapal memang mengesankan. #bloggerpalantateam
soalnya goa ini unik sih Bay… #bloggerpalantateam kapan mengeksplore tempat lain? 😀
Masya Allah… bagus sekali struktur batuan dalam goa nya…apalagi pendaran sinar matahari yang masuk bisa menimbulkan efek warna berbeda, pantaslah yang nulis sama yang baca artikel ini pasti terkagum-kagum dibuatnya. 😀
Kapan ya bisa berkunjung kemari?
ayooo tim traveler unand kapan kesini bareng???
mau ke Pasaman Barat aja masih belum jadi-jadi ini Bar haha
Tujuannya kemana aja di Pasbar hep?
Waaaah cakep banget gua-nya. Efek warnanya itu keren banget.
Iya emang cakep bgt goa warna warni ini..
goanya agak terang, aku pernah masuk goa di kerinci, serem, gelap, atut hahaha
iya soalnya ini banyak lubang ventilasi gitu, walau di beberapa bagian gelap bgt juga sih..