Ada Apa Aja di Tugu Khatulistiwa Pontianak??

Menara itu menjulang tinggi, tapi mungkin tak terlihat dari beberapa sisi karena pohon-pohon yang menutupinya. Di puncaknya terdapat 3 buah lingkaran, 2 diantaranya bersilangan. Anak panah berada di tengah lingkaran itu. Itu adalah tugu khatulistiwa aka monumen ekuator, landmark terkenal di Kota Pontianak, di tepian sungai kapuas, yang menandakan garis lintang nol derajat bumi.

Saya tiba di Hotel Golden Pontianak, menuju lobi dan registrasi acara. Di sana, saya diberi tahu ternyata jadwal acara yang akan saya ikuti berubah. Pembukaan yang sejatinya akan dimulai pukul 16.00 WIB, dimundurkan pada pukul 19.00 WIB.

Baca juga: Review Jujur Hotel Golden Tulip Pontianak

Selesai registrasi, saya segera menyambar makan siang yang telah disediakan lalu menuju kamar hotel. Sekarang pukul 15.00 WIB, acara akan dilangsungkan setelah maghrib. Lalu? Sebelum itu ngapain? Ada beberapa jam waktu senggang, di kamar saja?

Kalau datang ke sebuah tempat baru, saya bukan orang yang hanya akan berdiam diri saja di hotel. Kalau ada waktu senggang, pastinya saya akan memanfaatkan semaksimal mungkin untuk beraktivitas. Terkadang, kalau saya bertemu waktu terbatas seperti ini, pilihan yang saya ambil adalah mengexplore kulinernya. Tapi, Pontianak ini adalah kota yang unik, yang berada di garis ekuator. Tentu, hal paling menarik buat para first timer ke kota ini adalah tugu yang terkenal itu, tugu khatulistiwa Pontianak.

Saya membuka aplikasi Gojek untuk memperhitungkan berapa lama perjalanan pergi-pulang ke sana, berapa ongkosnya dan kira2 jam berapa saya harus beranjak kembali ke hotel.

“Mau kemana bang?”, seorang satpam di lobi hotel bertanya kepada saya yang mungkin tampak kebingungan. Setelah saya jelaskan rencana saya, si abang satpam memberi tahu 2 opsi ke sana.

Cara ke Tugu Khatulistiwa Pontianak

Jadi, ada 2 cara untuk menuju tugu khatulistiwa Pontianak. Cara pertama, saya bisa ke sana dengan menyeberang sungai kapuas menggunakan kapal feri. Dari hotel, saya sebaiknya memakai ojek menuju dermaga di Taman Alun Kapuas. Dari dermaga tersebut kita menyeberang ke dermaga Siantan, dan dari dermaga Siantan kita lanjut lagi dengan naik ojek atau kendaraan umum lainnya. Cukup ribet, dan kapal feri pun ada jadwalnya.

Memang jarak yang ditempuh akan lebih dekat, biaya pun lebih murah. Tetapi di waktu yang terbatas seperti ini, saya tidak dapat memperkirakan waktu dengan baik. Bisa saja saya harus menunggu kapal feri full, belum lagi menunggu gojek datang sebanyak 2x. Cukup gambling di waktu yang terbatas ini.

tugu khatulistiwa pontianak kalbar
tugu khatulistiwa / monumen ekuator

Cara kedua, saya langsung berangkat dari hotel menuju tugu khatulistiwa Pontianak dengan memakai kendaraan umum seperti taksi atau ojek. Mempertimbangkan biaya dan jam pulang kantor yang pasti akan macet, saya memilih naik gojek. Kekurangan naik gojek adalah jalurnya cukup memutar, melintasi 2 jembatan besar, jembatan sungai kapuas dan sungai landak. Selain itu biaya juga lebih mahal dibandingkan dengan kombinasi gojek + kapal penyeberangan.

Obrolan Panjang dengan Abang Gojek Asli Madura

“Hotel Golden Tulip ya bang, saya udah nunggu di depannya”, chat saya kirim ke abang gojek. Selang beberapa menit, sebuah motor matic dengen pengendara berjaket hijau berhenti dan bertanya, “Bang Bara?”

Diketahui abang gojek yang membawa saya ternyata adalah suku Madura.. Seketika saya penasaran, bertanya tentang di mana dia saat tragedi sambas, dan bagaimana keadaan sekarang. Saya kira, di Kalimantan sudah tak ada lagi orang Madura setelah peristiwa kelam itu, namun ternyata hanya di sedikit tempat saja yang tak lagi dihuni orang Madura.

macet di jam pulang kerja

Kalimat demi kalimat tentang tragedi itu mengalir dari mulutnya. Semakin banyak saya dengar kesaksiannya, semakin pilu hati ini, dan seketika membayangkan kejadian masa itu. STOP! Saya alihkan percakapan dan membahas hal-hal lain. Tentang sungai kapuas, tentang makanan khas di Pontianak, tentang kesultanan Pontianak yang kebetulan istananya kami lewati, dan tentang hal-hal lainnya.

jembatan sungai kapuas
jembatan sungai kapuas menuju menara ekuator

Jalanan cukup padat, wajar, jam pulang kerja. Kami melewati jembatan panjang sungai kapuas. Walaupun tak sepanjang jembatan suramadu, tetapi ada kemiripan yaitu jalur mobil terpisah dengan jalur motor. Jalur motor yang lebih kecil itu berada di sisi luar.

Tak berapa lama, kami melewati jembatan panjang lagi, kali ini jembatan sungai landak. Sungai kapuas dan sungai landak menyatu di depan sana, sebelum tugu khatulistiwa pontianak. Setelah melewati jembatan landak, suasana tampak lebih sepi.

Ada Apa Saja di Tugu Khatulistiwa Pontianak??

“Makasih bang”, ucapan terakhir yang saya sampaikan kepada abang gojek. Saya sudah sampai di tugu khatulistiwa aka monumen ekuator pontianak.

harga tiket masuk tugu khatulistiwa pontianak / monumen ekuator
murah bingits harga tiket masuk menara ekuator / tugu khatulistiwa

“Dua ribu rupiah”, ucap seorang bapak penjaga pintu masuk. Suasana sore itu tampak sepi. Ada pengunjung tapi tak seramai perkiraan saya.

1. Taman Kecil

Sebuah taman kecil menyambut. Di dalam taman itu terdapat replika rumah-rumah adat, apakah itu rumah adat dari berbagai daerah di Kalimantan? Entahlah, saya kurang paham. Saya malah mengira itu adalah taman kelinci, tapi setelah memperhatikan setiap pojoknya, tak ada kelinci di sana.

taman dekat tugu khatulistiwa pontianak

2. Tugu Khatulistiwa / Monumen Ekuator

Saya lantas menuju ke spot wisata utama di tempat ini, bahkan di Pontianak. Ya, tugu khatulistiwa, tugu yang menandakan garis lintang nol derajat, garis yang menandakan titik tengah planet bumi. Di bawah tugu khatulistiwa yang menjulang itu ternyata terdapat sebuah bangunan berbentuk kubah, sebuah museum. Tak perlu ada biaya tambahan untuk masuk ke bangunan ini.

objek wisata tugu khatulistiwa pontianak / monumen ekuator

Di dalam museum terdapat miniatur tugu khatulistiwa / monumen ekuator dengan bentuk seperti di luar. Ternyata, justru tugu khatulistiwa kecil ini lah yang merupakan tugu asli yang dibuat tahun 1930, masih di masa pendudukan Belanda. Sedangkan tugu khatulistiwa besar dengan ketinggian 15 meter tersebut dibuat tahun 1990.

tugu khatulistiwa pontianak yang asli / monumen ekuator

Di dalam museum ini juga terdapat banyak informasi tentang astronomi dan bumi yang dipajang di dinding2nya. Di dinding tersebut juga terdapat dokumentasi dan beberapa relief yang menceritakan tentang kebudayaan di Pontianak.

monumen ekuator

“Ayo-ayo, udah mau tutup”, suara seorang bapak memecah hening. Pengunjung yang hanya beberapa orang segera keluar meninggalkan bangunan itu..

“Udah tutup pak?” tanya saya.. “Iya, ini udah jam 5.15. Tutupnya jam 5 harusnya”, sahut si bapak. Dengan diakhiri foto selfie, saya keluar, menjadi pengunjung terakhir hari itu 🙂

tugu khatulistiwa pontianak / monumen ekuator

3. Kedai-kedai makanan dan cenderamata

Di seberang tugu khatulistiwa terdapat lorong yang di sisinya banyak terdapat warung makan dan cenderamata. Saya tak tahu kuliner apa saja yang dijual di sana karena hanya melihat sekilas saja.

Diantara kedai-kedai ini disediakan toilet, jadi jangan khawatir kalau kamu kebelet.

4. Bola Dunia “Universal”

Di ujung lorong, sebelum sungai kapuas dan selurusan dengan tugu khatulistiwa, terdapat sebuah bangunan berbentuk bola dunia. Walaupun jauh lebih sederhana, tapi bola dunia ini mengingatkan saya akan Universal Singapura, ahaha.. Mungkin idenya terinspirasi dari sana.

Baca juga: Sekilas di Universal Singapura

bola dunia "universal" tugu khatulistiwa / monumen ekuator

Bola dunia ini memiliki ruangan yang bisa kita masuki. Tapi sayang, saat itu pintunya tertutup. Di sekeliling bola itu terdapat tempat duduk bertingkat seperti tribun. Mungkin, di tempat ini sering dilakukan pertunjukan atau festival budaya.

5. Kafe Perahu di Sungai Kapuas

Dari bola dunia, sungai kapuas tinggal “selangkah” lagi. Bantaran sungai kapuas di sisi ini telah ditutup dengan beton. Bahkan, beton-beton itu menutup sebagian sisi sungai.

Terdapat dua kapal yang bersandar di tepiannya. Uniknya, fungsi utama kapal itu bukanlah untuk transportasi berkeliling sungai kapuas, tetapi merupakan kafe.

cafe perahu di atas sungai kapuas

Biasanya, kita sering menemukan kafe yang berbentuk seperti kapal/perahu. Misalnya yang pernah saya jumpai, atlantis beach club di Labuan Bajo dan Kapatoman di Bukittinggi. Tapi di Kapuas ini adalah kebalikannya, kapal yang difungsikan menjadi kafe.

6. Sunset di Sungai Kapuas

Waktu telah menunjukkan pukul 6 sore. Lalu lalang kapal tongkang berisi pasir masih terlihat. Lembayung senja tampak semakin menghiasi angkasa tatkala surya semakin jatuh di ujung sungai, menjadi penutup hari yang indah sore itu. Syahdu.

sunset di sungai kapuas

Bulan Purnama Terbesar

Jam 6.15 sore, saya bergegas memesan gojek untuk kembali ke hotel. Saat melewati jembatan kapuas, saya terpesona dengan bulan purnama yang sangat cantik sore itu. Ia baru muncul, tak jauh dari ujung cakrawala. Cantik sekali, bulat sempurna dengan warna menawan dan dengan ukuran yang tampak lebih besar dari bulan di tempat lain. Apakah ini efek karena berada di garis khatulistiwa??

Baca juga: Kopi Aming Pontianak

Namun karena terburu-buru, saya tak sempat mengabadikan foto bulan besar itu. Yang terlintas di pikiran saya adalah saya harus cepat sampai hotel supaya tidak terlambat hadir di acara yang saya ikuti.

Keunikan di Tugu Khatulistiwa Pontianak

Ada 1 peristiwa unik yang bisa kita saksikan di tugu khatulistiwa, atau bahkan lebih luas di sekitar garis khatulistiwa. Peristiwa ini biasanya terjadi pada bulan Maret dan September-Oktober. Saat peristiwa ini terjadi, matahari tepat di atas kita. Bayangan menghilang dari semua benda, dan telur pun dapat berdiri. Peristiwa ini dinamakan kulminasi matahari. Sayangnya, saya datang di saat yang tidak tepat. So kalian kalau mau ke tugu khatulistiwa / monumen ekuator Pontianak, datanglah di bulan-bulan itu.

***

Traveler Paruh Waktu

 

 

Travel Blogger Indonesia. Traveler Paruh Waktu. 100% sundanese. ASN pengagum Ibu Pertiwi, terutama akan keindahan alamnya. Suka bertualang, suka bercerita, suka membuat video.
22 Responses
  1. Tampaknya ada kemajuan secara fisik di kawasan sekitar Tugu Khatulistiwa Pontianak itu, Bung. Satu dekade lalu ke sana, kedai-kedai itu belum ada, juga bola dunia itu. Tapi harga tiketnya sepertinya tak jauh beda (atau sama, sudah tak ingat lagi hehehe).

    Btw, itu foto yang terakhir apik banget! 😀

  2. Wah, emang seneng kalau ada acara ke luar daerah, sampai hotel acaranya mundur. Sempet beberapa kali ngalami hal demikian.

    Dulu pernah ke Tenggarong, Kalimantan Timur. Pertama kali menginjakan kaki di Bumi Borneo, waktu menunjukan jam 6 sore, tapi masih nampak terang. Tidak seperti di Jawa Tengah.

    Kafe di Perahu itu mengingatkan saya saat makan sore di Pulau Kumala Kaltim. Suka berlama-lama kalau ada kafe di tengah air/sungai.

    Berapa hari di Pontianak, Mas?

    1. betul,, jadinya ada waktu luang untuk sedikit jalan2 di dalam kotanya 😀 ..

      Mungkin udah jadi ciri khas kafe2 di Kalimantan kali yaa, di pinggir sungai..

      3 hari aja di sana.. 🙂

  3. Ini pertama kalinya saya lihat bentuk asli Tugu Khatulistiwa yang sering saya dengar saat pelajaran di sekolah unik jugaaaa, ternyata hehehe. By the way, dapat Gojek di sana gampang kah mas? Soalnya di beberapa kota dengar-dengar agak susah

    Ohya, saya tertarik sama kapal yang dijadikan cafe. Mungkin kalau kapalnya bisa jalan di sekitar Sungai Kapuas, akan mirip sama cruise yang biasa menyajikan dinner trip versi kearifan lokal Pontianak

    1. Gojeknya gampang kok..

      Nah ngga tau deh yg ini bisa jalan atau nggak,, mungkin cafenya diem aja sih kayanya..
      Tapi kalau mau keliling sungai kapuas ada kapal wisata tersendiri, tempatnya bukan di sini tapi, di taman alun kapuas.. Lebih dekat ke pusat kota sih,, tapi saya nggak sempat naik euy.. gak tau jg di kapal itu apakah ada restorannya atau nggak..

  4. Lumayan macet juga jika pulang kerja ya.
    Aku sedari dulu pengen ke sini, tapi belum terealisasikan. Semoga secepatnya bisa menginjakkan kaki di tempat ini. Malah terbayang minum kopi tubruk di atas kapal sambil terkena angin. Sungguh menyenangkan

  5. Tiketnya murah Mas dan tempatnya punya keunikan karena sebagai titik tengah bumi.

    Ternyata di sana juga ada kapal boat yang dijadiin kafe, jadi keinget beberapa tahun yang lalu, di Tanjung Balai, di kampung saya juga ada kafe di atas kapal boat gitu.
    Tapi seiring waktu dan selesainya jembatan membuat mereka tutup dan sepertinya pindah berjualan ke daratan.

    1. tempat wisata dengan tiket termurah nih yg pernah kukunjungi ahaha.. harusnya dinaikin lah, minimal 5000 gitu..

      ooo gitu, padahal kalau masih ada asik juga ya,, unik.. apalagi jaman skrg jamannya foto2 dan instagram.. asal dikelola dg baik, pasti banyak muda mudi yg mau ke sana..

  6. tugu khatulistiwa ini wajib banget dikunjungi. waktu aku ditanya mau kemana aja di Pontianak, yang aku jawab cuma 2: sungai kapuas sama tugu khatulistiwa.

    aku tuh sedih banget sama peristiwa sambas. suami aku sampai sekarang ga mau diajak ke Kalimantan. aku pergi sendiri aja deh, tanpa tukang foto andalan, eh

    1. sungai kapuas sama tugu khatulistiwa udah sepaket tuh. tugunya di pinggir sungai hehe.. tapi kalau mau jelajah sungai pakai kapal tempatnya beda, di taman alun kapuas.

      suami mbak suku madura kah? kalau di pontianaknya sih masih banyak kok suku madura. tapi kalau di sambasnya nah mungkin udah nggak ada.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.