Seekor raksasa bersembunyi di balik semak dan pepohonan. Seharusnya, dia menjelajah luasnya Sumatera. Seharusnya, dia bermain di habitatnya yang memanjang dari Aceh sampai ke Lampung, di rimbunnya rimba sumatera. Tapi kini kakinya terbelenggu, gerakannya terbatas. Tak ada lagi kawanan untuk bersenda gurau berkubang di lumpur. Konflik dengan manusia di pinggiran hutan mengubah jalan hidupnya 180 derajat. Begitulah kehidupan Robin dan Ngatini yang sekarang mendiami Taman Wisata Alam Buluhcina di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Mereka adalah gajah sumatera yang telah dijinakkan. Dan ini adalah pengalamanku bertemu Robin dan Ngatini si gajah jinak Riau di salah satu wisata kampar yaitu Buluhcina.
Terdapat 2 spesies gajah di dunia yang masih hidup sampai saat ini, gajah afrika dan gajah asia. Gajah asia sendiri terbagi ke dalam beberapa subspesies yang salah duanya terdapat di Indonesia, yaitu gajah sumatera dan gajah jawa. Ukuran kedua gajah itu lebih kecil daripada gajah Asia di daratan asia.
Di Jawa memang udah ngga ada gajah liar, tapi subspesies gajah jawa juga ditemukan di Pulau Kalimantan. Selain 2 itu, jaman purbakala juga pernah ada gajah kerdil di Flores (Stegodon) dan gajah raksasa di Jawa (mastodon).
Sedangkan gajah sumatera, walaupun statusnya rentan (vulnerable) tapi populasinya lebih banyak dari gajah di pulau kalimantan. Populasi gajah sumatera tersebar dari Aceh sampai Lampung, dan kerapkali bersinggungan dengan aktivitas manusia. Wajar saja, sebagian besar rumahnya di hutan telah hilang, berganti menjadi perkebunan pengeruk pundi-pundi uang.
Konflik Gajah Tiada Akhir
Konflik antara gajah dengan manusia sering terjadi di swarnadwipa, salah satunya di Riau. Kawanan gajah sering datang dan merusak perkebunan rakyat, tak jarang datang ke desa-desa dan meneror penduduk. Tentu itu semua bukanlah kesalahan gajah. Yang gajah-gajah itu tahu, daerah itu dulunya adalah hutan yang menjadi area jelajah, rumah, dan tempatnya mencari makanan untuk bertahan hidup dan melanjutkan keturunan.
Konflik selalu menyisakan luka. Salah satunya, banyak gajah yang harus ditangkap dan dipisahkan dari kawanannya.
Banyak gajah yang direnggut kebebasannya di alam liar, dan menjalani sisa hidupnya dengan rantai besi di kakinya. Tak ada lagi penjelajahan yang biasa dilakukan bermil-mil. Tak bisa lagi memilih makanan yang tersebar di hutan. Hari ini, gajah-gajah naas itu harus menerima kenyataan bahwa hidupnya telah dikendalikan oleh pawang-pawang dari bangsa manusia.
Dengan semakin hilangnya gajah liar di hutan, keseimbangan hutan akan terganggu. Sebagai hewan bertubuh besar, gajah sekaligus pembuka jalur bagi hewan lainnya di rapatnya hutan hujan. Daya jelajahnya yang luas membuat biji dari buah yang dia makan akan tersebar melalui kotoran yang ditinggalkannya.
Dari ratusan gajah yang telah ditangkap, ada dua ekor yang kini tinggal di taman wisata alam buluhcina di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Mereka adalah Ngatini dan Robin, yang berada di bawah pengawasan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.
Kisah pilu Ngatini
Gerombolan gajah berlarian menuju kawasan hutan saat beberapa manusia datang dan mengejarnya. Kedatangan mereka ke perkebunan warga telah memancing amarah warga. Warga meminta BBKSDA Riau untuk mengusir atau menangkap gajah-gajah yang membuat resah itu.
Malang tak dapat ditolak. Seekor gajah berusia 10 tahun menjadi target incaran. Dengan peluru bius, ia tumbang. Kebebasannya berangsur-angsur hilang. Dia menjadi salah satu penghuni Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, Kabupaten Siak.
Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, gajah malang itu dilatih untuk patuh kepada pawang. Ia yang awalnya sensitif kalau dipegang manusia, lama-lama menjadi terbiasa dengan sentuhan manusia. Gajah itu pun harus membiasakan diri dengan rantai besi yang membelenggu kakinya. Sesuatu yang tak pernah dia dapatkan di alam liar.
Beberapa tahun kemudian, gajah itu kembali dipisahkan dengan teman-temannya di PLG Minas.. Kini ia tinggal di kawasan wisata alam buluhcina, salah satu wisata Kampar. Tempatnya lebih sepi dan tak banyak spesiesnya di sana, hanya 2 ekor saja. Kini ia telah menginjak usia 21 tahun dan beratnya telah mencapai 2 ton. Begitulah kisah pilu dari seekor gajah betina yang dinamakan Ngatini.
Si jantan bernama Robin
Masih di kawasan taman wisata alam buluhcina yang merupakan salah satu wisata kampar, terdapat 1 ekor gajah lagi. Seekor gajah jantan yang diberi nama Robin.
Kurang lebih, awal mula kedatangan Robin di taman wisata alam buluhcina ini sama seperti Ngatini. Robin pun awalnya adalah gajah liar yang berkonflik dengan manusia.
Robin ditangkap dan dilatih di PLG Minas. di PLG inilah nama Robin disematkan kepadanya. Beberapa tahun kemudian, Robin dipindahkan ke taman wisata alam buluh cina. Taman wisata ini pun menjadi salah satu wisata kampar yang menarik untuk dikunjungi dengan kehadiran gajah.
Umur Robin sedikit lebih tua dari Ngatini. Namun, sebagai gajah jantan, beratnya hampir 2x lipat dari Ngatini. Berat Robin sekarang 3,5 ton, dan berpotensi terus tumbuh sampai 6 ton. Sepasang gading telah tumbuh kokoh yang menandakan identitasnya sebagai jantan.
Sebagai gajah jantan, Robin lebih agresif dari Ngatini. Egonya tinggi dan sering show off terutama terhadap orang yang baru dilihatnya. Hal ini udah menjadi sifat alami gajah, bahkan mayoritas makhluk hidup di bumi ini, yekan?
Taman wisata alam buluhcina
Kedua gajah itu sekarang dalam proses perkawinan yang sedang diusahakan oleh BBKSDA Riau di Taman Wisata Alam Buluhcina. Taman ini terletak di desa Buluh Cina, Kabupaten Kampar. Lokasinya mudah dijangkau karena hanya berjarak sekitar 20 km dari Kota Pekanbaru. Itulah kenapa taman wisata ini menjadi salah satu tempat wisata kampar favorit.
Untuk bertemu gajah di buluhcina, pengunjung harus menyeberang sungai lewat dermaga dekat parkiran. Tidak ada jembatan, hanya perahu yang lalu lalang.
Selain angkut orang, perahu ini juga bisa angkut motor. Biaya nyeberangnya murah banget kok, hanya 2.000 rupiah PP. Sedangkan kalau bawa sepeda motor, tarifnya 5.000 rupiah PP. Itu tarif untuk wisatawan dan pedagang ikan. Untuk warga lokal, tarifnya lebih murah lagi. Wisata Kampar yang recommended banget kan?
Setelah menyeberang, lokasi hutan wisata buluhcina masih cukup jauh sekitar ratusan meter sampai 1km-an. Ngga ada mobil atau angkutan umum lainnya. Itu salah satu kekurangan tempat wisata kampar favorit ini. Kamu harus cari jasa ojek. Harganya? negotiable.
Di kawasan konservasi buluhcina, Pak Panggong dan Pak Alek telah menanti. Mereka adalah pawang dari Robin dan Ngatini sejak masih di PLG Minas. Pak Panggong sendiri udah berpengalaman melatih gajah selama kurang lebih 21 tahun.
Selain kehadiran sepasang gajah sebagai daya tarik utamanya, TWA Buluhcina juga memiliki beberapa hal menarik lainnya untuk rekreasi. Ada danau cantik dan pepohonan besar yang fotogenik, ada perahu dayung, dan juga rakit kayu. Wisata kampar yang cukup variatif fasilitasnya.
Bercengkerama Dengan Ngatini
Perahu itu mendarat di tepian sungai di sebuah perkampungan yang berbatasan dengan hutan. Tak ada jalan besar, hanya rabat beton sempit yang cuma bisa dilalui motor. Tak ada ojek yang terlihat untuk mengantarkanku dan Ayu menuju kawasan konservasi gajah di buluhcina.
Kucoba mendatangi sebuah warung kecil dan bertanya perihal lokasi kawasan konservasi buluhcina. “Lumayan jauh kalau jalan kaki mas, pake ojek aja” ucap seorang ibu. Ibu itu pun memanggil seorang remaja lelaki untuk mengantarkanku dan Ayu menuju kawasan hutan wisata rimbo tujuh danau.
Tiba di kawasan hutan buluhcina, kami disambut Pak Panggong dan Pak Alek yang selanjutnya mengantarkan kami bertemu dengan si jinak Ngatini. Kami melewati jalan tanah yang cukup becek dengan kotoran gajah yang berserakan. Suasana hutan hujan sangat terasa dengan rapatnya pepohonan dan semak belukar yang menyambungkan satu pohon ke pohon lainnya. Tak lama, Ngatini terlihat di seberang sebuah danau kecil.
Ngatini tampak sedang dalam mood bagus untuk bersenda gurau. Kuusap badannya yang berkulit tebal dan belalainya beberapa kali meraihku. Saat saya menempelkan badan ke tubuh besarnya, terkadang telinga besarnya menampar kepalaku. Ahaha,, mungkin dia risih, bukan muhrim :V ..
Lumpur kering menempel di sekujur tubuhnya. Yup, gajah memang suka berendam di lumpur untuk menghilangkan parasit. Kawasan buluhcina ini juga dikelilingi beberapa danau kecil yang cocok untuk tempat mereka berkubang dan mendinginkan tubuh.
Ngatini memilah-milah daun yang akan dia makan. Terkadang, dia juga memakan kulit kayu yang dia robek dari sebuah pohon tumbang di tepi danau. Dia ingin menjelajah lebih jauh, namun sayang kakinya terbelenggu rantai besi yang diikatkan ke pohon besar. Sekarang dia memang sudah terbiasa, namun di awal-awal penjinakkannya, kakinya bisa sampai terluka karena berontak melawan jeratan rantai.
Sementara tinggi di atas pohon, beberapa monyet hitam mengarahkan tatapan penasaran kepada kami. Mereka adalah hewan liar yang juga menjadi penghuni kawasan ini. Mungkin masih banyak makanan yang disediakan alam di kawasan ini.
Robin yang Sedang Birahi
Lalu di mana Robin? Ternyata Robin ada di balik pepohonan sekitar 200 meter dari lokasi Ngatini. Pak Alek melarangku untuk mendekatinya, katanya dia lagi agresif, lagi birahi. Akhirnya saya hanya melihat dari kejauhan. Tampak “belalai keduanya” alias penisnya memang sedang ereksi dan ukurannya WOW banget hahaha..
Dari kejauhan pun, Robin terlihat bertubuh lebih besar dari Ngatini. Gadingnya juga tumbuh indah dengan ujung yang runcing.
Hari itu, mood Robin sepertinya memang kurang bagus. Perilaku agresifnya sudah terlihat. Tanda-tanda gajah sedang agresif / marah adalah telinganya lurus ke samping dan ekornya juga lurus. Hari itu Robin menunjukkan tanda-tanda demikian. Saya pun hanya berani memandangnya dari jauh.
Lekaslah Berkembang Biak, Ngatini dan Robin
Walaupun tak lagi bebas di alam liar, Ngatini dan Robin termasuk beruntung bila dibandingkan dengan gajah-gajah lain yang pernah ditangkap. Banyak diantara gajah-gajah itu yang stres, terluka parah, dan akhirnya mati. Sedangkan Ngatini dan Robin sekarang dalam perawatan intensif. Namun begitu, akan lebih baik lagi jika Ngatini dan Robin tetap bergabung dengan kawanannya di hutan.
Saat ini Ngatini dan Robin sedang dicoba untuk dikawinkan di buluhcina. Semoga proses perkawinan ini berhasil. Semoga terlahir bayi-bayi gajah sumatera yang sehat dan lucu dan menambah daya tarik wisata kampar. Semoga, nantinya bayi-bayi itu tumbuh dan dapat dilepasliarkan di rimba sumatera yang keramat. Semoga, populasi gajah sumatera dapat terus meningkat dan semakin memenuhi hutan pulau sumatera.
Jangan sampai fauna asli indonesia semakin menuju kepunahan. Cukup gajah di pulau jawa, harimau jawa, harimau bali dan beberapa spesies lainnya yang punah. Yang masih bertahan, semoga selalu lestari dan berkembang biak. Tentu, peran kita sebagai manusia juga merupakan kunci utama. Marilah kita jaga hutan kita dan seisinya untuk melestarikan semua yang berada di dalamnya. Jangan sampai anak cucu kita hanya mendengar cerita dan melihat fotonya saja.
Saya dan Ayu meninggalkan Robin dan Ngatini. Sejenak kami menikmati keindahan alam di kawasan hutan wisata buluhcina. Ah, tempat ini sangat bagus untuk relaksasi. Ingin rasanya kembali ke sini di lain kesempatan. Selain ulu kasok, taman wisata alam buluhcina ini adalah tempat wisata kampar favoritku.
———————
Berkunjung Maret 2019
Traveler Paruh Waktu
Di samping hak asasi manusia, tentunya manusia hrs belajar ttg hak asasi hewan. Menzalimi hewan sama saja dgn menzalimi makhluk Tuhan. Ironis memang gajah yg sdh sedikit populasinya dimanfaatkan demi keserakahan manusia. Thx artikelnya bnr2 mengingatkan ttg pentingnya empati thd hewan krn ujg2nya utk keseimbangan ekosistem juga dan manusia jg yg merasakan manfaatnya
betul pak.. terlebih saya juga pecinta hewan, suka ngga tega kalau liat berita penyiksaan hewan atau perburuan hewan liar. banyak hewan punah gara2 keserakahan manusia, entah itu perburuan atau penghilangan habitat.. Tapi kita sebagai manusia terkadang enggak sadar kalau kita adalah penyebab kepunahan itu..
buluh cina ini wisata baru ya Bar.. seingatku dulu di pekanbaru belum ada, cuma ada plg minas, jadi belum sempat ketemu mbak Ngatini dan bg Robin.. 😀
wah nggak tau baru atau nggaknya.. hasil nemu di instagram :D.. next time kalau ke pekanbaru coba deh ke sini,, deket lho..
aku sediiih banget kalo dgr berita gajah yg dibunuh, dihutan aceh.. cm demi gading :(.
ato berita2 gajah yg disiksa demi bisa bikin atraksi utk manusia… ga tegaaa banget. apalagi binatang ini sbnrnya baik 🙁 ..
iyaaa, diambil gadingnya doang trs tubuhnya tergeletak begitu aja makin sedih liatnya
Hampir tiap tahun pasti ada mencuat berita Gajah masuk kampung atau konflik dengan manusia. Mereka sepertinya memang tergusur oleh manusia. Adanya tempat yang khusus untuk gajah seperti ini sedikit membuat kita bernafas lega. Meski dibutuhkan ekstra dalam merawatnya.
iyaa,,, sumatera itu kan termasuk kecil dibanding hutan2 di india dan afrika.. nah kalau hutannya makin hilang, kemana mereka harus mengembara yekan??
Aduh ngakak pas baca bagian Robin lagi birahi terus ditunjukin pula senjatanya :)))
Kenapa nggak disodorin si Ngatini ya?
Semoga Ngatini dan Robin berumur panjang ya dan betah tinggal di sana, nggak diusir-usir lagi sama manusia.
ahaha,, nah waktu itu lupa tanya kenapa ngga dikawinin aja saat itu.. atau bisa jadi beberapa hari sebelumnya atau setelahnya dikawinin..
semoga sisa usia RObin dan Ngatini barokah aamiin
Agak miris sich sama spesies spesies yang terancam punah seperti gajah sumatra sumatra ini, habitatnya semakin tergusur karena manusia yang mebuka lahan
bener,, kadang kita gak sadar kalau kita manusia adalah penyebab kepunahan mereka
itu beneran jinak mas nya??
huhu.. sedih yaa populasi gajah ini makin sedikit. populasi gajah yg masih ada semoga bisa bertahan dan berkembangbiak.. jangan sampai punah..
iya jinak,, tuh mau dipegang2 kaan.. asal kitanya jangan takut aja…
semoga populasinya meningkat aamiin..
Bang Vijay, istrimu lagi hamil ya?
Kenapa sih manusia itu egois banget. Kenapa harus mereka yang diusir, kenapa nggak kita aja yang menyingkir? Bumi ini milik Allah yang dititipkan pada seisi makhluk. Kita nggak sendirian di sini, kita harus hidup berdampingan dengan tumbuhan dan binatang. Nanti mereka jadi kayak monyet-monyet di Planet of The Apes, berabe dah xD
anjaay bang vijay,, emangnye aye indieee? haha.. yoi dia lagi hamil, alhamdulillah .
harusnya kita manusia pindah aja ke planet namek ya bro.. wkwk
dari kecil sampai sekarang belum pernah rasanya meluk gajah. cuma liatlangsung doank. apalagi ini bisa bertemu dan peluk-peluk belalainya gajah dihabitat aslinya. harus dilestarikan dan menjaga lingkungan supaya gajah tetap bisa hidup di habitatnya.
kesinii makanya biar bisa peluk2 gajah jinak..
Ya ampun… Kok sedih banget ya baca travelling kakak kali ini. Bahas hewan-hewan yang sudah punah dan yang hampir punah.
Aku tinggal di Jawa nggak begitu tahu hewan apa saja yang punah tapi ketika tahu rasanya kecewa banget.
Kalau hewan-hewan aja sudah banyak yang punah, apa kabarnya adik-adik dan generasi berikutnya dalam waktu 5-10 tahun bahkan sampai 50 tahun ke depan?
karena cerita di setiap perjalanan tak selalu indah. kadang kita harus menghadapi realita yang tak sesuai bayangan kita, seperti contohnya nasib gajah2 liar sumatera yg semakin berkurang populasinya
Terakhir kali aku melihat Gajah pas ke taman safari. Ternyata kalau di dunia asalnya, Gajah-Gajah ini merana penuh derita ya 🙁 Sedih rasanya membaca Cerita Ngatini.
Kuharap, Mereka bisa Kawin dan beranak pinak, agar spesies Mereka tak punah 🙁
Fajarwalker.com
apalagi gajah2 yg disuruh sirkus tu biasanya latihannya berat, disiksa-siksa..
Aduh saya kalo baca postingan nyerempet2 tentang isu manusia vs alam itu suka mikir dalem hingga berpikir apa yajuj-majuj itu bukan sekedar nama mahluk tapi juga sifat ya? Sifat merusak gitu.
Gajah diambil gadingnya lah, ikan hiu diambil siripnya, badak dipotong culanya. sedih. mikirnya pendek amat sih. gak menyayangkan gitu kalau hewan-hewan ini punah berarti anak cucu kita gak bakalaan bisa menikmati dong.
Semoga Robin dan Ngatini bisa berkembang biak dengan baik. Aamiin.
Buka lamannya tengah malam gini kan udah ngantuk tapi mau sekalian sahur, yang terbaca tadi bukan Ngatini, tapi Nagini. hehehe
iya, jangan2 tu yajuj majuj tu sebenernya yaa dari kalangan manusia juga ya.. menggambarkan keserakahan manusia..
ahaha,, efek ngantuk tuh..
Siap Bara… terimakasih ya 🙂
sama2 gan..
Aku suka banget gajaaaaah!! lucu…. besar gendut gitu. trus mukanya melas gitu haahaha
Tapi aku kurang suka kalo ada orang2 yg pegang apa lah tu yg tajam2 itu…. ktanya kulit gajah tebel jadi ga mungkin luka…
Ga mungkin luka engkonglu ompong!!
Aku liat sendiri soalnya luka2 kecil.
Geregetan…
aku pun kemarin gak naikin gajah ini karena kasihan pasti kepalanya digetokin pake alat kaya palu gitu
benar-benar traveler sejati , langsung bikin bukunya sekalian mas
semoga bisa menerbitkan buku, aamiin 😀